Setelah delapan belas jam menempuh perjalanan ke pulau antah-berantah yang dirumorkan mempunyai Bunga Rioles di tempat tersembunyi, Caspian berkumpul di dek kapal.
"Harus ada tim yang mencari bunga penawar itu dan tim yang menjaga Arienne di kapal." Juward mengkoordinir. Secara mengejutkan, teman-temannya akur dalam situasi genting ini.
Juward melirik mereka satu persatu. "Baiklah, yang akan mencari bunga itu angkat tangan!"
Pierre, North, Demian, Jake, Carsein, dan termasuk dirinya mengangkat tangan.
Demian mengernyit, menepis tangan Pierre. "Bersihkan bekas liurmu dulu sebelum angkat tangan, Bocah. Kau hanya akan menambah masalah baru, tetap tinggal saja!"
Mata Pierre berapi-api sekaligus melempar prores. "Malah aku akan menemukan bunga penawar itu dalam lima menit!" Ia mengangkat kelima jarinya.
"Bukankah kau di sini tugasnya sebagai dokter? Kau harus menjaga dan merawat kapten, benarkan? Kau harus melayani kebutuhan seseorang!" Pierre tertawa diakhir sembari mengangkat telunjuk ke arah Demian.
Kerutan amarah menegang di kening Demian. Selalu mudah menyingung bangsawan egois sepertinya.
Jake menghela napas. "Ini bukan saatnya bertengkar. Yang lebih bisa membantu harus berada di tim mencari."
North semakin ingin berangkat. "Kalau begitu aku ikut mencari."
Bandit itu menggeleng, ia menepuk bahu North sekali. "Tidak, North. Kamu harus menjaga Nona agar tetap aman jika ada peristiwa tak terduga lainnya."
Manusia dengan suhu tubuh sedingin salju itu berubah murung. "Berarti ... aku tidak lebih bisa membantu?"
Tubuh dan lidah Jake kaku. Ia kembali batuk darah. "Aduh, aku salah bicara."
Carsein sudah menghilang tanpa pengawasan. Ledakan beserta asapnya menjadi pertanda ia masuk ke dalam pulau lebih dulu. Juward ternganga. Menepuk jidatnya pada tiang kapal. Salah besar ia menaruh ekspektasi pada orang-orang bodoh ini. Sangat susah diatur!!
***
Ada dua tim yang telah dibagi dalam misi penyelamatan sang Kapten; pencari Bunga Rioles dan penjaga kapal sekaligus yang memantau keadaan Arienne. Pencari terdiri dari Carsein, Pierre, Jake, dan Juward. Sedangkan Demian dan North termasuk ke dalam tim penjaga. Mari perhatikan tim pencari yang akan mengeksplor pulau ini berempat.
Juward berjalan sambil membuka halaman demi halaman dari catatan herbal yang Demian titipkan. Ia memandang masam, sulit mengakui bahwa tulisan Demian lah yang paling bisa dibaca di antara para kru lain. Pendidikan dari keluarga seorang bangsawan memang beda.
Pada catatan tersebut, disebutkan bahwa Bunga Rioles tumbuh secara tunggal dan langka. Semakin dingin dan terkena angin, ia lebih mudah bertahan hidup. Cara berfotosintesis yang unik, tetapi juga menjebak. Tangkai bunga itu tidak begitu kuat dan jika terlepas dari tanah, ia akan mati dalam hitungan detik.
Informasi ini membuat wajah Juward mengeras, Tidak heran banyak orang yang gagal mencari keberadaan bunga tersebut, bahkan gagal ketika sudah berhasil mencabut bunga itu karena detik selanjutnya tumbuhan langka itu langsung mati.
Jake mengintip, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Matanya beralih pada gunung yang menukik tajam ke atas, begitupun Juward yang kemudian memejam; berpikir bagaimana caranya mereka ke puncak sana.
Sementara keduanya termenung keras. Pierre menyisir rambutnya dengan jemari, menarik sisi demi sisi sebelum mengikat rambutnya dengan karet walaupun hanya terikat setengah. "Semenit saja cukup untuk ke puncak sana, bukan masalah. Follow me!"
Baik Juward maupun Jake saling bertukar pandang.
Pierre menyeringai. "Kita akan mencari air terjun, lalu ikuti saja jalurnya menuju sumber air di atas. Kalian cukup tahan napas saja," ucapnya sambil mengangkat telunjuk. Lalu mengajak kedua temannya untuk mengikutinya di belakang.
Telinga Pierre cukup tajam, ia dapat mendengar deras air terjun dari beberapa ratus meter. Dan air terjun tersebut saking derasnya mereka bertiga berkomunikasi dengan teriakan. Ruang lingkup mereka diisi oleh air terjun yang berisik.
"Kau mau melawan arus seKUAT ini, Pierre?!" Jake berteriak entah marah, heran, atau memang murni bertanya. Ia melihat bebatuan dengan sudut abstrak tajam yang akan sangat berbahaya jika mereka sembarang masuk ke dalam air. Pierre meninjit, memastikan perkataan Jake salah, tetapi faktanya arusnya memang terlalu kuat.
Juward memijit pucuk batang hidungnya karena tiba-tiba kepalanya berdenyut. Ia yakin sehebat-hebatnya Poseidon, jika Dewa itu lompat ke sini sudah pasti hanyut dengan tidak terhormat.
"Apa sebaiknya kita mencari Carsein lebih dulu?" Jake memberi saran. Ketiganya masih tidak tahu dimana Carsein, penyihir itu mungkin bisa dipercaya untuk memudahkan mereka naik ke puncak gunung sedikit lebih aman. Juward bergumam mendengarnya, pun mengulum bibir. "Bagaimana mencarinya? Fokus kita akan terpecah belah, kita tidak punya banyak waktu." Ada gusar yang dirajut bersama nada bicaranya.
Tanpa aba-aba, Jake menarik napasnya dalam-dalam dan berteriak dengan seluruh jiwanya. "CARRRSEEEIINNN!!! WE NEED YOU HERE!!!! WHERE ARE YOUUU!!!"
Darah melompat dari mulutnya, tenggorokannya panas. Butir air mata menupuk di ujung mata. Jake menunduk mencengkeram lehernya. Wajahnya meringis, ia menahan sakit yang tak tertahankan. Burung-burung sampai bubar dari pepohonan, kepakan sayapnya mengudara berbarengan.
Juward panik, wajahnya memerah. Ia memukul kepala belakang Jake cukup keras. "Kau gila? Jangan menambah jumlah pasien, kita cuma punya satu dokter!"
Telinga Pierre bergerak. Ia menangkap suara. Matanya dengan waspada melihat sekeliling, tangannya terjulur ke samping. Aliran air deras naik mengelilingi telapak tangan Pierre, membentuk tongkat panjang yang berwarna putih dengan arus yang memberontak.
Tak lama tanah gemetar. Iramanya bergantian, seperti drum yang ditabuh beraturan. Aungan terbentang tanpa aba-aba, membuat daun kering berguguran. Juward merasakan ancaman yang begitu kuat, segera menyeret Jake mendekat pada Pierre.
Dua tanduk besar. Kaki binatang dan tubuh raksasanya yang gagah. Kepala banteng.
Pierre menggenggam senjatanya erat-erat. "... Minatour."
Sementara, di pinggir pulau, kapal Caspian menepi bersama segelintir kecemasan yang memecut hati. Tubuh sang Kapten mulai mengeluarkan asap tipis-tipis. Demian yang hendak mengganti kain, meneguk salivanya yang tersangkut hebat di tenggorokan. Wajah neneknya terbayang di wajah pucat Arienne, gadis itu menggigil, tetapi suhu tubuhnya terasa sebaliknya.
Demian meraup wajahnya yang sebagian ditutup oleh serbet. Membuang keringat frustasinya. "Ini lebih buruk dari yang kukira. Kalau mereka tidak cepat, gadis ini ... Arienne ..."
Bintik-bintik merah di tubuh Arienne semakin banyak. Demian melangkah keluar, menutup pintu rapat-rapat. Ia melepas serbet di wajahnya. Melihat North yang mengangkat air kompres baru.
"North, susul mereka sekarang juga!"
TO BE CONTIUNED.
SERU BGT DEH!!
Oh iya, gimana nih sudah pada baca episod 2 webtoonnya belumm??
GUYS PANTAU TERUS YA, minggu ini akan ada sesuatu. @barofbel, yuks mutualan supaya tidak tertinggal info rahasia hoho
KAMU SEDANG MEMBACA
SCYLLA'S WAY
Fantasy[Telah diterbitkan] Sepuluh tahun yang lalu, tepat saat Ethan pergi berlayar. Meninggalkan harta karun berharganya, Sang Adik. Ia membuat janji, bersumpah ia akan kembali. Sayang sekali, janji tersebut hanya omong kosong semata. Ethan tak pernah kem...