53 : Truth in pain

2.3K 701 202
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Dari kejanggalan yang cincin itu punya, hanya orang-orang tertentu yang bisa menangkapnya. Seperti kapten dari bajak laut Actassi, Ken Merville. Auranya cukup tipis.

Tapi seseorang seperti Carsein akan mencium bau menyengat itu dari jauh. Karena tabiat laki-laki itu bukanlah manusia biasa, menyimpan barang-barang antik dan kuno mengerikan sebagai hobi, bukan sesuatu yang wajar untuk manusia kebanyakan.

Tentu saja ia mengawasi gadis itu jauh beberapa jam sebelum Pierre membawa mereka ke pulau. Hingga akhirnya tak tahan akan godaan, cincin itu semakin memesona.

"Kau ingin membukanya?"

"Singkirkan tanganmu. Kenapa aku harus merasa takut dengan celotehmu? Kakakku tidak mungkin memberiku benda aneh!"

Erangan gadis itu mengudara saat Carsein menekuk tangannya ke belakang, "Argh!"

Nada bicaranya yang lembut dan lucu itu berubah menjadi berat, "Kau takut jika itu benar Yang Hitam, kan?"

Dugh!

"Ah ...." Amis dari darah yang mengalir pada hidungnya membuat Carsein merasakan pening sesaat. Gadis itu rupanya tak mudah untuk ditundukkan.

Berhasil menyantukkan kepalanya ke belakang. Arienne pun berdiri mengambil pecahan dari dari gelas tadi, mengancungkan benda tajam itu ke depan Carsein.

Rambut merah jambunya tak lagi menampakkan keramahannya. Hidungnya yang berdarah menambah kesan horror.

Tangan Arienne bergetar. Meski dia masih memiliki secuil keberanian, tetap saja gadis itu tidak bisa menahan bulu kuduknya yang satu persatu berdiri tegak.

"Aku bisa membaca Yang Hitam. Berikan padaku," Carsein menunjukkan telapak tangannya.

"Cincin ini, satu-satunya yang ditinggalkan kakakku untukku," pelipisnya mulai sembab. Kakinya mundur perlahan, tangan satunya ia gunakan untuk meraba gagang pintu.

"M─meski Reliquia hitam pun, aku tidak akan membuangnya!"

Dibutakan oleh kasih sayang. Adik dari kapten bajak laut Arzov itu terbelalak saat laki-laki itu maju, karena panik gadis itu ikut maju dengan gegabah. Tentu saja orang yang baru ia temui itu bukan orang sembarangan, sehingga ia bisa menangkis dengan mudah. Bahkan berbalik melukai lengan gadis itu sendiri.

Sangking paniknya, rasa sakit itu terasa berkali lipat sakitnya. Ia berteriak saat darah segar mengalir dari luka yang dihasilkan. Membuat burung-burung yang tengah bersantai di sangkarnya tersentak meninggalkan pepohonan.

SCYLLA'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang