Minhyung mengusap tubuhnya yang panas dan berkeringat. Dapat dirasakan oleh Haechan saat kulit Minhyung bersentuhan dengan kulitnya. Itu terasa sangat menyenangkan.
Minhyung memperlakukannya terlalu baik. Bahkan saat inipun, dia datang dengan semangkuk bubur hangat yang entah darimana dia dapatkan.
Minhyung duduk ditepi tempat tidur. Dengan semangkuk bubur ditangannya, dia menyendok sesuap bubur, ditiupnya lalu disodorkan kearah mulut Haechan.
Haechan menerimanya. Mengunyahnya dan memuji, "Ini enak. Darimana kau dapatkan bubur ini?"
"Jaemin." Balas Minhyung acuh tak acuh kembali menyuapkan Haechan bubur hangat tersebut.
"Jaemin?" Haechan kaget. Dia merasa tak percaya, bagaimana cara Minhyung meminta Jaemin untuk membuatkannya bubur?
"Kau memintanya membuat bubur? Aku tidak percaya kau akan melakukan hal tersebut, Minhyung."
"Aku melakukannya."
Mata Haechan seketika melebar. Dia tergagap, "Kau... Kau melakukannya? Kau sendiri yang meminta Jaemin untuk membuatkan bubur ini?"
Minhyung mengangguk, membenarkannya.
Beberapa saat yang lalu, Minhyung memutuskan untuk memasuki dapur. Dia berdiri penuh kebingungan melihat kearah bahan-bahan masakan dan peralatan memasak.
Setiap barang dapur yang dipegang, selalu saja rusak ditangannya. Bahkan sudah tiga mangkuk kaca yang pecah karena tangannya yang tidak stabil seolah-olah tangannya itu berminyak dan licin untuk memegang sesuatu.
Selama ini dirinya selalu dilayani. Saat Haechan sakit kemarinpun yang membuat buburnya adalah pelayannya sendiri. Bukan dirinya.
Saat keluar dari rumah untuk mencari pengawalnya, Minhyung bertemu dengan Hyunjin. Dia berterus terang, "Buatkan aku semangkuk bubur."
"Hah?" Hyunjin melongo melihat kakaknya itu.
Minhyung menatap kesal Hyunjin. "Kau tuli? Buatkan aku semangkuk bubur."
"Hyung, aku tidak bisa memasak. Bagaimana bisa aku membuatkan bubur untukmu." Jawab Hyunjin jengah.
"Aku tidak peduli. Buatkan aku semangkuk bubur."
"Hyung, kenapa tidak kau saja yang membuatnya." Setelahnya Hyunjin tersadar. Kakaknya itu juga tidak bisa memasak. Waktunya habis untuk berlatih dan perang, tidak pernah menginjak dapur.
"Bagaimana jika bubur yang kubuat itu justru menjadi racun. Min Hyung masih ingin memakannya?" Lanjut Hyunjin menatap Minhyung serius.
Minhyung memikirkan perkataannya. "Tidak perlu. Kau tidak perlu melakukannya lagi." Katanya menatap dingin adiknya itu.
Hyunjin menghela napas panjang. "Pinta saja Jaemin membuatkan Hyung bubur. Dia ahli tentang hal itu."
Jaemin?
Minhyung kembali berpikir. Lalu pergi meninggalkan Hyunjin yang ter'hah-hah' menatapnya.
"Kenapa hari ini orang-orang terasa aneh." Gumamnya dengan kening yang berkerut.
Mencium aroma bunga yang semakin pekat, Hyunjin mencibir, "Ini juga! Kenapa aroma bunga-bunga didesa ini semakin menjadi-jadi saja. Uh! Ini menjadi sangat bau."
Dia pergi dengan menutup hidung dan raut wajah yang sedang menahan sesuatu.
Setelah bertemu orang yang dicarinya itu, Minhyung menghampiri Jaemin acuh tak acuh.
"Pangeran." Sapa Jaemin terkejut saat Minhyung melangkah menghampirinya yang sedang membereskan barang-barang diatas rak.
Dengan raut wajah datar khasnya, Minhyung membalas, "Buatkan aku semangkuk bubur."
KAMU SEDANG MEMBACA
1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]
FanficTINGGALKAN JEJAK WALAUPUN KAMU PEMBACA BARU ‼️ [ End ] || Historical Fiction •Hiraeth - Memiliki arti dari Kerinduan, Keinginan yang Tulus dan Rasa Penyesalan. Summary : 1521; HIRAETH merupakan kisah cinta antara dua sejoli yang sebenarnya berakhir...