Hari semakin larut. Malam sudah tiba. Istana Lee dipenuhi oleh cahaya emas yang berasal dari lentera-lentera bercahaya yang akan diterbangkan diatas langit yang gelap. Seluruh harapan sedang menunggu, ribuan orang berkumpul dengan wajah yang berseri.
Bersama kakaknya, Donghyuck menyalakan lentera mereka. Wajahnya sumringah memegang lentera, dan sang kakak menghidupkan lilin kecil pada lentera tersebut.
"Apa harapan Kakak?" Tanya Donghyuck pada Soohyuck.
Kakaknya itu tersenyum. Lalu menjawab dengan usapan lembut dikepala Donghyuck, "Kakak harap, Adik berumur panjang. Hidup bahagia dan jauh dari kesulitan."
"Donghyuck juga." Sahut Donghyuck menatap lekat-lekat pada kakaknya. "Aku harap Kakak juga bernasib baik. Jangan tinggalkan aku, Kak. Selain orang tua kita, aku hanya punya Kakak." Lanjut Donghyuck.
Soohyuck menggeleng kecil. "Kakak akan selalu menemani Adik."
Mendengarnya membuat Donghyuck tersenyum lebar. Atensinya teralih pada pandangan kakaknya yang tertuju pada seseorang dibelakangnya.
"Pangeran Putra Mahkota, anda disini." Soohyuck menyapa penuh sopan. Kepalanya menunduk sebagai penghormatan.
Donghyuck menoleh kebelakang, mendapati Minhyung yang melangkah mendekatinya.
"Pangeran beneran datang." Ucapnya senang.
Minhyung mengangguk kecil. "Kau menunggu?"
"Tentu saja." Balas Donghyuck cepat.
Soohyuck tersenyum simpul. Menyerahkan sepenuhnya lentera mereka pada sang adik. "Adik bersama Pangeran saja, ya."
"Kita bertiga saja." Ujar Donghyuck yang dibalas helaan napas Soohyuck.
Gadis itu berkata, "Satu lentera hanya bisa diterbangkan oleh dua orang saja."
"Tapi aku juga ingin menerbangkan lentera dengan Kakak." Donghyuck sedikit merengek, Minhyung yang berdiri disampingnya hanya melihat kedua kakak beradik itu.
"Adik masih bisa menerbangkan lentera bersama Kakak lagi saat acara kedewasaan Adik yang ke 15. Tapi malam ini, hari yang menjadi satu-satunya Adik menerbangkan lentera dengan Pangeran Minhyung. Ini kesempatan untuk Adik. Lain kali kita bisa menerbangkan lentera ini bersama. Oke?" Soohyuck berujar lembut. Mengusap pucuk kepala Donghyuck.
Donghyuck meragu. Seperti ada yang salah dengan hatinya.
Pikiran yang mengganggu terlintas dikepalanya. Apakah ini kesempatan terakhirnya menerbangkan lentera dengan Minhyung atau kesempatan terakhirnya menerbangkan lentera dengan sang kakak?
Melihat adiknya yang belum juga menjawab, apalagi raut wajah Minhyung yang menampilkan wajah bingung. Soohyuck melanjutkan, "Adik, dengarkan Kakak ya. Pangeran Minhyung datang kesini untuk menerbangkan lentera bersama Adik sebagai temannya Adik. Bukankah sebelumnya Adik bersemangat saat mengatakan pada Kakak jika Adik ingin menerbangkan lentera bersama Pangeran Minhyung, dan sekarang Pangeran Minhyung sudah ada disini. Jangan kecewakan dia."
Donghyuck bergeming.
Minhyung menyahut, "Kalian berdua bisa menerbangkannya bersama. Aku hanya akan melihatnya."
"Tidak apa-apa, Pangeran. Anda bisa menerbangkannya bersama Adik saya. Saya bisa menerbangkannya bersama Jeno." Balas Soohyuck tersenyum.
Dia melangkah pergi, meninggalkan Donghyuck serta Minhyung dan berjalan mendekati Jeno yang tersentak kaget saat melihatnya sedang membantu memegangi lentera pada tangannya.
"Biar aku bantu." Ucap Soohyuck.
"Nona." Jeno kaget. Lentera pada tangannya bahkan hampir terjatuh.
Minhyung menatap Donghyuck kembali. "Aku menganggumu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]
FanficTINGGALKAN JEJAK WALAUPUN KAMU PEMBACA BARU ‼️ [ End ] || Historical Fiction •Hiraeth - Memiliki arti dari Kerinduan, Keinginan yang Tulus dan Rasa Penyesalan. Summary : 1521; HIRAETH merupakan kisah cinta antara dua sejoli yang sebenarnya berakhir...