...
"Calypso? Eeh, ternyata kau dekat dengannya." Pierre terkejut. Setelah banyak mengobrol akhirnya ada juga cerita yang keluar dari mulut temannya.
Mereka beranjak dewasa. Kadang anak dari Poseidon itu berkunjung untuk menemani Carsein selama beberapa hari. Bermain dan bersenang-senang.
Carsein menoleh. "Kau kenal Calypso?" Pierre menggeleng, anak itu hanya kenal tapi tidak pernah bertemu secara langsung.
Penyihir kecil itu bilang, di pulau tempatnya tinggal ia hanya hidup bersama ibunya. Karena dia lebih suka bertemu Calypso, Carsein sering disebut sebagai anaknya.
Dia pun bercerita bahwa ia tidak nyaman berada di dekat ibunya. Carsein berencana kabur dari pulau dan tinggal di tempat Calypso saja. Namun, Calypso ingin anak itu tetap di sana karena sesuatu yang telah diramalkan dan Carsein tidak tahu apa.
Meski penampilan kedua wanita yang membesarkannya sama-sama menyeramkan, tapi Calypso memperlakukannya dengan baik. Ia suka orang yang berbaik hati padanya. Seperti halnya dengan Pierre.
"Aku bawa pelampung, ayo kita belajar menyelam lagi!"
"Pierre ... Kau mana bisa menyelam kalau pakai pelampung. Kau semakin payah saja!"
Anak bersurai kecoklatan itu mengerutkan bibirnya. "Yang penting aku mau belajar, kan!"
Carsein menahan tawanya. "Kau, kan, tidak bisa berenang. Kenapa tiba-tiba ingin belajar menyelam? Apa gunanya berkahmu jika disia-siakan?"
Seringai nampak di wajah nakalnya. Ia melipat tangannya di depan dada, sedang berlagak bangga seolah Pierre habis berbuat sesuatu yang besar.
"Kalau suatu saat kau tenggelam, aku bisa menyelamatkanmu. Kita tidak tahu kedepannya aku masih ada kekuatan ini atau tidak."
Hari mulai gelap. Senja akan jatuh di telan malam. Carsein membereskan kekacauan yang dibuat oleh binatang-binatang buas di pulaunya. Mereka adalah orang-orang yang dikutuk oleh ibunya dulu.
Kemudian ia menyiapkan sebuah perahu untuk Pierre. Rambut seputih kapur itu kembali diterpa angin. Sembari menunggu teman satu-satunya itu turun, penyihir itu mengikat rantai di antara batang pohon rumahnya.
Brak!
Pierre melompat. Alas kakinya menginjak tanah kering. Anak laki-laki itu menatap Carsein dengan tatapan simpatik. "Sein, kau masih mengikat dirimu sendiri?"
Carsein diam. Memilih melanjutkan aktivitasnya, dan mengikat rantai itu dengan kencang pada pergelangan tangannya.
"Pierre, sudah malam. Sebaiknya kau pulang, ibumu pasti menunggu. Sampai jumpa di lain hari!" Suaranya terdengar menyenangkan, menari-nari di telinga sang anak Dewa. Tapi, Pierre tahu, seberapa keras pun ia mendekat. Carsein tidak akan menceritakan hal-hal penting padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCYLLA'S WAY
Fantasy[Telah diterbitkan] Sepuluh tahun yang lalu, tepat saat Ethan pergi berlayar. Meninggalkan harta karun berharganya, Sang Adik. Ia membuat janji, bersumpah ia akan kembali. Sayang sekali, janji tersebut hanya omong kosong semata. Ethan tak pernah kem...