59 : When he was abandoned

2.1K 680 359
                                    

Chapter 57 kemarin aman, ga? Atau masih gangguan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 57 kemarin aman, ga? Atau masih gangguan?

...


Ruangan bernuansa merah maroon itu menjadi pencuci mata pertama saat pemuda itu terbangun. Persegi dengan memori itu menyambutnya dengan sendu, foto keluarga yang begitu lugu.

Ia meregangkan tangannya, segera menarik kaki anak kecil yang tidur terbalik. Kakinya hampir menendang leher kalau saja tidak langsung diangkat.

Pemuda itu berdiri, menggaruk rambut hitamnya yang berantakan. Ia ingin mandi, tapi untuk menghemat waktu ia mengajak adik kecilnya sekalian.

Karena kalau tidak dimandikan, maka adik laki-lakinya itu takkan mau berinisiatif mandi sendiri.

Byurr!

"DINGIN!" teriak bocah itu bersamaan tubuhnya yang menggigil. Air matanya naik sangking tak kuat menahan suhu air.

"Kak Jack, kau berusaha membunuhku! Adik-adik di luar sana dimandikan dengan air hangat, loh!"

"Itu jika kau bersikap manis dan penurut seperti adik lainnya!"

Kakaknya tidak merasakan apa-apa, kebal dengan suhu tubuh yang tidak seberapa. Sebagai orang yang sudah menghadapi badai salju, kakaknya itu terbiasa dengan cuaca dingin.

Hidungnya merah, telapak tangannya juga memerah. Setelah dipaksa mandi pagi, adiknya masuk ke dalam selimut yang hangat.

"Jake! Pakai celanamu nanti burungmu terbang, hei!"

"Tidak mau, kakak saja yang pakai!"

Jake tidak suka mandi pagi, biasanya dia akan mandi saat siang atau sore hari. Kalau kakaknya lupa mengingatkan, bisa saja dia tidak mandi.

Tubuh mungil itu masih tidak mau keluar dari selimut. Saat mendengar kakaknya membuka kotak peralatan dan seperti memasukan beberapa barang di dalam tas, kepalanya timbul.

"Kakak mau ke mana?" Mata hitam kecoklatan itu berbinar. Jackson menarik resleting tasnya tanpa menoleh. "Hari ini aku akan pergi seperti biasa. Hanya dua minggu lebih."

Sret!

Anak itu melempar selimut, badan bocah enam tahun itu berlari memeluk kaki kakaknya. "Ikut!"

Seperti menarik leher seekor anak anjing, Jackson mengangkat adiknya ke atas. "Perjalanan ini terlalu bahaya untukmu. Lain kali saja."

Dengan lincah adiknya itu memanjati tubuh kakaknya hingga duduk di pundak lebar Jackson. Memeluk keningnya, tak jarang ia memainkan kalung yang menghiasi leher kakaknya.

SCYLLA'S WAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang