Bab 36 : Mayat Didalam Peti Mati

15K 2.1K 65
                                    

Didalam peti itu terdapat mayat seorang remaja cantik yang mengenakan pakaian merah muda dalam posisi tubuh berbaring tak beraturan dengan mata yang terbuka.

Jari-jarinya dipenuhi oleh darah kering dan ada bercak-bercak darah dimana-mana sampai mengotori pakaiannya.

Haechan shock. Seketika dia merasa merinding dan tubuhnya bergemetar hebat.

Ini pertama kalinya dia melihat mayat dalam keadaan mengenaskan seperti itu.

Jeno mengamati keadaan Haechan. Dia bertanya, "Apa perlu saya tutup lagi, Pangeran?"

Haechan masih dalam keadaan shock. Wajah merindingnya masih tertuju kearah peti mati. Dia tidak melihat ataupun menjawab pertanyaan Jeno.

Jeno mengangkat tutup peti mati itu untuk kembali menutupnya, namun seketika Haechan berseru, "Tu... Tunggu sebentar, Jeno." Haechan bangkit berdiri. Dia mengatur kondisinya agar tetap normal walaupun masih sedikit gemetar dan kembali berkata, "Coba letakkan kembali tutupnya dibawah, aku ingin melihatnya."

Jeno kembali meletakkan tutup peti mati itu keatas tanah.

Haechan memperhatikannya dan terbelalak kaget. Ada noda darah kering seperti cakaran jari dibagian dalam tutup peti mati milik Kakak Donghyuck tersebut. "Apa-apaan ini semua!" Gumam Haechan tak percaya.

Dia bertanya entah pada siapa, "Apa benar jika Kakak telah meninggal? Kenapa mayatnya seperti ini!"

Yang disampingnya menjawab, "Benar, Pangeran." Dia menambahkan, "Kakak anda meninggal tujuh tahun yang lalu. Para tabib kerajaan bahkan tidak bisa mengidentifikasi mayatnya. Kakak anda kehilangan kesadarannya setelah jatuh di Danau Air Beku."

Jeno bergumam, "Apa sebenarnya saat itu salah? Kalau benar, seharusnya saat ini semuanya akan tetap baik-baik saja untuk Pangeran."

Haechan meneguk ludah. Pikiran buruk tiba-tiba saja terlintas dikepalanya. Dia berusaha untuk membuka mulut dan berkata tidak yakin, "Apa... Sebenarnya kalian..." Jedanya cukup lama. Dia melanjutkan dengan satu tarikan napas, "... Mengubur Kakakku hidup-hidup?"

Jeno tersentak. Tidak tahu harus mengatakan apa.

Sejujurnya, pada tahun itu. Saat dimana Kakak perempuan Donghyuck tiba-tiba saja kehilangan nyawa, Jeno tak berada dikerajaan. Dia sedang bersama Minhyung dan ayah Donghyuck dimedan perang untuk pertama kalinya.

Jeno sangat bersemangat dan mereka berhasil meraih kemenangan.

Namun tiba-tiba, kabar buruk terjadi. Seorang pengantar pesan dari kerajaan mengatakan bahwa Nona Lee Soohyuck dalam keadaan sekarat.

Mendengar kabar bahwa putrinya sekarat, buru-buru Lee Dongyul meninggalkan tugasnya kepada dua remaja, Lee Jeno yang masih berusia 13 tahun dan Lee Minhyung yang saat itu berusia 16 tahun.

Mereka kembali keistana tepat pada saat Lee Soohyuck akan dimakamkan.

Jeno melihat kearah orang-orang yang sedang melakukan upacara pemakaman Lee Soohyuck dan terkejut. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat pada saat itu.

Lee Soohyuck. Orang yang dia anggap seperti kakaknya sendiri itu, telah meninggal dunia.

Lee Soohyuck sendiri merupakan gadis yang baik dan hangat. Dia banyak membantu dalam kehidupan Jeno.

Wajahnya mirip dengan Donghyuck. Tapi postur wajahnya lebih tegas, berbalik dengan postur wajah Donghyuck yang cantik. Kerap kali orang berpikir jika Donghyuck juga seorang anak perempuan.

Karena kebaikan dan keramah-tamahannya, Lee Soohyuck disebut-sebut memang pantas menjadi pasangan resmi Pangeran Minhyung.

Mendadak, kepalanya tiba-tiba saja merasakan sakit yang teramat hebat. Haechan meremas kepalanya. Dia merasa pusing dan pandangannya tampak berputar-putar.

Sesosok bayangan wanita seperti tampilan dari kaset rusak, muncul dihadapan Haechan. Bayangan itu tersenyum manis, memanggilnya 'Adik' secara berkali-kali.

Haechan meremas kuat kepalanya. Dia merasa sangat kesakitan seolah-olah kepalanya akan meledak.

Kata 'Adik' yang diucapkan bayangan itu, terus saja menusuk dada Haechan.

Bayangan-bayangan wajah dari gadis didalam peti mati semakin menyerang kepala Haechan. Kadang tersenyum, kadang menangis darah dipandangannya.

"Menyingkir! Menyingkirlah dari pandanganku!!" Teriak Haechan menghalau sesuatu didepannya.

Jeno yang melihatnya segera memegang pundak Haechan. Dia berkata penuh khawatir, "Pangeran... Pangeran... Pangeran, tolong tenanglah."

Haechan tak mendengar. Dia masih berusaha mengusir sesuatu didepannya yang padahal tidak ada. Suaranya kian histeris dan ia hampir menangis, memohon pada bayangan itu untuk pergi.

"Kumohon pergilah..." Lirih Haechan. Bulir-bulir air mata jatuh dipipinya. Pertahanannya selama bertahun-tahun kini runtuh oleh bayangan dari gadis yang tak ia kenal.

Terakhir kali dia menangis pada saat orang tuanya meninggal. Hatinya telah membeku pada saat itu. Tapi kini, dia terpaksa meruntuhkan pertahanan yang ia bangun untuk dirinya sendiri sebagai laki-laki yang kuat.

Entah karena tubuh yang dia rasuki ini lemah, atau memang hatinya yang akhir-akhir ini mulai melemah.

Namun pada dasarnya, Haechan memiliki hati yang rapuh.

Sangat rapuh sampai-sampai bisa hancur kapan saja.

Jeno yang melihat Haechan shock, memeluknya. Dia memeluk tubuh Haechan, menahan dorongan tangan dari pria itu yang menyuruhnya untuk menjauh seraya berkata rendah, "Tenanglah, Pangeran. Tidak ada siapa-siapa disini. Saya akan temani anda."

Haechan masih shock. Badannya bergemetar dan ia masih saja menangis. Dia menangis dipelukan Jeno yang merengkuhnya erat-erat.

Beberapa saat kemudian, tangisan Haechan berhenti. Badannya tak bergemetar lagi, tapi tubuhnya mulai memanas. Dan tidak ada lagi suara yang terdengar dari pria yang sedang Jeno rengkuh itu.

Karena diamnya Haechan, Jeno melirik Haechan. Raut wajahnya seketika berubah rumit saat melihat Haechan yang ternyata pingsan. Dia mengulurkan tangan ke dahi Haechan, dan suhu panas tubuh Haechan menyerang tangannya.

Haechan mengalami demam.

Jeno merasa khawatir. Buru-buru dia mengangkat tubuh Haechan untuk keluar dari gua pemakaman.

Dia terpaksa harus melewati air berlumpur setinggi lututnya sembari membawa Haechan digendongannya untuk bisa kembali ke kudanya.

Untung saja dirinya memiliki tubuh yang kokoh, Jadi dia sama sekali tidak merasa keberatan. Setelah beberapa saat kemudian, dia akhirnya tiba dimana prajuritnya sedang menunggunya.

Melihat kondisi Haechan dilengan Jeno, salah seorang prajurit berseru, "Jenderal, Pangeran..."

"Tutup kembali peti mati didalam gua dan tutup kembali gua pemakaman ini setelah kalian selesai!!" Sela Jeno memberi perintah.

Para prajurit itu langsung mengangguk paham dan pergi menuju gua pemakaman

Jeno yang panik dan khawatir pada kondisi Haechan, dengan terburu-buru menaikkan Haechan keatas kuda. Setelahnya dia naik dibelakang Haechan dengan satu tangan menyangga berat tubuh Haechan dan satu tangannya lagi menarik tali kekang kuda agar kuda bergerak cepat.

Kuda terus saja melaju dengan cepat.

Karena kelihaiannya dalam berkuda, mereka tidak terombang-ambing diatas kuda tersebut. Jeno menahan Haechan dengan erat agar pria itu tidak terjatuh.

Seiringnya waktu berjalan, mereka akhirnya tiba di gerbang istana.

Dari arah berlawanan, ada sosok seseorang yang berjalan dengan tangan yang memegang kuat gagang pedangnya sampai urat tangannya terlihat. Dibalik cahaya matahari yang menyinarinya, orang itu memiliki aura intimidasi dan tatapannya yang kian tajam saat melihat kearah kuda dihadapannya.

Itu adalah Minhyung yang berjalan kearah kuda yang dinaiki oleh Jeno dan Haechan dengan wajah yang menggelap.

"Pangeran Putra Mahkota." Jeno terkejut memanggil Minhyung didepannya.

_o0o_
ℌ𝔦𝔯𝔞𝔢𝔱𝔥
-18032022-

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang