ㅡ sembilan belas

2.3K 333 7
                                        









Jisoo lirik-lirik seulgi yang lagi melamun di hadapannya. Dia nyenggol Joy yang nulis sesuatu untuk bertanya tapi cewek tinggi itu juga gak tau apa-apa.

"lo kenapa seul?" tanya Jisoo akhirnya. seulgi noleh sebentar sebelum gelengin kepalanya terus pura-pura nulis bikin Jisoo makin curiga.

"ngedate semalem gimana? lancar?" tanya Jisoo bikin seulgi mematung. jisoo yang liat ekspresi muka seulgi langsung menyimpulkan ada sesuatu yang terjadi.

"Lancar, Kino anaknya baik" jawab seulgi singkat karena gak mau di tanya-tanya Jisoo lagi karena pikirannya saat ini berkelana dengan kejadian tadi pagi.

dimana Irene Bae yang bangun dalam pelukannya dan sebuah tanda merah dilehernya.

Flashback

Cahaya matahari yang masuk melalui cela jendela mengusik tidur tenang seulgi. Mata monolidnya mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. dia merasakan kepalanya sedikit pusing dan kedua lengannya berat seperti memeluk sesuatu.

Seulgi mengitari pandangannya dulu. dia bernapas lega karena ini adalah kamarnya. matanya turun untuk melihat apa yang sedang dia peluk. cewek monolid itu terkejut karena dia sedang memeluk seorang gadis.

pergerakan tubuh seulgi itu membuat gadis yang dipeluknya membuka matanya. seulgi menahan napasnya saat gadis itu mendongak.

Demi apapun...

Kenapa Irene Bae ada dikamarnya? lebih parahnya lagi tidur di pelukan seulgi.

Irene yang sadar posisi mereka buru-buru bangun. Pipinya memerah malu karena bangun dalam pelukan seulgi.

"kamu... pusing?" tanya irene ragu. dia liat seulgi mencoba duduk dari tidurnya dengan memegang kepalanya.

"sedikit. kok kakak ada disini?" tanya seulgi ngecek jam. udah jam 7 lewat ternyata. dia ada kelas siang nanti.

"kamu mabuk semalam terus saya yang anterin kamu pulang." Jelas irene singkat. seulgi mengingat kejadian semalam tapi satupun gak ada yang dia ingat.

"wendy kemana?" tanya seulgi liat irene. dia inget semalem sama wendy.

"Wendy pergi setelah anter kamu sampai bawah karena keluarganya ada yang kecelakaan" kata Irene yang berdiri dari duduknya. dia harus segera pulang ke rumahnya dan juga saat ini irene malu.

"Thanks kak udah nganterin gue pulang," kata seulgi yang liat irene mau pergi.

"sama-sama, kalau begitu saya pulㅡ"

"eh tunggu dulu" sela seulgi. Keduanya saling tatapan. seulgi bingung kenapa dia gak mau irene pulang sekarang dari kos nya.

"kamu butuh sesuatu?" tanya irene karena seulgi keliatan salah tingkah.

"eh itu kak... kepala gue pusing" adu seulgi yang detik kemudian dia merutuki mulutnya.

Kenapa juga dia ngadu sama Irene soal pusing?

Irene langsung menaruh kembali tas nya. dia bergerak untuk memeriksa seulgi.

"dapur kamu ada sesuatu yang bisa di masak?" tanya Irene bikin seulgi gelagapan. irene nanya dengan jarak sedekat ini bikin dia deg-degan.

"a..ada kak, mau apa?" tanya seulgi polos.

irene tidak menjawab malah menyuruh seulgi untuk rebahan saja. gadis cantik itu lalu jalan keluar kamar seulgi.

Ponsel seulgi bergetar, panggilan dari Wendy membuatnya menghela napas.

"udah bangun lo?" tanya wendy di sebrang sana.

"gak. gue masih tidur"

"jablay"

"bodo amat, gimana keluarga lo itu? udah mendingan?" tanya seulgi.

"Langsung operasi semalem, tinggal nunggu sadar aja sih. Maklum pembalap wkwkw" canda Wendy.

"udah biasa yekan loㅡ"

ucapan seulgi terhenti karena bunyi dering ponsel lain di kamarnya. dia ngelirik ada ponsel Irene yang ada di samping tempat tidurnya.

"HP siapa tuh seul?" tanya Wendy yang ternyata juga mendengar dering ponsel itu. seulgi merangkak untuk melihat siapa yang nelpon irene. keningnya berkerut tak suka saat melihat nama penelpon.

"lo lagi dimana deh? kok ada dering HP sih. atau jangan-jangan loㅡ"

"nanti gue sambung lagi Wen." seulgi mengakhiri panggilannya sepihak. tangannya bergerak untuk mematikan panggilan di HP irene juga namun terhenti ketika dia tersadar sama pikirannya.

"seulgi tau batasan. ngapain juga lo kesel pas tau yang nelpon itu tunangannya?" gumamnya kesal lalu kembali ke posisi rebahannya.

panggilan itu berhenti sendiri tepat setelah seulgi menaruh lengannya di kening.

"pagi-pagi udah nelpon. sok perhatian banget. cih." sinisnya yang kesal karena melihat nama 'Suho' yang tertera di layar HP irene tadi.

Pintu kamar seulgi terbuka. irene datang dengan satu nampan bubur lalu duduk di samping seulgi.

"cuma ini yang saya temuin di dapur kamu." Irene meniup bubur untuk seulgi. "setelah ini kamu istirahat buat ngilangin pusing, kamu punya obat peredanya?" tanya irene yang telaten nyuapin seulgi.

gadis monolid itu mengangguk tanda dia punya obatnya. gak butuh lama buat seulgi habisin bubur itu. dia minum obat pereda pusingnya.

"makasih kak buat buburnya dan udah ngerawat gue." ucap seulgi pas irene lagi siap-siap untuk pulang.

"gak masalah buat saya. kalo kamu udah mendingan langsung mandi atau makan siang" kata irene yang udah seperti dokter. cewek cantik itu memakai kembali tasnya. rambutnya yang terurai dia rapikan ke belakang sehingga lehernya terlihat.

Mata seulgi dengan jeli melihat satu bekas kiss mark di leher irene. wajahnya berkerut memastikan tanda itu yang tampak masih baru. dia menutup mulutnya tanda terkejut.

Masih baru dan semalam dia tidur sama irene.

Gak mungkin kan kalo itu ulahnya??????????????????

seulgi menggelengkan kepalanya menepis pikiran itu. Irene yang liat seulgi tingkah seulgi menjadi bingung.

"kamu butuh sesuatu lagi?" tanyanya yang di jawab gelengan cepat dari seulgi.

"kalau begitu saya pamit pulang." Seulgi mendengar suara pintu kos nya tertutup.



































"kiss mark itu bukan gue kan pelakunya?"

ㅡ HER ㅡ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang