...
Suara api unggun dan desiran ombak memanggil Arienne samar-samar, dibukanya kelopak mata yang langsung menangkap sesosok lelaki. Lelaki itu duduk tidak jauh dari tempatnya, sambil membakar sesuatu.
Kini indra penciumannya membuat gadis yang tengah berbaring itu langsung bangkit, liurnya akan menetes jika mulutnya tetap dibiarkan seperti sekarang. "Ikan bakar!"
Jake mundur beberapa langkah, sembari melindungi area lehernya. Adegan di mana dirinya hampir meregang nyawa itu berputar di kepalanya.
"Dengarkan penjelasanku dulu, baru kita akan makan ikan bakar bersama, deal?" Jake mengulurkan tangan, menunggu persetujuan.
"Deal!" Presetan dengan bandit, Arienne lebih memperhatikan ikan bakarnya.
Laki-laki itu menghelah napas, lega. Kembali mendekat.
"Begini, Nona. Seumur hidup aku tidak pernah mencuri selain ke laki-laki, tadinya aku pikir Anda ini juga bagian dari mereka ... ternyata hanya penyamaran," Jake menggaruk pelipisnya dengan canggung, "Waktu aku mau mengembalikan karungmu, aku kesulitan ... jadi, maksudku ..."
Seakan tahu pernyataan apa yang akan dikatakan oleh Jake, Arienne mendongak. Nafsu makannya mendadak pergi, "Kalungku. Ada di mana?"
Yang lebih tua membuka jaket lusuhnya, mengambil sebuah kalung. Tanpa basa basi, langsung ia kasih ke pemiliknya. Tadinya Arienne akan sangat marah, namun melihat yang lebih berharga masih aman, gadis itu sedikit lega.
"Maaf."
Arienne hanya mengangguk. Ini juga bukan sepenuhnya salah bandit itu, dia sendiri yang lengah. Dan laki-laki itu tidak berniat melakukannya pada perempuan. Tapi kenapa gadis penyuka Toast itu masih merasa tidak rela?
Bahkan tidak sampai sehari, penyamarannya langsung diketahui oleh seorang bandit. Arienne memijit pelipisnya, berandai jika dirinya lebih hati-hati, dia takkan putus asa seperti ini.
"Sebaiknya Anda kembali menjadi perempuan. Atau kepala Anda akan diadili, sepertiku." Jake memperlihatkan poster buronannya, seharga lima ratus ribu pen.
"Kau mencuri apa saja sampai kepalamu begitu bernilai tinggi?" Gadis itu tertarik, tapi bukan berarti dia mau ikut menaikan harga kepalanya.
"Waktu kecil aku pernah menyelinap ke kapal asing yang datang ke mari, nekat menemui Kakakku. Aku tidak tahu kalau itu illegal, mereka pun menelantarkanku ke suatu pulau. Aku bertahan hidup di sana dengan mencuri, lalu beberapa bulan kemudian aku mendengar akan ada kapal yang pergi ke Mercene. Aku melakukan hal yang sama, menyelinap. Dan ya, harga buronanku semakin tinggi."
Jake menceritakannya secara garis besar, namun hal itu semakin menarik untuk dibahas. Matanya tidak bisa mengelak ketika kata 'Kakak' terucap. Ia mengelus cincin yang mengait di kalungnya.
"Kakakmu. Apa kau berhasil bertemu dengannya?" Matanya menatap Jake, namun laki-laki itu mengelak.
Lebih memilih membalas tatapan langit yang penuh bintang. "Tidak," Jake menggeleng pelan, "Lagipula aku sudah tidak peduli, aku sudah memiliki kehidupanku di sini. Aku bukan anak kecil yang tetap nekat yakin akan keberadaannya." sambungnya.
Matanya tidak lagi sama, kini hanya sendu yang menutupi pengeliatannya.
"Setidaknya kau harus memastikannya dulu, Tuan bandit." Jake menolehkan arah pandangnya.
Alisnya terangkat, "Maksudmu?"
"Aku juga punya Kakak yang begitu aku kagumi, dia berlayar dan belum kembali sampai sekarang. Rencananya aku akan mengarungi lautan demi bertemu dengannya lagi."
"Anda gila?"
"Kalau iya, apa kau keberatan?"
Mata yang sebelumnya menyerang Jake di atap gedung itu kembali ia berikan. "Lebih baik aku tenggelam di samudera daripada harus melayani pria yang tidak aku sukai, membuang masa hidupku dan menjadi bangkai yang membusuk di sini."
Arienne mendekat, "Dan tadi kau bilang kau memiliki kehidupan, apakah kau ini benar-benar 'hidup', Tuan bandit?" telaknya.
Jake dibuat bungkam, namun matanya seperti ingin berbicara, menatapnya penuh arti.
"Anda ingin mencuri kapal bersama, tidak?"
...
Jake dan Arienne diam-diam memasuki area pelabuhan. Ngomong-ngomong, mereka sudah berkenalan, setidaknya tahu harus memanggil apa.
Sebenarnya gadis itu tidak cukup mempercayai lelaki yang kepalanya seharga lima ratus ribu pen. Hanya saja, Jake terus menyakinkan kalau rencananya tidak akan pernah gagal. Mungkin jika Jake berbohong, Arienne akan memisahkan kepala Jake dari badannya.
"Ri, percayalah padaku."
"Buktikan."
Fajar pun merunduk, diikuti langit yang mulai meredup. Penampilannya tak lagi sama, sia-sia ia menyamar. Tapi menggunakan perekat dada membuatnya sedikit tidak nyaman. Arienne rasa ini yang terbaik untuk sekarang.
Jake menyuruhnya untuk pergi ke arah timur sendirian, sementara buronan itu memulai aksi lain tanpa sepengetahuannya.
Tiba-tiba kakinya tak sengaja menginjak sesuatu di balik pasir pantai, ada beberapa kapal di dekatnya. Arienne pikir ada kepiting di bawah sana, lalu ia mendengar sesuatu dari kapal besar yang tak jauh darinya.
Matanya melirik tali dari atas kapal yang jatuh ke bawah, sambungan talinya tertutup pasir. Tali itu mulai bangun ke atas bersama sambungannya. Mengarah padanya.
Srt!
Saat menyadari sesuatu, gadis itu langsung melangkahkan kakinya dengan cepat. Namun, panggilan seseorang membuatnya membeku. Karenannya ia terperangkap ke dalam jaring yang terbuat dari tali tambang. Kini kakinya lemas, jantungnya serasa terjun ke bawah.
"Berani sekali kau kabur dari Ayahmu!"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
SCYLLA'S WAY
Fantasy[Telah diterbitkan] Sepuluh tahun yang lalu, tepat saat Ethan pergi berlayar. Meninggalkan harta karun berharganya, Sang Adik. Ia membuat janji, bersumpah ia akan kembali. Sayang sekali, janji tersebut hanya omong kosong semata. Ethan tak pernah kem...