...
Detak jarum jam mengisi kesunyian pada ruangan bernuansa biru. Pada setiap dinding dipajang pahlawan-pahlawan dari angkatan laut yang telah gugur.
Salah satu meja paling besar di sana, seseorang dengan santai menaruh kakinya ke atas meja. Jubah kebanggaannya bertengger pada kursi yang ia duduki. Pakaiannya sedikit terbuka, tapi ia nyaman memakainya.
Kertas-kertas menumpuk, tinta hitam yang hampir habis itu mengering karena terlalu banyak digunakan.
Cahaya mengintip sosok wanita itu dari sela-sela ventilasi. Kulit sawo matangnya terpancar indah, terlihat begitu eksotis.
Suara dekapan langkah menarik atensinya. Seseorang membuka pintu ruangannya, mencoba masuk tanpa mengucap permisi.
"Qesia, aku mendengar dari anak-anak. Katanya kau menyebarkan poster buronan pada bajak laut yang baru saja debut, apa itu benar?" Tangan pria itu maju ke depan, menyerahkan tiga buah poster.
Anehnya salah satu orang yang menjadi buronan itu hanya ditulis 'Alive'. Tentu saja laksamana itu tahu maksud dari pemimpinnya, ralat, temannya.
"Bajak laut tetaplah bajak laut, mereka melanggar norma yang berlaku. Oh, kalau laki-laki di sana aku ingin bertemu dengannya lagi. Tapi aku tidak tahu dia di mana. Jadi, ya ...." Wanita itu mengangkat bahunya.
"Alasanmu ingin dia dibawa ke sini, apa?" Pria itu menaruh tiga poster itu di atas meja Qesia dengan sedikit kasar. Ada helaan napas di sana.
"Oh, ayolah! Kalau kubilang dia keponakanku lalu apa? Kau ini banyak tanya, Khaigar!" Keningnya mengerut, tak suka dihujani pertanyaan-pertanyaan yang kurang penting.
Khaigar. Pria berwajah kusut itu sudah nampak lelah dengan sifat Qesia. Ia mulai memijat hidungnya dengan raut frustasi. "Dan, kudengar kau meminta jumlah pasukan yang begitu banyak ke mari. Itu pula untuk apa?"
Wajah wanita berkulit sawo matang itu berubah. Muncul seringai licik pada bibirnya. "Kau tahu, kan? Aku baru saja naik pangkat. Aku akan gunakan jabatanku untuk memerintah lebih jauh."
"Batalkan sajalah!" Mendengar itu Qesia memicingkan matanya, ia berdiri. Menarik dasi Khaigar, menatap matanya dalam-dalam. "I can lead, Khaigar."
"Aku akan pergi ke Ragnarok, dan menyapu mereka untuk masuk ke sel penjara. Aku sendiri yang akan menutup era bajak laut yang meresahkan samudera!" Giginya menggertak. Lalu menepis dasi longgar Khaigar dengan kasar, Qesia kembali duduk di kursinya.
"Jika dibiarkan mereka akan semakin besar. Kau tidak bisa meremehkan mereka." Qesia melipat kedua tangannya di dada.
Khaigar mendengus. Kembali merapikan dasinya. "Lalu siapa bajak laut incaranmu kali ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SCYLLA'S WAY
Fantasy[Telah diterbitkan] Sepuluh tahun yang lalu, tepat saat Ethan pergi berlayar. Meninggalkan harta karun berharganya, Sang Adik. Ia membuat janji, bersumpah ia akan kembali. Sayang sekali, janji tersebut hanya omong kosong semata. Ethan tak pernah kem...