ㅡ enam puluh

1.4K 281 11
                                    










Irene duduk di halte deket rumahnya menunggu jisoo yang jemput dia. sinar lampu mobil membuat Irene menyipitkan matanya. Mobil putih itu berhenti tepag di depannya lalu keluar Jisoo dan kedua orang tuanya yang masih pakai piyama. tante Dara langsung meluk Irene

"kamu gak apa-apa?" tanyanya ke keponakannya itu. dia liat sudut bibir irene lebam membuatnya marah.

"Taeyeon sialan!" amuknya gak terima.

"Pakai jaket om dulu Irene." Om Jiyong ngasih jaketnya untuk irene lalu meraih barang irene buat dimasukan kedalam bagasi.

mereka berkendara pulang kerumah keluarga Kim dengan tante Dara yang tak henti memegang tangan keponakannya itu. dia liat irene cuma pakai kaos dan celana pendeknya. dia gak tau apa yang akan terjadi kalo irene gak nelpon jisoo tadi.

"kamu udah makan sayang?" tanya Tante Dara setelah mereka sampai rumah. suaminya udah membawa barang irene ke kamar yang biasa irene gunakan saat nginep di rumah dulu.

"udah Tante, makasih ya udah mau nampung saya disini. sayaㅡ"

"ngomong apasih kamu?" sela om Jiyong dari belakang. "kamu bisa dateng kerumah ini kapanpun kamu mau, pintu selalu terbuka buat kamu Rene." kata om Jiyong yang di setujui Tante Dara.

"tuh denger kata Om kamu, jangan sungkan sayang" kata Tante Dara lembut mengusap kepala irene. dia sedih melihat gadis cantik yang duduk di hadapannya ini.

"Makasih om tante" kata irene tulus. dia beruntung punya kedua orang ini yang menyayanginya seperti anak sendiri.

"yaudah kamu istirahat dulu kalo gitu, nanti aja cerita kalo kamu udah siap ya?" pinta om Jiyong mengusap kepala irene. Selain keluarga seulgi, keluarga Jisoo adalah orang terhangat yang dia punya.

Jisoo yang diem melihat Irene memutuskan buat tidur bareng irene malam ini. dia mau ngehibur kakaknya itu.

"itu pipi kakak mau di kompres dulu gak?" tanya jisoo setelah mereka dalam kamar.

"gak usah, saya cuci muka dulu" tolak irene berjalan ke kamar mandi.

"jahat banget si om Tae, pengen banget gue jambak"

"Emang kamu berani?"

"ya berani kalo rame-rame" jawab jisoo percaya diri bikin irene ketawa lalu mengaduh karena luka bibirnya.

"Jangan ngelawak jisoo, saya gak bisa ketawa" keluh irene. dia melihat pantulan dirinya dari kaca kamar mandi. perkataan tuan Bae tadi terus melintas di benaknya.

jadi dia adalah anak yang tidak di inginkan?

irene menundukkan kepalanya menahan tangis.

gak, dia gak mau nangis disini karena ada jisoo di luar dan pasti anak itu akan heboh kalo tau irene nangis.

"kok lo lama banget sih di kamar mandi? bertelor kah?" ucapan jisoo itu membuat irene terkekeh dengan mata berkaca-kacanya.

Gadis cantik itu membasuh mukanya untuk kedua kali lalu keluar dan melihat jisoo yang rebahan di lantai.

"ngapain di lantai? tempat tidur kan ada?" tanya irene heran dengan kelakuan 4D Sepupunya ini.

"Bosen di hangatin, maunya di dinginin" ucapan random jisoo itu hanya di balas delikan oleh irene. dia gak mau nanggepin jisoo dan memilih untuk rebahan di kasur.

Gak lama dia merasa seseorang memeluknya dari samping.

"lo tau gak? Gue tuh panik banget pas lo bilang cabut dari rumah" cerita jisoo, "khawatir lo kenapa-kenapa, mana ini malem banget lagi" kata jisoo sedih. dia lagi prepare mau tidur tadi pas irene nelpon.

"maaf bikin khawatir"

"lo harus gini terus kak, apapun itu lo kasih tau gue. jangan nanggung semuanya sendiri" kata jisoo tulus, irene bisa merasakan lengannya basah dan dia nebak kalo jisoo lagi nangis.

"kamu nangis?" tanya irene yang mau bergerak ngeliat jisoo tapi ditahan sama anak itu.

"gak usah di liat, gue gak cantik kalo nangis"

"emang kamu kapan gak cantiknya jisoo?" tanya Irene gemes.

"hah bener-bener ya lo," jisoo mengelap air matanya ke baju irene bikin dia dapet cubitan sayang dari irene.

"btw kak, itu yang lo bungkus itu apa?" tanya jisoo karena tadi dia liat ada sesuatu yang di bawa irene dalam bungkusan.

"gitar"

"gitar? lo main alat musik lagi?" tanya jisoo. dia inget dulu irene itu suka musik tapi sama om nya dilarang.

"Iya, itu gitar punya seulgi"

Jisoo melepaskan pelukannya dari irene. "dari seulgi? gitar yang dia taruh di sudut kamarnya?" tanya Jisoo memastikan.

Irene mengangguk, "kamu tau?"

Jisoo menutup mulutnya tak percaya, "tau banget, itu gitar kesayangan seulgi. dia belinya hasil dari ikut lomba dance bareng seseorang" terang jisoo yang sama dengan seulgi, "tapi dia bukan sembarang orang, dia itu yang tau seulgi dari kecil bahkan dulu pas kita SMA," penjelasan jisoo membuat Irene mengerutkan dahi. seulgi gak cerita soal ini.

"kan gue anak pindahan tuh. Terus si Wendy cerita kalo dia, seulgi dan orang itu tinggal di Amerika terus wendy dan seulgi pulang duluan ke sini karena ada sesuatu yang terjadi. gak lama, orang itu juga ikut nyusul pindah sini padahal orang tuanya masih stay disana. gue denger-denger sih dia itu suka sama seulgi tapi gak berani bilang karena takut persahabatan mereka berantakan" jelas Jisoo yang gak liat muka irene kayak mengingat sesuatu.

"awalnya gue ngerasa gak mungkin soalnya seulgi pas SMA playgirl cap biawak banget dan orang itu pacaran sama kakel kita namanya bang L, tapi ada anak PMR liat kalo orang itu cium dahi seulgi pas si seulgi tidur di UKS karena bolos berkedok sakit." Jisoo.

"siapa namanya?"

"Krystal," nama itu membuat irene membeku.

"sampai rumor kalo Krystal suka seulgi itu terpatahkan pas kita kelas 3, waktu itu Krystal ketauan hamil. satu sekolahan heboh karena dia itu cewek pendiem dan gak banyak tingkah. dia di keluarin dari sekolah dan gue inget banget, seulgi kecewa berat sama krystal. dia gak mau ketemu sama sekali sama krystal bahkan gue sama wendy capek sendiri bujuknya." Jisoo mengingat kejadian bertahun-tahun lalu itu.

"sampai suatu malam, krystal nekat buat gugurin kandungannya yang besar itu, dia mabok dan nyebrang jalan dan dia..... ketabrak mobil" jisoo menahan napasnya. "Krystal kritis dan bayinya gak bisa di selamatkan. 1 minggu kemudian Krystal meninggal dan itu jadi pukulan berat buat seulgi kak," jisoo menatap irene yang mendengarkan ceritanya. "malam itu Krystal udah nelpon seulgi buat ngajak ketemuan tapi seulgi tetep nolak karena dia kecewa sama sahabatnya itu, krystal bilang dia mau ngomong sesuatu dan gak tau kapan bisa ngomongnya lagi."

Jisoo mengusap mukanya dulu, kalo inget kejadian itu bikin dia sesak juga. walaupun gak dekat sama krystal, tapi mereka satu angkatan dan beberapa kali pernah ngobrol.

Irene memejamkan matanya, kepalanya mendadak berdenyut sakit mendengar cerita jisoo. dia menatap sudut kamar, gitar seulgi yang terbungkus kain itu.

"maafin saya" sesal Irene lirih

ㅡ HER ㅡ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang