ㅡ enam delapan

1.4K 283 12
                                    



























"dari pada lo liatin gue kek laser gitu, gimana kalo lo makan dulu" kata yoohyeon yang gak nyaman di tatap irene dari tadi.

Mereka berdua lagi berada di sebuah café. yoohyeon yang maksa irene buat ketemu dengan ngancem kalo Irene nolak dia bakalan bilang ke seulgi kalo mereka adalah kakak adik.

"kalo gitu cepat katakan apa mau kamu" kata irene dingin.

"penampilan lo sekarang lebih chic gitu ya, gue biasanya liat lo pake pakaian rapih sekarang pakai gini." komentar yoohyeon yang sadar irene lebih sering pake hoodie. tapi kenapa malah makin cantik?

yoohyeon harus akui kalo kakaknya ini bener-bener punya visual yang no joke. pake apapun tetap keliatan berkelas.

"saya gak punya waktu buat denger omong kosong kamu"

"ah bohong, lo kan gak kerja" kata yoohyeon yang langsung ngeri karena irene natap dia tajam.

"gak gitu, gue gak lagi ngejek lo kok." Ralat yoohyeon karena merasa hawa menjadi gelap.

Irene menghela napasnya, "saya pergi" irene berniat pergi bikin yoohyeon membulatkan matanya.

"Tunggu kak, jangan pergi dulu" tahan yoohyeon  pada tangan irene. gadis cantik itu melirik tangannya yang di pegang yoohyeon lalu melihat yoohyeon yang juga ngeliat tangannya.

"maaf, gak sengaja" yoohyeon langsung melepaskan tangannya dari tangan irene.

dia refleks padahal tau dengan jelas kalo irene gak mau di pegang tangannya.

Irene kembali duduk tanpa permintaan di ikuti yoohyeon.

"lo mah double standar, kalo sama Karina Giselle baik banget. Giliran sama gueㅡ"

yoohyeon menghentikan ucapannya karena Irene mengangkat sebelah alisnya. cewek itu berdehem karena tatapan irene bener-bener tajam.

"gue minta maaf soal kemaren, lo gak di apa-apain sama bodyguard Papa kan?" tanya yoohyeon khawatir.

"apa pentingnya kalo saya kasih tau kamu" ketus irene.

"penting, gimana pun juga lo kakak gue"

"tapi saya gak ngerasa kamu adek saya" tolak irene membuat yoohyeon menghela napasnya.

"mau sampai kapan lo nolak fakta kalo gue adek lo juga?" tanya yoohyeon menatap mata irene. dia baru sadar kalo irene keliatan lebih berisi setelah cabut dari rumah.

"sampai saya ngelupain semua yang terjadi" jawab irene membuat yoohyeon menghela napas.

"gue tau lo udah ngelewatin banyak masa sulit selama ini. tapi kak," yoohyeon menatap irene serius. dia mau memperbaiki semuanya sama irene, hubungan saudara mereka. "gue mau berada di pihak lo, gue mau lo berbagi beban yang lo tanggung ke gue juga. gue adek lo" katanya bersungguh-sungguh membuat irene tertawa sinis.

"tiba-tiba? tuan Bae yang menyuruh?" tanya Irene dingin.

yoohyeon menggelengkan kepalanya, "kali ini bukan permintaan Papa, ini murni dari hati gue. kita saudara dan dari kecil gue sama lo gak pernah akur"

"selamanya saya gak akan pernah mau anggap kamu adik saya," tolak Irene yang ingin beranjak dari duduknya. dengerin omongan gadis di depannya ini buang-buang waktu menurutnya.

"Kak seulgi"

Irene berhenti ketika nama seulgi di sebut sama yoohyeon.

"gue mundur buat dapetin dia," kata yoohyeon membuat Irene melihatnya kembali, "saya gak peduli mau kamu mundur atau maju, itu bukan urusan saya"

"jelas akan jadi urusan kakak! Gue mundur karena di hati kak seulgi cuma ada lo" kata yoohyeon cepat membuat Irene terdiam.

"lo orang yang bisa bikin dia yang tadinya straight jadi belok dan gue malam itu liat sendiri dengan jelas dia selalu mikirin lo padahal lagi bareng gue"

"jangan sok tau" balas irene yang gak mau denger omongan yoohyeon

"gue nerima Jaehyun"

Untuk kedua kalinya irene berhenti karena omongan yoohyeon. kali ini dia ngeliat yoohyeon yang tersenyum kecil karena akhirnya irene ngeliat dia.

"Papa bilang setelah kuliah gue selesai kami akan di melangsungkan pernikahan"

yoohyeon bisa liat dengan jelas kalo irene terkejut dan tangannya mengepal. Lewat tatapannya, yoohyeon tau kalo irene keliatan marah.

"demi firma hukum Papa, gue akan lakuin apa aja"





























Wendy berdiri menunggu Minhyuk, cewek itu melihat-lihat isi dalam toko kue yang berada di sebelah café tujuan mereka. dia gak mau masuk duluan karena Minhyuk, orang yang ngajak dia kesini lagi ngambil HPnya yang ketinggalan di mobil.

Lagi menelisik ke dalam, mata Wendy menangkap pemandangan yoohyeon dan Irene yang keliatan ngobrol serius.

"lah sejak kapan kak irene sama yoohyeon deket anjir?" tanyanya bingung. dia menajamkan matanya untuk ngeliat lebih jelas karena takut salah.

"lah beneran mereka njir" seru wendy tertahan. dia liat Irene berdiri dari kursinya dengan wajah dingin.

"eh anjir ini mereka berantem kah?" tanya wendy heboh karena irene keliatan marah di liat dari tangannya yang mengepal.

"Liatin apa Wen?" tanya minhyuk yang tiba-tiba berada di samping wendy bikin dia kaget.

"bangsat ngagetin lo" wendy reflek memukul bahu minhyuk membuat pria itu mengaduh. wendy mukulnya kayak ada dendam pribadi.

"gue lagi liatin kating sama deting gue, kok tumben mereka ngobrol" tunjuk wendy ke yoohyeon dan Irene yang mau jalan dari mejanya. Minhyuk yang ikut ngeliat menyerngit aneh.

"ya wajarkan? mereka saudara kandung" ucap Minhyuk menaikan alisnya bingung.

Mata wendy mengikuti Irene yang udah keluar dari café yang langsung pergi gitu aja tanpa melihat dia.

"iya juga sih saudara kanㅡAPA?! LO NGOMONG APA BARUSAN?!" teriak wendy kaget bikin Minhyuk kaget. mata wendy melotot gitu.

ini dia gak salah denger kan? saudara kandung? Irene dan yoohyeon?

"Iya, kan kak irene sama yoohyeon tuh saudara kandung, emang apa salahnya?" Tanya Minhyuk bingung karena reaksi wendy yang menutup mulutnya tak percaya.

"Oh My God! lo kenal mereka?"

Minhyuk mengangguk, "ya bisa di bilang gitu, kita satu SMA dulu. kak irene anaknya berprestasi tapi ga kulkas berjalan" jawab Mark seadanya.

Wendy mondar mandir gak percaya.

ㅡ HER ㅡ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang