"Tuan Pangeran..." Paman Lee melirih.
Haechan menghela napas. Dia berkata tenang, "Tidak ada apa-apa, Paman. Aku hanya gugup dan ingin menunda sedikit saja."
Paman Lee mengerti. Dia melangkah keluar rumah dan memerintahkan orang yang menjemput Haechan itu untuk kembali.
Setengah jam kemudian, Haechan bangkit dari posisinya sembari merapikan pakaiannya. Dia melangkah keluar rumah dan berjalan pergi.
"Ayo pergi, Paman." Ajaknya.
Paman Lee mengangguk. Mereka berjalan bersama dikegelapan malam dengan membawa lampion kecil sebagai penerangan jalan.
Haechan dan Paman Lee harus menempuh jarak satu kilometer, melewati Istana selir untuk tiba ke Istana utama Kerajaan Lee.
Saat memasuki Istana selir saat itu, Haechan tak henti-hentinya berdecak kagum melihat bangunan tinggi yang tak jauh dari Istana selir. Itu adalah Kerajaan Lee yang berada berdekatan dengan Istana selir. Dan saat ini, dia akhirnya dapat memasuki wilayah Kerajaan itu.
Setibanya dikawasan Kerajaan, Haechan dan Paman Lee berhenti tidak jauh dari pintu gerbang Istana. Paman Lee berkata, "Tuan Pangeran, saya tidak bisa menemani anda masuk kedalam. Itu adalah kawasan para bangsawan dan pejabat tinggi. Rakyat kecil seperti saya, hanya bisa berkumpul diluar Aula Perjamuan."
"Tidak apa-apa, Paman."
"Lalu, Tuan Pangeran..." Jeda Paman Lee.
"Ya, Paman?"
"Dua atau tiga hari ini, saya tidak akan kembali kerumah. Saya diperintahkan Yang Mulia Raja untuk pergi ke Kerajaan Barat."
"Oh, ya sudah, Paman pergi saja. Lagipula itu perintah dari Yang Mulia, Paman tidak mungkin menolaknya."
"Tapi, bagaimana dengan anda?" Tanya Paman Lee. Raut wajahnya khawatir.
"Aku sudah bilang padamu, Paman, jangan khawatirkan aku lagi. Aku akan mengatasi masalahku sendiri."
"Juga, hari ini saya tidak bisa mengantar anda pulang karena harus bersiap-siap. Tapi saya akan pinta seseorang untuk mengantarkan anda kembali kerumah."
Haechan mengangguk, "Baiklah. Kalaupun tidak ada yang mengantar, aku hanya perlu berjalan lagi seperti ini."
Setelah percakapan berakhir, Haechan dan Paman Lee berpisah arah. Paman Lee melangkah kearah belakang Istana, sedangkan Haechan melangkah memasuki gerbang Aula Perjamuan.
Sorot mata tertuju padanya. Bisik-bisik serta suara tawa mulai terdengar ditelinga Haechan. Haechan mengabaikan mereka dan tetap berjalan masuk kedalam Aula.
Didalam Aula, semua anggota Istana sudah duduk ditempatnya. Ditempat yang paling tinggi, ada seorang pria paruh baya dan seorang wanita, mereka mengenakan pakaian berwarna merah menyala dan tampak mewah.
Itu adalah Yang Mulia Raja dan Yang Mulia Ratu.
Disamping kiri Yang Mulia Raja, ada dua orang pemuda. Mereka memiliki wajah rupawan dan tampak anggun dengan sedikit kesan nakal diwajahnya.
Mereka adalah dua Pangeran dari selir Yang Mulia Raja, Lee Felix dan Lee Hyunjin.
Pangeran Felix sendiri merupakan Putra Yang Mulia Raja dengan seorang selir dari negeri seberang. Wajahnya menampilkan aura kebarat-baratan karena ibunya berasal dari negeri luar.
Dibagian kiri, ada pria paruh baya bersama istrinya, duduk dengan khidmat. Ada juga beberapa bangsawan yang telah duduk dimeja kecil yang telah disediakan oleh pelayan Kerajaan.
Dibagian kanan, sekumpulan wanita duduk berbaris secara rapi dimeja kecil mereka. Warna pakaiannya mereka sangat cantik dan cerah-cerah. Senyum manis terlukis diwajah mereka saat mereka sedang berbicara satu sama lain.
Itu adalah para selir Kerajaan Lee.
Tapi, tidak semua selir hadir diperjamuan ini. Ada beberapa selir yang memutuskan untuk tidak hadir karena berbagai alasan.
Lalu, ada meja kosong disamping Yang Mulia Ratu, itu adalah tempat Pangeran Putra Mahkota Lee Minhyung yang belum hadir diacara perjamuan ini.
Haechan memasuki Aula dan berlutut dihadapan Yang Mulia Raja. Pakaiannya tersebar, menampilkan corak bulat-bulat penuh warna. Dia berkata, "Donghyuck terlambat, Yang Mulia."
Kekehan masih terdengar dan semakin keras didalam Aula itu. Semua pasang mata, tertuju padanya. Terutama seorang pria paruh baya yang mengenakan pakaian hijau, senyum mengejek terbentuk dibibirnya.
Pria itu adalah Tuan Marquis, Paman Lee Donghyuck.
Yang Mulia Raja melirik kearah Haechan dan tersenyum pahit, "Apa kabarmu sudah baik-baik saja, Donghyuck?"
Wajah Haechan menengadah, dia tersenyum lembut dan menjawab, "Donghyuck baik-baik saja, Yang Mulia."
Haechan bersujud seraya berkata, "Terima kasih atas kebaikan anda, Yang Mulia."
Satu kalimat itu menusuk dada Yang Mulia Raja. Dia tersentak.
Kalimat itu memiliki banyak makna. Haechan memakai kata itu dengan maksud, 'Yang Mulia Raja, kau harus ingat kebaikan ayah dari pemilik tubuh ini!' dan 'Yang Mulia Raja, mau tidak mau kau harus mengabulkan permintaanku atas pujian berharga ini!'
"Yang Mulia, apa Donghyuck boleh meminta sesuatu padamu?" Haechan berkata dengan nada rendah. Raut wajahnya menampilkan rasa iba pada orang yang melihatnya.
"Tentu saja. Apa yang kau inginkan?"
Haechan mengulum bibirnya, "Donghyuck ingin rumah lama Donghyuck kembali. Sekarang Donghyuck sudah sadar bahwa rumah itu adalah rumah yang penuh dengan kenangan Donghyuck dan keluarga Donghyuck. Donghyuck ingin merawat rumah itu sendiri. Harap Yang Mulia menyetujuinya."
Seorang selir muda mendengus, "Itu bukan rumahmu lagi. Itu milik selir Mina."
Yang Mulia Raja bertanya, "Bukankah kau memberikan rumah itu pada selir pertama Pangeran Putra Mahkota?"
Haechan membalas dengan nada memelas, "Saat itu Donghyuck merasa tertekan. Donghyuck takut pada Pangeran Putra Mahkota dan langsung menyetujui perkataannya. Setelah mengurung diri selama ini, Donghyuck sadar jika ayah Donghyuck dulu meminta Donghyuck untuk menjaga rumah kami itu."
Mengangkat nama Jenderal Lee dihadapan Yang Mulia Raja, beliau akhirnya luluh. Bagaimanapun, pemuda dihadapannya ini adalah putra mantan jenderal terbaiknya. Dia sudah menganggap Donghyuck sebagai putranya sendiri sejak Donghyuck masih kecil.
Yang Mulia Raja berkata lembut, "Baiklah, sesuai perkataanmu. Besok, kembalilah kerumah lamamu. Aku akan meminta pelayan untuk memindahkan barang-barang selir pertama Pangeran Putra Mahkota ke Istana selir dan membawa kembali barang-barangmu kerumah lama."
Salah satu tubuh diantara para selir muda yang duduk itu, terpaku. Dia mengepalkan tangan erat-erat.
"Maaf menyela, Yang Mulia." Ucap seorang selir muda berpakaian ungu. Wajahnya cantik dengan pipi yang tirus. Dia berkata kembali, "Rumah itu sudah diberikan Pangeran Putra Mahkota untuk selir Mina. Bagaimana bisa Yang Mulia..."
"Ini perintahku! Dan itu rumah Jenderal Lee, ayahnya! Atas dasar apa kau berkata seperti itu?!" Yang Mulia Raja meninggikan suaranya.
Selir muda itu bergeming. Dia menelan kasar salivanya.
"Maaf atas kelancangan Ningning, Yang Mulia."
Haechan membatin, 'Bagus. Jika Yang Mulia Raja ada dipihakku, aku tidak perlu mengkhawatirkan banyak hal lagi. Aku hanya perlu membawa nama ayah pemilik tubuh ini dan Yang Mulia Raja akan langsung mengalah!'
Beberapa saat kemudian, Yang Mulia Raja tersenyum kembali. Dia melirik Haechan dan memerintahkannya untuk bangkit. "Berdirilah, Donghyuck." Katanya.
Haechan berdiri.
Kini semakin jelas penampilannya.
_o0o_
-11012022-Follow Sehanlee
KAMU SEDANG MEMBACA
1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]
FanficTINGGALKAN JEJAK WALAUPUN KAMU PEMBACA BARU ‼️ [ End ] || Historical Fiction •Hiraeth - Memiliki arti dari Kerinduan, Keinginan yang Tulus dan Rasa Penyesalan. Summary : 1521; HIRAETH merupakan kisah cinta antara dua sejoli yang sebenarnya berakhir...