Bab 97 : Kembali Ke Istana

8.4K 1.3K 73
                                    

Minhyung melirik mayat Jeno dengan tangannya yang masih hancur. "Bawa kedua orang itu dihadapanku!" Perintahnya pada pengawalnya.

Kedua orang yang tangannya diikat dibelakang punggung mereka itu, berlutut dihadapan Minhyung. Yang satu adalah Yohan dengan wajahnya yang bengkak paska dihajar habis-habisan karena berhasil ditangkap oleh Hyunjin saat Hyunjin sedang mengejar Tuan Choi yang mencoba melarikan diri.

Sedangkan satunya lagi adalah pemimpin dari pengepungan yang mengakibatkan matinya Jenderal Jeno.

"Apa kalian membawa tabib?" Tanya Minhyung pada pengawalnya.

Salah seorang pengawal menjawab, "Ya, Pangeran. Kami menyembunyikannya disuatu tempat sebelum datang kemari untuk berjaga-jaga."

"Akan saya panggil." Lanjutnya bergegas pergi.

Atensi datar Minhyung kembali jatuh pada Yohan dan pria disebelahnya. Ditarik kasar kain hitam yang menutupi separuh wajahnya. Tampak seorang lelaki berwajah akrab.

Minhyung menggeram, "Kang Woojin!"

Woojin menatapnya nyalak. "Kau tidak lupa kan apa yang terjadi pada Kakak dan Adikku?!"

Buggh!

Pukulan keras dilayangkan Minhyung pada wajah sombong Woojin. "Seharusnya aku menghabisi seluruh keluarga Kang!!" Tekannya.

Woojin tertawa keras sebagai mengejek. "Kau selalu berpikir bahwa kau hebat hanya karena kau seorang Pangeran Putra Mahkota. Apa kau tak memikirkan yang lain... Lee Minhyung?!"

Minhyung terdiam dengan raut wajah datar.

"Ayahku benar. Kerajaan ini akan hancur karena ulahmu sendiri!"

"Sebelum hal itu terjadi, kau sudah dipastikan lebih dulu hancur, Kang Woojin!" Peringat Minhyung dingin. Dia memberi perintah, "Kurung mereka berdua. Jangan beri apapun bahkan makanan dan minuman."

"Baik, Pangeran." Jawab para pengawal.

"Lebih baik kau membunuhku!" Woojin menatap tajam Minhyung.

Mengurung Woojin dengan Yohan juga bukan sesuatu hal yang bagus. Itu bahkan lebih buruk dari sebuah pembunuhan. Minhyung tidak perlu turun tangan langsung untuk menghabisinya, seperti yang ia lakukan pada Jihoon.

Yohan sendiri merupakan mantan pengkhianat kerajaan sebrang dan seorang kanibal yang mampu mempengaruhi warga desa untuk melayaninya layaknya dewa. Jika mereka disatukan, tidak memungkinkan jika salah satunya ada yang mati.

Tidak peduli, apakah itu Woojin ataupun Yohan, pada akhirnya mereka akan tetap berakhir pada pedang merah Minhyung. Pria 24 tahun itu saat ini sedang dalam pikiran yang kacau. Ini sama seperti yang terjadi pada 7 tahun yang lalu.

Minhyung mengabaikannya. Hari ini mereka harus kembali keistana. Tidak ada waktu untuk memikirkan tentang putra kedua Tuan Kang itu lagi.

Esok, tidak ada lagi yang diizinkan memakai marga Kang. Seluruh keturunan Kang akan dihabiskan. Tuan Kang, ayah Kang Mina, bertanggung jawab atas hal ini semua.

Sore harinya, seluruh persiapan untuk pulang telah disiapkan. Para pengawal kerajaan disibukkan untuk berkumpul dan mempersiapkan segalanya. Mayat Jeno dibawa dengan menggunakan tandu. Isakan kecil terdengar dari beberapa orang yang melihat tubuhnya yang membiru.

Tabib yang memeriksa tubuh Jeno mengatakan, jika Jeno keracunan pedang yang telah dilumuri oleh racun mematikan. Bahannya sama dengan yang digunakan Mina pada kue beras yang ia berikan pada Haechan. Bahkan 10 kali lipat lebih mematikan dari hanya sebuah siksaan perut biasa.

"... Kita kembali keistana." Ujar Minhyung dengan Haechan yang berada dilengannya. Pria itu tertidur setelah menelan pil pereda dari tabib.

Kantung mata Haechan membengkak karena terlalu lama menangis. Hidungnya merah dan ia sesenggukan.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang