Pelayan yang melayani mereka, menelan kasar salivanya. Dia menyambut gugup dan dengan segera membersihkan tempat duduk untuk mereka tempati.
Saat dudukpun, puluhan pasang mata itu masih menatap intens kearah Haechan. Tindakan mereka sangat berbeda dengan orang-orang yang ditemui Haechan saat diperjalanan.
Penginapan dimana Jaemin tinggal ini merupakan penginapan yang hanya bisa ditempati atau dikunjungi oleh orang-orang dengan golongan atau jabatan yang tinggi. Dan para pengunjung yang menatap Haechan itu, jelas memiliki jabatan tinggi, berbeda dengan orang-orang yang berlalu-lalang dan menatap kearahnya sebelumnya.
"Abaikan saja kentang-kentang itu." Ujar Hyunjin.
Haechan tertawa kecil, "Haha... Kentang?"
"Mereka melihatmu terlalu 'wah'. Bukankah artinya mereka kentang?" Balas Hyunjin.
Haechan mengangguk. "Benar. Bukan salahku karena terlahir tampan."
Hyunjin mendengus, "Kepercayaan dirimu sekarang semakin melunjak."
"Apa benar kau itu Lee Donghyuck?"
Uhuuk... Uhuukk...
Haechan tersedak dan terbatuk minuman yang baru saja ia sesap. Dia melirik Hyunjin, "Kalau aku bukan Lee Donghyuck, lalu aku siapa?"
Hyunjin mengendikkan bahu. "Tidak tahu. Mungkin hantu." Katanya.
Haechan menggeleng-gelengkan kepalanya.
Setelah banyak makanan disajikan diatas meja, Haechan kembali membuka suara, "Ngomong-ngomong, setelah ini, temani aku kesuatu tempat."
"Anda ingin kemana, Pangeran?" Kini Jaemin yang bertanya. Sedangkan dua bersaudaranya yang lain sedang menikmati makanan rakyat.
Hyunjin dan Felix memang seorang Pangeran. Tapi mereka tidak terlalu mencolok dan dikenal. Lee Jeno bahkan lebih terkenal dari mereka berdua. Dan pakaian yang dikenakan oleh mereka berdua tampak sama dengan pakaian milik dari pengunjung-pengunjung di penginapan ini.
Mereka tidak terlalu mempermasalahkan apa yang mereka pakai dan apa yang mereka makan. Lagipula, mereka hanya anak dari seorang selir. Sadar diri adalah hal yang harus mereka kuasai.
Haechan memasukkan makanannya kedalam mulut. Menghabiskannya, lalu menjawab, "Tukang potong rambut."
"Aku ingin memotong rambutku." Lanjutnya.
"Memotong rambut? Untuk apa?" Tanya Hyunjin.
"Untuk memendekkan rambutku." Balas Haechan setengah bercanda.
Haechan menyentuh untaian rambutnya yang diikat sembarangan. "Rambutku terlalu panjang. Aku ingin memotongnya sedikit."
"Terserah padamu."
———
Saat tengah menikmati makanan, Haechan teringat akan sesuatu. Dia menaikkan pandangannya, melirik kearah Hyunjin yang duduk dihadapannya dan berkata, "Hyunjin, apa kau tahu sesuatu?"
"Aku tahu segalanya." Balas Hyunjin tak sedikitpun meliriknya. Dia masih asyik menyumpit sepotong daging panas pedas didepannya.
Haechan pura-pura meragu, "Oh, ya? Kau bahkan tidak terlihat pintar."
Hyunjin menghentikan pergerakannya. Dia menatap datar Haechan, lalu berkata dengan nada serius, "Kau lihat pasangan itu?" Hyunjin menunjuk dengan sumpit kearah sepasang kekasih yang sedang bercengkrama tidak jauh dari mereka duduk.
Raut wajah Haechan tak kalah serius saat mendengarnya. Dia bertanya, "Kenapa dengan mereka?"
"Pria itu sudah memiliki istri yang sedang menunggunya dirumah. Dan wanita dihadapannya itu adalah kekasihnya yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]
أدب الهواةTINGGALKAN JEJAK WALAUPUN KAMU PEMBACA BARU ‼️ [ End ] || Historical Fiction •Hiraeth - Memiliki arti dari Kerinduan, Keinginan yang Tulus dan Rasa Penyesalan. Summary : 1521; HIRAETH merupakan kisah cinta antara dua sejoli yang sebenarnya berakhir...