ㅡ seratus enam

1K 203 27
                                    

"gak usah banyak komen, kamu tuh ya haduh bikin mami pusing tau gak" omel nyonya Kim karena Giselle ogah-ogahan turun dari mobil. mereka lagi di pemakaman karena kata nyonya Kim dia mau ngenalin seseorang ke Giselle.

"ya tapi kenapa harus ke sini, akutuh takut mami" rengek Giselle yang megang tangan nyonya Kim. mana cuma mereka berdua lagi dikawasan ini.

"oh ada juga yang kamu takutin ternyata" sindir nyonya Kim membuat Giselle memanyunkan bibirnya.

"ya ada lah"

"udah diem, ini kamu hati-hati jalannya" tunjuk nyonya lee ke tangga.

irene menaruh bunga Krisan didepan makam krystal. dia menaruh syalnya di depan pusaran gadis yang tersenyum manis dalam fotonya.

"pertama saya datang kesini buat nganterin kamu istirahat, kedua kalinya datang jadi pacar sahabat kamu dan ketiga kalinya, saya mau pamit sama kamu, Krystal" ucap irene pelan. dia berlutut di depan pemakaman itu.

"kita pertama bertemu di bulan Desember, saat itu saya seharusnya mengakhiri hidup saya tapi malah kamu yang pergi duluan" kata irene mengingat kecelakaan beberapa tahun silam itu.

"seandainya saya lebih cepat, mungkin kamu masih bisa selamat dan bisa berkumpul dengan keluarga kamu termasuk dengan seulgi" Irene berkata lirih lalu mengusap nama krystal.

"maaf, saya udah bikin sahabat kamu kecewa dengan memutuskannya sepihak bahkan saya meninggalkannya. saya minta maaf krystal" sesal Irene menundukkan kepalanya menahan tangisannya.

"seulgi adalah kebahagiaan saya krystal, dengan bersama seulgi saya gak perlu khawatir apapun. saya bisa tertawa bahagia sepuasnya tapi saya, saya bukan kebahagiaan seulgi. pria itu... pria itu akan selalu mengganggunya sampai mendapatkan apa yang dia mau. saya gak mau kehilangan lagi, saya gak mau Seulgi jadi Jasmine kedua. saya gak bisa krystal. melihat seseorang terluka karena saya" ucap irene parau. dia merasakan tetesan hujan mengenai kepalanya.

"kalau begitu, saya pamit Krystal"

sementara itu, nyonya Kim dan Giselle sedang berada di depan pusaran bernama Bae Jihyun yang giselle bingung karena pusaran itu kecil.

"dia kakak kamu" kata Nyonya Kim membuat Giselle bingung. kakaknya? setau dia kakaknya cuma Irene.

"mami seharusnya punya dia kalo gak ada sebuah insiden" cerita nyonya Kim yang lalu mengusap nama yang tertera itu. dia tersenyum sedih. Bae Jihyun adalah putrinya yang seharusnya lahir jika bukan karena ibunya yoohyeon datang kerumah dengan membawanya saat itu. nyonya Kim stress sehingga membuatnya kehilangan bayi yang diberi nama Bae Jihyun.

Giselle melihat pundak maminya sedikit bergetar, gadis belia itu lalu bergerak untuk mengusapnya lembut.

"maafin mama Jihyun" bisiknya sangat pelan bahkan giselle gak bisa denger. Giselle mendongakkan kepalanya saat merasakan tetesan air hujan yang turun.

"mami kayaknya mau hujan, kita turun yuk" ajaknya. nyonya Kim menghapus air matanya lalu mengusap pusaran itu sekali lagi.

"mama pulang dulu sayang" pamitnya lalu berjalan pergi meninggalkan pusaran karena khawatir hujan akan turun lebih deras lagi.

kedua ibu dan anak itu turun bersamaan. giselle memimpin jalanan sedangkan nyonya Kim berhati-hati. keningnya menyerngit ketika melihat beberapa pria berjas berjalan cepat melewati mereka, salah satunya nyonya Kim kenal membuatnya semakin keheranan.

"ada apa dengan mereka" gumamnya lalu kembali berjalan turun dan mendekati mobil. dia melihat ada tiga mobil yang terparkir bersama mobil mereka. nyonya Kim sudah masuk kedalam sedangkan giselle, gadis itu hendak masuk namun matanya menangkap case ponsel yang dikenalinya dari mobil yang terparkir di sebelah mereka.

ㅡ HER ㅡ ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang