Bab 32 : Kesedihan Terdalamnya

20.2K 2.2K 62
                                    

Haechan memalingkan wajah. Menahan tubuh Minhyung dengan menggunakan sikunya seraya bergumam, menangisi dirinya sendiri, "Kenapa malah aku yang diperkosa... Ini bukan karmaku, kan?"

Kedua pria separuh telanjang itu tampak tengah memikirkan urusan mereka masing-masing. Yang diatas masih menyodorkan sisi lehernya kewajah Haechan dengan keras kepala, sedangkan yang dibawah masih terus-terusan berusaha memalingkan wajah kearah samping.

Setelah keheningan, Haechan menarik napas dalam-dalam. Dia telah berpikir untuk segera mengakhiri kesalahan pada malam ini. Bagaimanapun, dirinya masih seorang pria sejati yang suka terhadap wanita cantik. Dia tidak boleh memikirkan hal-hal yang menuju kearah lain.

Segera Haechan berdehem, kemudian mendorong keras dada Minhyung untuk menjauh dari dirinya.

"Menjauh dariku." Ujar Haechan membuang muka.

Minhyung tertolak kebelakang. Mata hitamnya berkedip berkali-kali. Perlahan, matanya mulai berkaca-kaca dan air mata kembali jatuh menetes tepat kearah wajah Haechan.

Raut wajahnya sedih. Benar-benar sedih sampai suaranya bahkan terdengar serak dan basah.

"Kalau benci, benci saja. Tapi, jangan menjauh. Jangan menjauh dariku." Ucap Minhyung menangkap tangan Haechan didadanya.

Lagi-lagi Haechan tertegun lama saat melihatnya. Dia terpaku ditempat dengan mata yang memandang wajah sedih Minhyung.

Raut wajah Minhyung menampilkan kesedihan yang terdalam. Mata hitamnya persis seperti saat dia pertama kali menatap lekat mata tersebut dari jarak yang sangat dekat. Mata dari seseorang yang mengalami depresi berat. Tidak ada jejak kehidupan didalam manik hitamnya.

Tampak kosong dan redup.

Ada yang mengatakan jika orang mabuk adalah orang paling jujur. Karena dalam ketidaksadarannya, dia mengatakan hal yang sebenarnya.

Minhyung menangis. Benar-benar menangis seperti tengah dihadapkan pada sesuatu yang membuatnya sedih. "Cukup benci, jangan pergi." Ucapnya lagi yang tidak dimengerti oleh Haechan.

Melihat raut wajah Minhyung saat ini, telinga Haechan merah padam. Jantungnya berdebar kencang.

Dia menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya. Membatin, 'Tidak mungkin, tidak mungkin. Aku masih normal. Aku masih menyukai wanita. Menyukai Nona Jang Shim yang seorang wanita dan Putri Arin yang juga seorang wanita. Tapi, Minhyung... Sial! Kenapa dia sangat imut. Benar jika aku menyukai seseorang yang menangis dan menjadikanku pegangan hidupnya. Menyukai orang yang lembut, baik perkataan dan tindakannya. Tetapi... orang yang kumaksudkan itu adalah seorang wanita. WANITA!'

Minhyung semakin menjadi-jadi. Kesedihannya mungkin terlalu dalam sampai-sampai mampu melampaui batas napsunya. Bulir-bulir air mata masih berjatuhan diwajah merah Haechan.

Dia terpana menatap raut wajah sedih Minhyung yang ditunjukkan langsung kepadanya.

Apa yang sedang Minhyung pikirkan?

Minhyung membaringkan kepalanya didada Haechan. Memeluknya erat dengan melingkarkan tangannya kepinggang Haechan.

Matanya terpejam, tapi air matanya masih mengalir dari ekor matanya, membuat Haechan merasakan langsung sesuatu yang dingin melintas dikulitnya.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang