Minhyung berpikir sejenak. Berpikir tentang bagaimana rakyatnya menghakimi dirinya saat ia sedang menderita penyakit kulit. Rakyat yang meminta dirinya untuk dibakar. Rakyat yang mengatakan jika dirinya sangat menjijikan.
Dia tidak akan pernah lupa!
Tidak akan lupa bagaimana orang-orang memperlakukan dirinya dengan sangat buruk layaknya seorang pembawa sial.
Tangannya terkepal kuat saat dia mengingat kejadian, dimana dirinya dihujat secara massa. Diperlakukan dengan tidak manusiawi dan dihina tanpa sebab.
Padahal mereka yang pertama kali menyebabkan wabah penyakit kulit itu bisa ada di Kerajaan Lee ini.
Sesaat, dia menghela napas panjang. Menoleh kearah Donghyuck seraya berkata, "Aku tidak ingin menemui mereka. Sesuatu yang tidak penting untukku, untuk apa harus kukhawatirkan. Untuk apa aku menemui orang-orang yang tidak penting."
Donghyuck mengangguk, tanpa tahu makna dari perkataannya yang sebenarnya.
---
Dipagi hari, Donghyuck terbangun lebih cepat dari biasanya. Dia merenggangkan tubuhnya diatas tempat tidur, dan kembali berpura-pura tidur saat terdengar teriakan lembut wanita yang sedang memanggilnya.
"Adik! Kamu sudah bangun?"
Soohyuck memasuki kamarnya dan mendapati Donghyuck yang sedang tertidur menyamping dengan tangan dipipi.
Dia menggeleng kecil, menghampiri sang adik. "Masih tertidur?"
"Adik, bangun. Ini sudah jam tujuh pagi."
Donghyuck masih berpura-pura tidur,
Hingga...
"Tidak hahahaha. Jangan, Kak. Itu geli hahaha... Sudah cukup. Kakak, itu geli hahahaha... sangat geli... cukup, cukup... Aku.. aku akan bangun..." Seketika dirinya terbangun saat sang kakak menggelitiki perutnya. Dia tertawa keras oleh rasa geli yang tiba-tiba saja menerjang tubuhnya.
"Berpura-pura tidur ya, Adik." Ucap Soohyuck menggeleng kecil, melihat tingkah laku adiknya.
"Perutku menjadi keram karena Kakak!" Rengek Donghyuck mengerucutkan bibirnya.
"Adik duluan yang menipu Kakak." Soohyuck tak mau kalah dari sang adik.
"Aku akan adukan Kakak pada Ibu."
"Adukan saja. Ibu sedang bersama Yang Mulia Ratu saat ini."
"Kalau begitu, aku akan adukan Kakak dengan Ayah." Ancam Donghyuck yang justru masih mendapat tanggapan tenang dari Soohyuck.
Soohyuck mengendikkan bahu, membalas, "Terserah Adik." Dia segera melanjutkan, "Tapi Ayah sedang bersama dengan Ibu sekarang."
Donghyuck mendecak lidah. Berpikir, "Aku akan adukan hal ini pada Pangeran Minhyung. Hehe..."
Mendengarnya, Soohyuck mencubit gemas pipi Donghyuck. "Adik sangat menyukai Pangeran Minhyung, ya?" Katanya.
"Uh! Siapa yang tidak menyukai Pangeran Minhyung. Dia sangat tampan." Donghyuck menunjuk wajah Soohyuck, "Lihat tuh. Kakak saja malu-malu setelah aku mengatakan nama Pangeran Minhyung."
"Anak ini! Sudah berani menggoda kakaknya, ya."
Mereka tertawa satu sama lain. Suara tawa renyah nan lembut itu memenuhi kamar Donghyuck.
Dengan napas yang berat, Donghyuck berkata, "Kak, aku lapar."
"Ya makan."
"Gendong." Donghyuck merentangkan kedua tangannya. Matanya membulat manis layaknya anak anjing yang sedang kehujanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]
Fiksi PenggemarTINGGALKAN JEJAK WALAUPUN KAMU PEMBACA BARU ‼️ [ End ] || Historical Fiction •Hiraeth - Memiliki arti dari Kerinduan, Keinginan yang Tulus dan Rasa Penyesalan. Summary : 1521; HIRAETH merupakan kisah cinta antara dua sejoli yang sebenarnya berakhir...