ㅡ lima tujuh

1.4K 271 24
                                    











"nilai saham semakin menurun?" Tanya tuan Bae ketika melihat laporan perusahaan mereka.

"bukan hanya itu saja tuan, beberapa investor menarik diri dan klien pergi karena mereka menemukan firma yang lebih tepat" lapor asistennya membuat tuan Bae terdiam.

ini baru seminggu setelah irene mengundurkan diri dari kantor dan masalah besar udah muncul. Firma hukumnya kalah saing dengan lawannya karena biasanya irene yang meyakinkan mereka semenjak bekerja disini. Jika terus begini bisa aja firma mereka berada di level bawah dan bangkrut.

"kamu cari investor lain dan tawarkan apa saja yang kita punya" suruh tuan Bae memegang kepalanya pusing.

"baik tuan" asistennya itu keluar dari ruangan.

yoohyeon memasuki ruangan papa nya itu melihat sang papa memijat keningnya.

"papa kenapa?" tanyanya khawatir. tuan Bae tersenyum menyambut putrinya itu.

"saya gak apa-apa, kamu ada apa kesini?" tuan Bae tak ingin yoohyeon tau permasalahan yang sedang perusahaan hadapin ini.

yoohyeob memberikan map yang dibawanya ke tuan Bae, "ini laporan klien yang papa minta dari aku kemaren. disitu tertulis nama-nama mereka beserta kasus yang kak Irene tanganin" kata yoohyeon menjelaskan. dia liat papa nya itu membaca dengan teliti.

Tuan Bae kagum dari 90 nama yang irene tangani kasusnya semenjak menjabat menjadi direktur, 80% di antaranya irene memenangkan kasus mereka dan sisanya masih ada dalam tahap banding. tuan Bae sama sekali tidak tahu tentang ini karena dia selalu menyuruh irene membereskan semuanya.

"kamu pelajari berkas kasus yang kakak kamu urus karena ada beberapa kasus yang belum selesai dia tangani, ada pengacara kita yang akan mengambil alih dan kamu belajar dari mereka." kata tuan Bae mendapat senyuman lebar dari yoohyeon. Dia seneng banget akhirnya di minta buat ngurus kasus walaupun belum bisa jadi pengacara langsung karena masih kuliah, setidaknya dia akan belajar banyak dari ini.

"aku akan kerja keras Pa" ucapnya semangat. gadis itu meninggalkan ruangan tuan Bae yang menatap map kerjaan irene.

dia berpikir harus segera membawa Irene kembali ke perusahaan.









































"baru kali ini gue liat lo keluar dengan pakaian sesantuy ini Rene" tegur solar pas mereka makan di warung bakso deket tempat kerja Solar.

Karena irene pengangguran saat ini, jadi dia bisa pergi kemana aja tanpa pakaian formal bersamanya. dia bahkan pake sepeda buat jalan-jalan dan sengaja datengin Solar karena udah lama gak ketemu. Solar juga udah tau kalo temennya ini resign dari kantor.

"kedepannya jangan heran lagi Lar,"

"emang lo mau gini terus?" Tanya solar penasaran. Irene menghentikan makan baksonya

"kerja juga kamu tau tuan Bae gimana" jawab Irene seadanya. solar mengangguk setuju, dia paham banget gimana watak bokapnya Irene itu.

"kerjaan kamu gimana? aman aja kan?" tanya irene membuat solar tersenyum lebar.

"aman banget, bos gue orangnya baik Rene, makasih ya" ucap solar tulus.

dia bisa kerja di PT ini karena bos tempat kerja solar adalah rekan bisnis Irene. solar sebenernya cuma tamat SMA dan dia bersyukur banget bisa jadi karyawan bersanding dengan orang-orang sarjana berkat temennya itu.

"sama-sama, saya yang harusnya meminta maafㅡ"

"apaansih Rene lo mah, yang lalu udah berlalu. lagian sekarang gaji gue udah sangat cukup buat biayain idup gue sama keluarga" potong solar cepat karena tau irene mau ngomong apa. dia menepuk pundak temennya itu karena mukanya irene jadi sedih.

"karena gaji kamu gede, bisa kali bayarin bakso saya ini" tunjuk Irene ke mangkok baksonya.

Solar ketawa kecil, "kalo soal bakso mah tenang, gue bisa bayarin lo" katanya berbangga diri tanpa tau senyum jahil Irene.

"tapi saya mau nambah 2 mangkok lagi sekaligus mau bungkusin buat gebetan saya Lar, gak apa-apa kan?" tanya Irene memasang wajah polosnya bikin solar memegang dadanya lebay.

"tolong mulai besok lo blokir aja nomor gue, pura-pura kita gak kenal aja ya" keluh solar bikin irene ketawa ngakak.

dia cuma bercanda dan sejujurnya irene masih merasa bersalah dengan temennya ini. solar begini juga karena ulah tuan Bae, seandainya dulu tuan Bae gak ganggu keluarga Solar, mungkin mereka akan kuliah dikampus yang sama walaupun berbeda jurusan dan solar bisa cari kerja dengan gaji yang lebih besar dari ini.







































"WHAT? Kamu makan di pinggir jalan dan pake baju sesantai ini? kamu gak mikir kalo keluarga Suho liat kamu mereka bisa pandang kamu rendah Irene." marah nyonya Kim pas liat irene keluar dari warung bakso bersama solar.

pas liat kedatangan nyonya Kim, Irene langsung nyuruh Solar buat cabut duluan karena dia gak mau temennya itu dapet masalah.

Irene memutar bola matanya malas, "ya bagus dong, biar sekalian mereka batalin pertunangan" balas irene ketus. dia lihat nyonya Kim yang memegang keningnya.

"Ikut mama sekarang, kamu ganti baju yang bagus. masa iya calon menantu keluarga terpandang pakaiannya kayak gini sih" kata nyonga Kim menarik tangan irene namun di hempasan gadis cantik itu.

"saya gak mau. Minggir" kata irene menaiki sepedanya bersiap untuk pergi namun nyonya kim meraih baju irene belakang membuat gadis cantik itu hampir terjatuh.

"UDAH GILA YA?!" marahnya membuat nyonya Kim kaget.

"Berani banget kamu bentak mama Irene!" marahnya keras. dia menatap putrinya itu tajam.

"mama? omong kosong macam apa itu nyonya Kim. setau saya, mama saya udah buang saya dari dulu." ucap irene rendah lalu mengendarai sepedanya pergi dari sana meninggalkan nyonya Kim yang tercengang.

"anak itu..." kesalnya ngeliat irene yang udah jauh dari pandangannya.

ㅡ HER ㅡ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang