Bab 29 : Cemburu?

18.5K 2.2K 115
                                    

Saat tengah melihat-lihat, atensi Haechan teralih pada benda yang mengapung dalam sebuah tabung yang tersusun diatas rak. Haechan menatapnya lekat-lekat dan merasa tidak asing. Itu seperti sekuntum bunga mawar milik Minhyung yang mengapung ditabung yang berisi air pengawet. Bedanya, barang milik Jang Shim itu merupakan dua buah jarum tebal panjang berwarna hitam pekat yang juga mengapung dalam air jernih dalam sebuah tabung.

Jang Shim yang telah kembali dari dapur dengan tangan yang memegang nampan berisikan secangkir teh hangat, menatap dalam kearah Haechan berdiri. Dia berkata, "Itu jarum kesadaran, Pangeran."

Haechan menoleh kearahnya, "Jarum kesadaran?" Ia mengulangi.

"Ya." Balas Jang Shim. Dia menambahkan, "Ayah saya seorang pesulap, dan itu salah satu barang yang biasa ia gunakan untuk trik-trik kecil sebagai hiburan kepada para penonton."

Haechan bertanya, "Untuk apa jarum ini, Nona?"

"Untuk menghilangkan kesadaran seseorang seolah-olah orang itu sudah tak bernyawa lagi. Biasanya ayah saya menggunakannya pada rekan kerjanya sebagai bentuk trik sulap untuk menghibur penonton yang melihatnya."

"Ah, semacam mati suri, ya." Ucap Haechan, "Trik yang keren." Pujinya.

Jang Shim tersenyum, mengangguk lembut. Dia menyerahkan cangkir teh hangat ditangannya kepada Haechan dan mereka duduk bersama. Berbincang-bincang layaknya teman lama.

Bukan hanya itu, kadangkala Haechan mengajak Jang Shim ke pasar, bertemu Jaemin dan makan-makan disebuah toko makanan.

Haechan merasa sangat cocok berteman dengan Jaemin dan Jang Shim yang nyambung saat berbicara dengannya.

Hari ini, tibalah saat dimana Istana Kerajaan Lee dipenuhi oleh para penghuni istana untuk menyambut kepulangan anggota keluarga kerajaan setelah berkunjung dari Kerajaan Barat.

Haechan mencari tempat kesukaannya. Dia berdiri disekeliling para selir Minhyung dengan tangan yang melambai-lambai kearah kedatangan anggota keluarga kerajaan.

Bibir Haechan terus saja melengkung saat dirinya berdiri berdempetan dengan para selir. Tidak hanya itu, dia juga mengambil kesempatan dengan menggandeng tangan Jang Shim dan tangan satunya lagi yang terus melambai-lambai kearah rombongan.

Minhyung yang tengah menunggangi kudanya, tiba-tiba saja berhenti. Membuat Jeno yang melihatnya juga ikut berhenti karena penasaran. Dia mengikuti arah pandang Minhyung dan mendapati jika Minhyung tengah melirik dingin kearah para selir-selirnya.

Bukan para selirnya, lebih tepatnya, Minhyung menatap dingin kearah Haechan yang masih menggandeng tangan Jang Shim.

Haechan mengabaikannya, arah pandangnya tertuju ketempat lain sehingga tidak sadar jika dirinya tengah ditatap. Jang Shim yang menyadari tatapan Minhyung, buru-buru melepaskan tangannya dari gandengan Haechan.

Haechan tersentak saat tangannya disingkirkan oleh Jang Shim. Dia mendekatkan mulut ditelinga Jang Shim dan berbisik, "Nona Jang Shim, ada apa? Kenapa Nona begitu gelisah?"

"Pangeran Donghyuck, Pangeran Minhyung ada disini." Ucap Jang Shim pelan namun masih bisa didengar oleh Haechan.

"Lalu, kenapa jika dia ada disini? Semua orang juga ada disini untuk menunggunya datang, bukan?" Haechan menoleh kearah pandang Jang Shim dan hampir terjatuh kebelakang. 'Uwaah! Kenapa tatapannya mengerikan seperti itu? Sial! Aku hampir jantungan karena Minhyung. Apa dia ingin membunuhku karena sudah berani menyentuh selirnya?' Batin Haechan sedikit merinding karena terkejut.

Minhyung mendengus dan langsung pergi dengan raut wajah yang tak terbaca.

Jeno menatap heran kepergian Minhyung. Atensinya langsung teralih pada Haechan dan dia turun dari kuda.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang