Seperti biasa demi ayang <3
..."Kapten, haruskah kita juga ke Congealed?"
"Kita tidak punya keperluan di sana, biarkan saja Congealed menyimpan misterinya sendiri. Bukankah itu keren?"
"Bilang saja kau takut pada hal-hal mistis!"
Seluruh awak kapal tertawa mendengarnya. Tapi Kapten mereka hanya tersenyum menanggapinya, "Hey, bahkan kita menangkap satu, bukan?"
"Hahaha! Tak kusangka manusia berekor itu ada! Tapi dia buruk rupa!"
"Berhentilah, dia mulai menatapmu."
Buruk rupa. Makhluk itu ingin sekali menyangkal, tapi untuk apa? Semua yang dikatakan oleh perompak itu memang ada benarnya. Makhluk mengerikan dan kejam sepertinya pantas menerima cemooh itu. Tapi setiap hati berhak untuk menumpahkan emosi.
Tengah malam, saat semuanya terlelap. Ia memejamkan matanya, melantunkan melodi yang mewakilkan isi hati. Suaranya yang merdu mampu memanjakan telinga, mengadukan kesakitannya pada rembulan.
Seakan sihir gelap yang membutakan jiwa, orang-orang yang berada di atas kapal itu melepas nyawa. Binasa hanya dengan selirik suara.
Makhluk yang diandai sebuah mitos itu kini menatap kapal malang itu dengan miris. Ia mencabut salah satu sirip tajamnya untuk merobek jaring yang mengurungnya. Setelah bebas, ia melompat kembali ke laut lepas. Tak lupa melubangi setiap sudut apung kapal dengan ekornya, kapal itu tenggelam dengan damai.
Ia tak tahu harus ke mana. Ia tidak mengerti di mana dan apa yang harus dilakukannya sekarang.
Berbulan-bulan tak kunjung pulang, laki-laki itu semakin bingung dengan tujuannya. Harus ke mana? Ia tersesat sendirian.
Lalu ia mendengar sesuatu dari dalam laut, segera ia menyelam lebih dalam. Berandai-andai bahwa salah satu dari bangsanya mencoba berkomunikasi lewat nyanyian. Namun, ia malah bertemu mahkluk besar yang sekali tarikan napas akan menarik tubuhnya ke dalam perut makhluk itu.
Nyanyian itu terdengar begitu sendu, lukanya tak sedalam dengan apa yang makhluk itu rasakan.
Whale 52, laki-laki itu jelas mengenalnya.
"Rasanya menyakitkan ya? Sendirian sepanjang sisa hidupmu. Aku baru merasakannya, dan aku sangat ingin pulang ... tapi aku tidak tahu jalannya."
Paus paling kesepian di dunia, hidup dan terus berenang tanpa arah tujuan, tanpa pasangan. Walaupun ia tahu paus itu takkan mengerti bahasanya, ia tetap mengobrol sepanjang jalan. Mengisi hati sunyinya ditengah dinginnya samudera.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCYLLA'S WAY
Fantasy[Telah diterbitkan] Sepuluh tahun yang lalu, tepat saat Ethan pergi berlayar. Meninggalkan harta karun berharganya, Sang Adik. Ia membuat janji, bersumpah ia akan kembali. Sayang sekali, janji tersebut hanya omong kosong semata. Ethan tak pernah kem...