Bab 13 : Keakraban

17.2K 2.2K 66
                                    

Haechan kembali duduk. Jaemin menatapnya penuh sumringah. Dia mendekat ke meja Haechan dan berkata senang, "Pangeran, anda benar-benar hebat. Suasana yang sebelumnya tegang, langsung cair berkat anda."

"Jangan memujiku terus, Jaemin." Walaupun dia berkata jangan, Haechan membatin, 'Pujilah, pujilah terus aku, Na Jaemin, hehe... Orang-orang harus melihat keterampilanku, bukan?.'

"Anda ada disini untuk dipuji." Jaemin menjawab jujur. Tidak ada jejak kebohongan diwajah tampannya.

Haechan mengangguk setuju. Dia kembali menyesap secangkir Anggur Angin Malam.

Kening Jaemin berkerut sesaat. Dia bertepuk tangan, "Wah, ini cangkir ke sebelas anda. Pangeran, anda benar-benar sangat kuat." Pujinya. Jaemin menambahkan, "Anggur Angin Malam, selain dinobati sebagai anggur terbaik, anggur ini juga dinobatkan sebagai anggur paling kuat rasanya."

"Kulihat, kau juga menyesap itu berkali-kali."

Jaemin menunjuk cangkirnya, "Ini? Haha... Isinya hanya anggur biasa. Dua kendi Anggur Angin Malam yang saya bawa, sudah anda habiskan sendiri, Pangeran."

Haechan tertawa canggung. Dia benar-benar tidak sadar, sudah menuangkan anggur kedalam cangkirnya berkali-kali.

Yang disamping kanannya tercengang. "Pangeran, anda... Anda bisa minum anggur??"

Haechan menoleh, menatap orang yang bertanya, "Tentu saja, apa salahnya?"

Jeno melongo, "Ba... Bagaimana bisa, itu terjadi?"

Haechan membatin, 'Bagaimana caraku mengatakannya, kalau didunia asliku, aku bahkan sudah mencoba banyak jenis minuman beralkohol. Renjun selalu mengambil minuman beralkohol milik ayahnya dan kami mencobanya bersama. Lagipula, Anggur Angin Malam ini sama sekali tidak sebanding dengan alkohol dimasa depan. Haaa... Mengingat Renjun, aku jadi merindukannya.'

Belum sempat menjawab, perut Haechan mulai mual. Dia kembali menelan sesuatu yang hampir keluar dari mulutnya.

"Se... Sekarang aku tidak bisa minum lagi. Perutku mual, huupp.." Haechan menutup mulut dengan telapak tangan. Dia hampir muntah.

Sepertinya, tubuh barunya ini hanya bisa menampung satu pertiga dari batas alkohol yang biasa ia minum.

Jeno memberinya secangkir air putih. "Minum air putih ini, Pangeran."

Haechan segera mengambil cangkir itu dan langsung menghabiskannya.

Beberapa saat kemudian, dia akhirnya bernapas lega.

Jaemin terkekeh-kekeh melihatnya. Kepalanya menunduk-nunduk dan ia menyadari sesuatu.

"Ngomong-ngomong Pangeran, huuumm, anda memiliki aroma tubuh yang wangi. Ini seperti wangi mmm bunga mawar. Anda memiliki aroma bunga mawar pada tubuh anda!" Ucap Jaemin mengendus aroma tubuh Haechan.

Haechan melakukan hal yang sama dengannya. Dia mengendus dirinya sendiri dan setuju akan perkataan Jaemin.

Sejujurnya, tubuhnya didunia asli juga memiliki aroma bunga mawar. Dia tidak tahu kenapa hal itu bisa terjadi padanya. Yang jelasnya, dirinya selalu bertanya-tanya, bahkan Renjun tidak bisa membantu menghilangkan aroma tubuhnya dengan menggunakan parfum kelas tinggi sekalipun.

Seakan-akan... Seluruh bagian tubuhnya itu terbuat dari sekumpulan bunga mawar yang mekar dengan aroma yang menyerbak.

Karena aroma itu sudah biasa ia kenal, dia sampai tidak menyadari, jika aroma pemilik tubuh ini, sama dengan aroma tubuhnya yang asli.

Haechan menggeleng tidak tahu.

Jaemin menatapnya dan langsung mengerti.

Tepat setelah itu, Jeno yang mendengar mereka berbicara, berkata, "Itu karena Pangeran sangat menyukai bunga mawar sejak kecil. Anda suka memetik bunga mawar, menanam bunga mawar, be... berendam dengan bunga mawar, segalanya tentang bunga mawar. Bahkan, anda juga memakan bunga mawar."

Haechan dan Jaemin terkejut bersamaan, "Hah?"

"Apa aku segila itu terhadap bunga mawar?"

Jeno menjawab yakin, "Benar."

"Karena beberapa tahun ini telah terjadi sesuatu yang menimpa anda, Ayah saya menukar rendaman kelopak bunga mawar menjadi bubuk untuk anda mandi." Lanjutnya.

Haechan berpikir, lalu kenapa tubuh asliku juga memiliki aroma bunga mawar? Seingatku dulu, ayah dan ibu tidak pernah merendamku dengan kelopak bunga mawar. Juga... Aku bahkan jarang bertemu dengan bunga jenis ini.

Hari semakin larut. Sebagian tamu sudah pulang kerumah mereka masing-masing. Yang tertinggal masih banyak, dan perbincangan mereka semakin menjalar-jalar hingga membahas Kerajaan seberang.

Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu, sudah lama kembali ke Istana mereka. Meninggalkan para tamu untuk terus menikmati perjamuan malam ini. Begitupula dengan para selir, mereka telah kembali ke Istana mereka bersama dengan kembalinya Yang Mulia.

Karena mereka para wanita, takutnya, ada sesuatu hal buruk yang akan terjadi pada mereka. Misalnya, tamu-tamu yang mabuk dan berpikir jika mereka adalah seorang wanita penghibur.

Untuk itu, seluruh selir diharapkan untuk kembali ke Istana selir.

Haechan menguap. Jeno sudah menghilang dari tempat duduknya. Dia melirik kearah Jaemin yang tengah berbincang dengan seseorang dibelakangnya. "Jaemin!" Panggilnya.

Jaemin menoleh, "Ya, Pangeran."

"Kapan perjamuan ini berakhir?"

"Mmh... Biasanya sampai pagi."

Haechan terbelalak, "Pagi? Lalu, kapan kita bisa tidur?"

Jaemin tertawa kecil. "Kalau anda mengantuk, anda bisa pulang sekarang, Pangeran. Lagipula, beberapa orang sudah kembali kerumah mereka masing-masing."

Haechan mengangguk. Dia bangkit berdiri dan melangkah pergi. Tidak akan ada satupun orang yang akan memanggilnya, semua orang sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing didalam Aula Perjamuan malam ini.

Jaemin berjalan ke bagian depan Aula. Dari semua orang yang dilihatnya, hanya Pangeran Putra Mahkota lah yang masih duduk khidmat sembari menyesap cangkir. Dia melangkah menuju tempat duduk Pangeran Putra Mahkota dengan membawa dua cangkir kecil. Yang satu ditangan kanan dan satu cangkir lagi ditangan kiri. "Pangeran, minumlah dengan saya." Kata Jaemin meletakkan salah satu cangkir berisikan Anggur Angin Malam keatas meja kecil Minhyung.

Walaupun mereka kakak beradik, status Jaemin tetaplah dibawah Minhyung.

Minhyung menatap Jaemin dingin.

Seseorang tiba-tiba saja menghentikan Jaemin, "Pangeran Putra Mahkota dilarang minum anggur."

Yang berbicara adalah Jeno yang baru datang entah darimana. Ekspresinya benar-benar berbeda dari pria yang tadi berbicara dengan Haechan. Pria yang memiliki wajah penuh iba.

Ekspresi sebelumnya yang patuh seperti anak anjing, kini menampilkan sosok anjing buas dihadapan Jaemin. Tidak ada kesan akrab sekalipun yang terlukis diwajah Jeno.

Bagaimanapun, dia adalah seorang Jenderal muda yang telah membunuh banyak musuh bersama Pangeran Putra Mahkota.

Jaemin terkesiap.

Lalu, dia berkata ramah dan meminta maaf, "Maafkan saya. Saya benar-benar tidak tahu ada larangan minum anggur untuk Pangeran Putra Mahkota."

Jaemin menambahkan, "Sebelumnya, Pangeran Donghyuck telah menghabiskan banyak cangkir anggur, jadi saya pikir..."

BRAK!

Minhyung mengambil cangkir diatas meja, menghabiskannya dan membanting keras cangkir tersebut diatas meja.

Pupil mata Jeno menyusut, "Pangeran, itu anggur!!" Tegurnya.

Bukannya mengambil cangkir berisi air putih yang biasanya ia minum, Minhyung malah mengambil cangkir anggur yang diletakkan oleh Jaemin diatas mejanya sebelumnya.

Uhuuk... Uhuk...

Minhyung terbatuk-batuk. Air anggur sudah memasuki tenggorokannya. Rasa anggur itu benar-benar sangat kuat.

Dia menatap kesal Jaemin.

Jaemin menelan kasar salivanya, ia menunduk hormat berkali-kali dan terus meminta maaf.

"Maafkan saya, maafkan saya, Pangeran."

_o0o_
-27012022-

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang