"Donghyuck." Seseorang kembali memanggil Donghyuck yang sedang berbincang dengan Jeno. Melihat siapa yang memanggil, Jeno lantas segera bangkit dari posisinya.
"Nyonya." Jawab Jeno menunduk hormat. Bibirnya terkulum ragu karena gugup.
Ibu Donghyuck mengangguk dan tersenyum. Atensinya kembali terarah pada sang anak, "Donghyuck, Ibu sudah bilang, jangan main didekat danau ini lagi." Katanya mengingatkan. Nada suaranya lembut, terdengar sangat nyaman untuk didengar.
Donghyuck menyengir. "Maaf, Bu. Tapi danau ini sangat nyaman."
Danau Air Beku, tempat yang menjadi ketenangan untuk Donghyuck. Danau dengan hamparan luas air biru kehijauan, pinggirannya dipenuhi oleh pohon yang rindang, tempat teduh yang dijadikan Donghyuck sebagai tempat beristirahat.
Ada dua jalur yang bisa dilalui orang-orang, bisa melalui jalur biasa atau melalui jembatan penyebrangan Danau Air Beku. Dan Donghyuck lebih suka melewati jembatan penyeberangan daripada jalan biasa untuk menuju kesuatu tempat.
Terlepas dari apapun yang terjadi padanya, Donghyuck suka melihat langit dan danau yang menjadi legenda Kerajaan Lee itu.
Ibu Donghyuck mengusap pucuk kepala anaknya dengan sabar. "Danau ini bahaya, Nak. Tidak tahu, kapan airnya akan naik ataupun turun. Kamu mengerti, Sayang?"
Donghyuck mengangguk. Raut wajahnya langsung merasa bersalah. "Maaf, Bu."
Menghela napas, ibu Donghyuck melanjutkan, "Ayah dan Kakakmu sedang mencarimu saat ini. Pergilah temui mereka. Ibu akan kembali setelah pulang dari pasar nanti."
"Baiklah." Jawab Donghyuck tersenyum. Dia menarik lengan pakaian Jeno, berkata, "Jeno, kenapa kau tidak mengingatkan aku lagi. Bukankah kau tadi mengatakan jika aku sedang dicari oleh Ayahku juga?"
Jeno mendesah karena bersalah. "Maaf, Tuan. Saya melupakan hal penting lagi."
Donghyuck tersenyum, "Ah. Tidak apa-apa. Aku yang memintamu untuk menungguku tadi."
Jeno mengangguk. Mereka kembali masuk kedalam istana. Jeno dipanggil Yang Mulia Raja, sedangkan Donghyuck dipanggil oleh Yang Mulia Ratu. Mereka terpisah. Jeno naik keatas aula untuk berhadapan dengan Yang Mulia Raja, dan Donghyuck dibawa Yang Mulia Ratu untuk menjauh sebentar.
Tak melihat sosok sang ayah dan kakaknya didalam sana, Donghyuck kembali memperhatikan Yang Mulia Ratu dengan sopan. "Ya, Yang Mulia." Katanya saat berhadapan dengan ibu dari Minhyung itu.
Yang Mulia Ratu membuka suara, "Apa Donghyuck juga sedang mencari Minhyung?"
"Eh." Donghyuck terkejut kecil. "Pangeran Minhyung tidak ada disini, Yang Mulia?" Tanyanya. Dia pikir Minhyung masih menikmati acara penobatannya hari ini. Diluar dugaan, selain ayah dan kakaknya yang hilang dari aula, Minhyung ternyata juga menghilang dari acaranya sendiri.
Yang Mulia Ratu menghela napas. "Anak itu. Dia pergi setelah menerima ratusan pujian dari para tamu."
Mata Donghyuck membulat. Apa Minhyung tak suka dipuji?, Pikirnya sembarangan.
Wanita paruhbaya yang berhadapan dengan Donghyuck itu, menepuk kecil sebelah bahu Donghyuck. Dia berkata, "Donghyuck, kalau Pangeran Minhyung mengatakan hal buruk padamu, jangan dipikirkan ya. Dia itu sejak kecil memang sedikit aneh."
"Eh." Lagi-lagi Donghyuck tersentak kaget oleh perkataan Yang Mulia Ratu padanya.
"Kamu tahu, saat kecil anak itu mengatakan jika Ibunya sangat jelek. Tapi sebenarnya dia sedang memuji. Kalau dia mengatakan sesuatu yang buruk padamu, jangan didengarkan. Seorang Tabib saja menyerah padanya." Lanjut Yang Mulia Ratu mengangguk, mengingat saat Minhyung kecil mengejek seorang tabib yang masih paruhbaya dengan sebutan kakek tua.
"Kenapa Yang Mulia Ratu mengatakan hal ini pada Donghyuck?" Tanya Donghyuck heran. Namun disatu sisi dirinya ingat, saat dimana Minhyung mengatakan jelek pada hadiah pemberiannya.
Ah. Apa dia salah besar?
Terlalu cepat menyimpulkan padahal Minhyung sering berbuat baik padanya setiap saat.
Yang Mulia Ratu menjawab, "Tahun-tahun terakhir ini Minhyung mengalami perubahan besar. Sepertinya karena kamu. Saya sudah menganggapmu seperti anak saya sendiri. Minhyung lebih dekat denganmu Donghyuck daripada adik-adiknya. Bagaimanapun, akan ada pertumpahan darah antar mereka, Pangeran Lee setelah Yang Mulia Raja telah habis masa kejayaannya."
"Maaf, Yang Mulia. Bukankah sudah jelas jika Pangeran Minhyung akan meneruskan Yang Mulia Raja nanti sebagai Yang Mulia Raja selanjutnya."
Yang Mulia Ratu menghela napas panjang. "Walaupun Minhyung sekarang sudah diangkat sebagai Pangeran Putra Mahkota, tidak bisa dipungkiri bagaimana takdirnya nanti. Dia selalu berada dimedan perang, dia juga harus segera menikah dan memiliki anak. Anaknya juga yang harus menjadi penerus Kerajaan Lee selanjutnya."
Donghyuck mengangguk, membenarkan. "Tidak sulit mencari pasangan untuk Pangeran Minhyung, Yang Mulia. Seluruh wanita dinegeri ini menginginkannya."
"Kamu benar." Yang Mulia Ratu mengangguk. "Tapi dari seluruh wanita itu, tidak ada yang menarik perhatian Minhyung. Huh, bocah itu. Dia tidak akan bisa menikah jika terus keras kepala seperti itu."
Donghyuck terkekeh ringan. "Yang Mulia, saya bisa membantu anda."
"Saya tahu."
"Eh." Lagi-lagi Donghyuck kaget. "Donghyuck belum mengatakan apa-apa pada Yang Mulia Ratu."
Yang Mulia Ratu tersenyum. "Kamu menginginkan yang terbaik juga untuk Minhyung, kan."
Donghyuck mengangguk.
"Anak itu lebih menurut padamu Donghyuck daripada saya, Ibunya sendiri. Tolong bujuk dia sekarang, ya." Kata Yang Mulia Ratu kembali menepuk kecil bahu Donghyuck.
"Dia sudah menganggapmu seperti adik kandungnya sendiri. Lebih dari adik-adiknya yang lain. Dia suka mendengarmu berbicara. Donghyuck, Minhyung sekarang lagi berada di istananya. Jemput dia untuk datang kembali keaula ini. Dia mengusir setiap pelayan istana yang datang untuk menemuinya."
Donghyuck mengangguk berkali-kali. "Baik, Yang Mulia. Donghyuck akan membawa Pangeran Minhyung kembali kesini."
"Terima kasih."
"Eh! Ti-Tidak perlu berterima kasih pada Donghyuck, Yang Mulia." Ucapnya kelabakan saat dimana Yang Mulia Ratu, petinggi Kerajaan Lee justru menunduk hormat sekilas padanya.
Donghyuck izin pergi. Dia melangkah pergi menuju istana Minhyung. Dilihatnya dua pengawal yang menjaga didepan gerbang. "Aku mencari Pangeran." Katanya pada pengawal itu.
Melihat siapa yang datang, jelas jika pengawal Minhyung itu langsung membukakan pintu untuk Donghyuck. Mempersilakan dirinya masuk dengan sangat hormat dan tanpa basa basi karena hari-hari sebelumnya, saat pertama kali Donghyuck berkunjung keistana Minhyung, mereka dihukum habis-habisan oleh Minhyung karena melarang Donghyuck datang menemuinya.
Padahal saat itu mereka sedang menjalankan perintah Minhyung. Tidak mengizinkan siapapun datang ke istananya. Hingga tibalah Donghyuck yang berkunjung dan dua pengawal itu kembali melarangnya.
Ketidaksengajaan salah seorang pengawal membuat Donghyuck saat itu tersungkur pada bebatuan tanah. Karena sebelah tangannya saat itu masih diperban, Donghyuck menyangga tubuhnya yang terjatuh dengan tangan lain. Telapak tangannya saat itu tergores pada ujung bebatuan.
Dua pengawal itu meminta maaf. Donghyuck menganggap situasinya saat itu tidak terlalu serius dan hanya luka kecil tak sengaja. Tapi Minhyung menolak fakta yang ada.
Dirinya tak suka saat melihat Donghyuck terluka.
Dua pengawal itu dihukum olehnya. Hari selanjutnya, Donghyuck satu-satunya orang selain anggota kerajaan utama yang diizinkan keluar masuk istana Minhyung.
Dilarang melarang Donghyuck!
_o0o_
ℌ𝔦𝔯𝔞𝔢𝔱𝔥
—13012023—
KAMU SEDANG MEMBACA
1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]
FanfictionTINGGALKAN JEJAK WALAUPUN KAMU PEMBACA BARU ‼️ [ End ] || Historical Fiction •Hiraeth - Memiliki arti dari Kerinduan, Keinginan yang Tulus dan Rasa Penyesalan. Summary : 1521; HIRAETH merupakan kisah cinta antara dua sejoli yang sebenarnya berakhir...