Bab 96 : Lee Jeno

8.6K 1.3K 165
                                    

Ohook!

Jeno kembali terbatuk darah dipakaian Haechan. Dia menyipit, melihat darah itu. "Lagi-lagi saya mengotori anda, Pangeran." Suaranya terdengar lemah. Napasnya mulai melambat.

"Tidak kotor." Balas Haechan menyeka darah disudut bibir Jeno. Keadaan Jeno saat ini benar-benar telah mengoyakkan hatinya. Dia berusaha tersenyum, "Kau tidak kotor. Kau hanya perlu air. Aku yang akan membersihkanmu."

Jeno terkekeh pelan. "Dulu... anda juga mengatakan itu, Pangeran."

Napas Jeno mulai terputus-putus. Membuat napas Haechan kian memburu. "Jen, Jeno."

Jeno memejamkan mata. Menelan darah dalam mulutnya. Dia membatin, 'Aku tidak bisa menyukai milik orang lain. Bagaimana bisa aku menyukai milik orang lain.'

Dia kembali membuka mata secara perlahan. Menatap wajah Haechan yang sedang menahan isak tangis. Susah payah Jeno membuka suara, "Dimasa depan... saya ingin menjadi teman anda, Pangeran."

Haechan mengangguk lemah.

Jeno meraih wajah Haechan. Menyeka air mata yang tumpah, namun berakhir dengan mengotori wajah itu dengan darah. Dia tersenyum lemah, "Pangeran.. Tuan.. Donghyuck... Maaf, karena saya tidak bisa menemani anda lagi."

Tangannya terjatuh. Kepalanya terkulai dilengan Haechan. Matanya terpejam damai, meninggalkan Haechan yang mematung menatapnya.

"Jeno! Jeno!" Panggil Haechan mengguncang tubuh yang napasnya mulai hilang itu.

Air matanya tumpah seketika. Dia terisak, mencoba keras untuk membangunkan tubuh yang tergeletak tak bernyawa dilengannya itu. "Jeno!" Panggilnya lagi.

"Kau mengabaikanku." Katanya terisak. "Bangun, Jen!!"

Jaemin berkaca-kaca. Bulir-bulir air mata mengalir di pipinya. Segera ia menyekanya dengan cepat, namun berakhir sama dengan Haechan.

Jantungnya berdenyut. Bulu matanya bergetar, menatap sosok pria yang melindunginya tadi, terbaring kaku dilengan Haechan.

Haechan terisak keras. Dia menoleh kearah Minhyung dengan wajah sedih, mengadu, "Minhyung... Jeno tidak mendengarkanku. Dia mengabaikanku..."

Suaranya melirih, "Pinta dia untuk bangun. Perintahkan dia untuk membuka mata. Dia selalu mendengarkanmu. Minhyung, dia..." Haechan kembali terisak.

Ingatan tentang Jeno terngiang-ngiang dikepalanya.

'Saya akan menemani anda, Pangeran.'

'Akan saya temani, Pangeran.'

'Biarkan saya menemani anda, Pangeran.'

'Saya temani.'

'Maaf, karena saya tidak bisa menemani anda lagi, Pangeran.'

Tidak! Tidak! Tidak!

Haechan terisak keras. Merengkuh Jeno erat-erat seperti dirinya telah kehilangan seseorang yang penting untuknya.

Minhyung mengepalkan tangan kirinya. Matanya tak berkedip, menatap kearah Haechan yang sedang meminta Jeno untuk bangun dari kematiannya.

Dia benci ini!

Situasi dimana Donghyuck menangis, kembali terulang lagi. Istri prianya itu pasti menyalahkan dirinya lagi dan berakhir murung. Sungguh, Minhyung sama sekali tidak senang saat melihat keadaan Donghyuck yang menyedihkan seperti ini.

"Jeno keracunan pedang." Ucapnya kemudian, memperhatikan raut wajah Haechan.

Bulu mata Haechan bergetar. Bulir-bulir air mata kembali membanjiri pipi bulatnya itu.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang