ㅡ sembilan empat

1.1K 220 23
                                    

2345 kata untuk part ini. panjang banget, ini pun dipercepat 😭


















Irene terkejut ketika Alice tiba-tiba datang menemuinya di tengah malam begini. wanita itu terlihat panik ketika irene membuka pintu apartemennya. irene juga bingung, kemana penjagaan sampai Alice bisa sampai ke apartemennya dan lagi, Jiu izin untuk pergi sebentar.

"apa yang anda lakukan disini?" tanya irene rendah.

bukannya ngejawab, Alice malah meluk Irene erat membuat irene langsung mendorong tubuh ya menjauh.

"apa maksudnya ini!" marah irene mundur.

"Irene, kamu gak apa-apa kan? kamu terluka?" tanya Alice khawatir. dia mau ngeraih tangani Irene namun dengan cepat irene menarik diri.

"pergi sebelum saya mengucapkan kata-kata menyakitkan lagi" usir irene yang berniat untuk menutup pintu apartemennya.

"tunggu.."

irene menatap jengah wanita 10 tahun lebih muda daripada tuan Bae ini.

"kamu tau? papa kamu lagi dirawat di rumah sakit. selama ini dia ada penyakit jantung Irene" ungkap Alice yang melihat irene hanya memasang wajah dinginnya.

"mama mohon sama kamu, dateng temuin papa kamu ya? dia kangen sama kamu sayang"

irene gak jawab dan cuma mau tutup pintu apartemennya namun lagi-lagi Alice menahannya.

"mama mohon!" Alice berlutut dihadapan irene, "papa kamu kangen banget sama kamu, dia ngejar kamu untuk ketemu. dia gak bermaksud jahat Rene" Alice menangis dihadapan irene yang terlihat tak peduli.

"Mama mohon"

"berhenti menyebut diri anda sebagai mama saya karena, sampai kapanpun anda bukan ibu saya"

Alice mendongak melihat irene yang sama sekali tak berekspresi menatapnya, "memohon seperti ini pun gak berpengaruh apa-apa buat saya" katanya yang melihat air mata Alice yang semakin deras.

"Mama tau mama salah karena tiba-tiba nikah sama papa kamu, tapi mama lakuin itu karena mama peduli sama kamu. mama kasihan karena kamu selalu sendirian. mama ㅡ"

"mama, mama, mama! saya muak dengan sebutan itu!" kesal irene meninggikan suaranya

"saya gak butuh rasa kasihan, saya gak mau orang-orang berada didekat saya karena kasihan! dan anda tau itu" marah irene dengan sorot mata tajamnya.

Alice menatap mata itu. sorot mata yang tak pernah berubah dari pertama kali Alice mengenal irene. gadis kecil yang sangat menggemaskan.

Alice berjalan menuju kelas dia mengajar. gadis muda itu tersenyum manis ke anak-anak yang dilaluinya sampai dia melewati taman dimana Irene kecil duduk di ayunan seorang diri.

"Irene?" panggil Alice lembut membuat gadis kecil itu mengangkat kepalanya menatap Alice yang berjongkok dihadapannya.

"kok main sendiri? kenapa gak bareng temen-temennya?" tanya Alice mengusap kepala gadis ini. cantik dan imut pikirnya.

Irene kecil menggelengkan kepalanya, "mereka bahas Mama Papa, Irene cuma diem" katanya sedih lalu menundukkan kepalanya.

"Irene kan juga punya mama papa juga"

"punya, tapi mereka gak peduli dengan irene"

hati Alice terenyuh mendengarnya. ngeliat gadis ini menunduk sedih seperti itu membuatnya ikut sedih.

"terus irene main sendiri, emang gak bosen?" tanya Alice lagi. Irene mengangkat kepalanya lalu menatap Alice yang agak kaget karena tatapan irene yang tajam untuk ukuran anak kecil.

ㅡ HER ㅡ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang