Bab 24 : Pagi Pertama Dirumah Jenderal

17K 2.1K 84
                                    

Hari terus saja berlarut. Haechan duduk dipinggir ranjang dengan kaki yang diayun-ayun dan tangan yang menopang tubuhnya. Dia menatap langit-langit dan merasa bosan. Istana selir berada diujung Istana Utama, sedangkan tempat tinggalnya ini berada diujung yang lain. Hanya ada Istana Putra Mahkota yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya.

Bisa dibilang tetanggaan.

Dia merasa jenuh. Tidak punya ponsel atau televisi yang dapat menghiburnya.

Sebenarnya, ada banyak buku yang tersusun rapi diatas lemari buku, tapi Haechan terlalu malas untuk membaca bahkan membukanya.

Matanya perlahan terpejam dan ia jatuh tidur.

---

Kerajaan Barat,

Rombongan Kerajaan Lee akhirnya tiba di Kerajaan Barat. Mereka diarak dan disambut meriah oleh para rakyat Kerajaan Barat. Bunga-bunga yang penuh warna dilemparkan dengan rasa sukacita kepada anggota Kerajaan Lee yang berkunjung ke Kerajaan Barat ini.

Banyak rakyat terutama gadis-gadis muda dengan balutan pakaian yang cerah-cerah, berbaris disepanjang jalan yang dilalui oleh rombongan berkuda Kerajaan Lee. Mereka tersenyum manis sembari melempar bunga dalam keranjang yang mereka bawa.

Posisi Lee Minhyung berada tidak jauh dari Yang Mulia Raja. Dia menunggangi kudanya sembari mengikuti rombongan didepan. Wajah rupawannya semakin cerah tatkala sinar matahari menerangi wajahnya. Ia menatap lurus ke depan tanpa sekalipun melirik kearah gadis-gadis cantik yang berteriak penuh pujian tampan padanya.

Sosoknya yang angkuh dan dingin, terlihat jelas diraut wajahnya.

Setelah jauh ketinggalan, Jeno akhirnya berhasil menyusul Minhyung. Dia berkata penuh hormat, "Pangeran, kenapa anda tidak membiarkan Pangeran Donghyuck ikut?"

Jeno melirik kearah kiri dan kanan jalan, banyak gadis-gadis yang mulai berteriak penuh cinta padanya. Dia mengabaikan mereka dan kembali beralih pada Minhyung.

Minhyung menjawab dingin, "Untuk melihat ini semua?!"

Jeno membatin bingung, 'Melihat apa? Hanya ada rakyat Kerajaan Barat dan sekumpulan para gadis yang berbaris disepanjang jalan ini.'

Setibanya di Istana Kerajaan Barat, Yang Mulia Rajanya sendiri yang menyambut hangat Yang Mulia Raja Lee Hyun dan rombongannya. Mereka turun dari kudanya masing-masing dan masuk kedalam Istana.

Yang Mulia Raja Barat, Jung Hwa, tersenyum ramah pada Yang Mulia Raja Lee Hyun. Dia bertanya dengan nada hangat, "Apa kabar anda, Yang Mulia?"

Yang Mulia Raja Lee Hyun membalas dengan senyuman yang tak kalah tulusnya. "Aku baik-baik saja." Ucapnya, "Tidak perlu terlalu hormat. Bukankah kita telah menjadi besan?"

Jung Hwa tertawa, "Hahaha... Benar juga." Jawabnya. Dia menambahkan, "Bagaimana kabar putri kecilku disana? Dia terlalu muda dan pasti sangat merepotkan untuk Kerajaan Lee. Haa... Aku hampir terserang penyakit jantung saat mendengar dia ingin menikah muda."

Yang Mulia Raja Lee ikut tertawa, "Dia baik-baik saja. Putri Arin terlalu ceria dan kadang membuat pelayannya khawatir dirinya kenapa-kenapa."

"Anak itu memang seperti itu! Usianya sudah 16 tahun, tetapi dia masih belum dewasa juga." Jung Hwa mendecak kesal saat ia membicarakan tentang putri kecilnya, Jung Arin.

Jung Arin sendiri merupakan selir terakhir atau selir termuda Lee Minhyung. Dia diangkat menjadi selir sekitar dua bulan lalu, saat dimana Minhyung berkunjung ke Kerajaan Barat untuk berunding dalam menghadapi perang melawan Kerajaan Timur.

Karena pasangan sahnya sudah menjadi milik Donghyuck, Arin yang seorang putri kerajaan mau tidak mau hanya bisa menjadi salah satu selir Minhyung. Karena pikirannya belum dewasa dan hanya berpikir jika Minhyung tampan, Arin akhirnya mau menerima posisi sebagai selir termuda Minhyung.

Ayah Arin sendiri, Jung Hwa sama sekali tidak mempermasalahkan jika putrinya menjadi seorang selir. Setidaknya, putrinya adalah selir dari seorang Pangeran Putra Mahkota dari sebuah kerajaan besar.

Menjadi salah satu selir Minhyung juga termasuk kedalam keberuntungan. Oleh sebab itu, banyak wanita-wanita muda yang belum menikah, berharap bisa diangkat menjadi salah satu selir Minhyung.

Perjamuan antar dua kerajaan dimulai. Mereka membahas hubungan diplomatik, wilayah kekuasaan dan cara melawan Kerajaan Timur serta para sekutunya.

---

Dua hari berlalu sejak kepergian Minhyung dan Jeno serta rombongan kerajaan menuju ke Kerajaan Barat. Hyunjin dan Felix saat ini berada dipusat pelatihan bela diri pedang yang terletak diujung perbatasan kerajaan. Sedangkan Jaemin tidak tahu sedang dimana.

Haechan terbangun dari tidur nyenyaknya. Dia duduk diatas ranjang dengan selimut yang masih menutupi separuh tubuhnya.

Pakaian Haechan berantakan, rambut panjangnya sedikit kacau dan ia menguap berkali-kali. Haechan merenggangkan badan, bunyi 'Krak... Krak...' terdengar dari tulangnya.

Selama beberapa malam ini, dirinya selalu meminum Anggur Angin Malam yang ia beli kemarin di pasar bersama Jaemin. Kendi-kendi kosong berserakan diatas lantai. Karena tidak memiliki seorang pelayan pun, Haechan mau tidak mau harus membereskan semua kekacauan yang ia buat dirumah jenderal yang sekarang menjadi tempat tinggalnya.

Dia bangkit dari posisinya, mengambil kain bersih sebagai handuk dan pergi ke kamar mandi.

Setibanya didalam kamar mandi, Haechan tidak langsung masuk kedalam bak mandi. Dia justru berjongkok disamping bak mandi dengan mata yang terpejam.

Beberapa menit kemudian, Haechan akhirnya masuk kedalam bak mandi dengan aroma mawar yang menenangkan. Tak perlu diperjelas lagi, tak berselang lama dirinya masuk kedalam air, mata Haechan kembali terpejam dan ia jatuh tidur dalam posisi yang masih berendam dengan air jernih beraromakan bunga mawar.

Haechan terbangun kembali setelah perutnya memberontak padanya.

Setelah mengenakan pakaian, Haechan merapikan seluruh kekacauan yang ia buat semalam karena bosan. Setelah tampak sedikit rapi, Haechan beralih kearah dapur, mengambil sayur-mayur, mencucinya kemudian memasaknya. Dia juga memasak ikan yang ia temukan dihalaman belakang dalam sebuah kolam kecil yang ternyata penuh dengan ikan-ikan.

Kolam itu sudah lama dibuat sejak keluarga Donghyuck masih hidup. Itu sengaja dibuat untuk memudahkan Ibu Donghyuck dalam memasak makanan untuk semua anggota keluarga Donghyuck.

Sebuah keberuntungan, Haechan tidak perlu lagi mencari atau membeli ikan untuk dirinya makan karena semua sudah disiapkan sejak lama. Bahkan, ada tanaman sayur yang ditanam dihalaman belakang tempat tinggalnya ini. Dia hanya perlu berjalan beberapa langkah.

Haechan sengaja memasak banyak makanan pagi ini agar dirinya tidak perlu lagi memasak untuk makan malam nanti.

Aroma dari daging ikan dan bumbu-bumbunya menyebar kemana-mana. Haechan sangat ahli dalam hal memasak, itu karena dia pernah bekerja part-time sebagai koki disebuah rumah makan.

Setelah makanan disajikan diatas meja kecil, Haechan duduk ditempatnya. Dia duduk diruang tengah. Dan saat hendak mengambil daging ikan bakar yang ia masak, namun tiba-tiba pintu rumahnya terketuk.

"Tidak terkunci! Masuk saja!" Teriak Haechan. Dia tetap melanjutkan acara makan paginya tanpa merubah posisinya sekalipun.

Pintu sengaja tidak ia kunci karena ia malas untuk menutup atau membukanya berulang-ulang jika ada tamu yang datang.

Saat enak-enaknya makan, atensi Haechan teralih pada sekumpulan wanita yang berkunjung kerumahnya. Mereka berdiri dihadapan Haechan dan salah satu dari wanita itu adalah sosok mulia dikerajaan ini.

Siapa lagi kalau bukan Yang Mulia Ratu.

Note:
Kenapa sih, Minhyung?

Author up karena ini draft(๑♡⌓♡๑)
Gabut juga sih( ꈍᴗꈍ)

Dipertengahan bulan Maret nanti, ada kejutan besar. Author kasih tahu, biar nanti kalian gak perlu terkejut lagi▼・ᴥ・▼.

_o0o_
-24022022-

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang