Bab 26 : Mengejar Si Putih

15.3K 2K 103
                                    

"Sial, sial, sial! Dia benar-benar seorang Pangeran Putra Mahkota! Tidak heran jika dirinya tak menyadari bahwa token giok emasnya telah hilang. Itu karena dia bisa membuat sepuluh bahkan seribu token lagi untuknya sendiri!! Benar-benar orang kaya!" Umpat Haechan.

Istana Putra Mahkota berbeda dari bangunan-bangunan yang Haechan lihat sejak ia tiba didunia asing ini. Struktur model Istana milik Minhyung ini seperti gabungan dari konsep model Istana Korea dan negara barat.

"Meow..."

Kucing putih itu membuyarkan lamunan Haechan. Haechan segera tersadar dari kagumnya dan melangkah menuju kearah sumber suara.

Dia tiba disebuah ruangan yang ternyata kamar Minhyung. Haechan melirik kearah tempat tidur dan benar, ada kucing putih yang berbaring nyaman diatas ranjang empuk milik Minhyung.

Haechan mengambil kucing tersebut, menggendongnya dilengan dan mengomel, "Manis. Tolong jangan berlari kesana-kemari lagi, ya?"

Haechan mengelus bulu kucing putih itu. Tampak kucing itu juga terlihat nyaman digendongan lengan Haechan. Kucing itu bahkan menggosok-gosokkan kepalanya dileher Haechan.

Haechan hendak melangkah keluar kamar, tapi tiba-tiba saja perhatiannya terpusat pada sesuatu didalam lemari. Haechan mendekati lemari tersebut dan bergumam bingung, "Bukannya ini jubah luar yang saat itu aku berikan kepada orang yang kukira Jeno? Kenapa ini ada disini?" Haechan melihat kearah lipatan jubah kain berwarna abu-abu yang terlipat sangat rapi diatas rak lemari.

Dia mengalihkan matanya kearah sebuah benda disamping lipatan jubah tersebut dan bergumam kembali, "Ini Lonceng Giok Mawar! Apa jangan-jangan..."

Mata Haechan melebar seketika. "Orang yang aku tolong malam itu adalah... Adalah Minhyung?!!" Monolognya tak percaya.

"Jangan sentuh aku!"

"Apa kau lupa siapa aku?!"

Ucapan Minhyung saat itu langsung terngiang-ngiang ditelinga Haechan.

Malam itu terlalu gelap, ditambah lagi orang yang ditolong Haechan saat itu sangat kotor oleh debu-debu tanah yang menempel padanya. Haechan hanya samar-samar melihat dan meraba kulit-kulit Minhyung yang terluka dan langsung membubuhi obat secara hati-hati.

Dia benar-benar tidak menyangka jika Minhyung adalah orang pada malam itu.

Haechan tersenyum tidak jelas. Dia tidak tahu kenapa harus tersenyum, hanya saja itu benar-benar lucu untuknya.

Atensi Haechan kini teralih pada setangkai bunga mawar dengan tiga daun dalam sebuah tabung berisi air pengawet. Bunganya tampak segar tanpa jejak layu sedikitpun. Seperti dijaga dengan sangat baik.

Haechan merasa takjub melihat setangkai bunga mawar mekar yang kecantikannya terus abadi dalam tabung tersebut.

Sangat indah untuk dipandang.

"Apa yang kau lakukan disitu?" Tegur seseorang diluar pintu. Dia berdiri tepat digaris pintu tanpa menginjakkan sesentipun pada lantai dalam kamar Minhyung.

Glup!

Haechan menelan kasar salivanya. Dia tampak gugup. Secara perlahan, Haechan memutar kepalanya kearah sumber suara. "Mi... Mina!"

Mina menatap tajam Haechan. Tidak ada jejak ketertarikan ataupun keakraban yang ia tunjukkan pada Haechan.

Tertegun sesaat, Haechan menelisik dirinya sendiri. Dia tiba-tiba saja merasa senang karena sudah tidak merasakan gemetaran lagi setelah melihat Mina kembali. Dan juga, tidak ada sesuatu hal buruk yang terjadi padanya seperti yang terakhir kali.

"Apa kau kerasukan? Kenapa tersenyum-senyum seperti itu?!!" Ucap Mina yang masih menatap tidak suka pada Haechan.

'Dasar wanita galak!' Umpat Haechan dalam hati.

Haechan memperbaiki ekspresi pada wajahnya. Dia tersenyum manis dan menjawab, "Bukan apa-apa. Aku hanya sedang mengejar kucing ini." Haechan menunjukkan kucing putih yang ia gendong pada Mina.

Mina mengerutkan kening. Dia berkata dingin, "Bawa kembali kucingmu! Pangeran Minhyung tidak mengizinkan hewan apapun masuk kedalam Istananya!"

Haechan melirih dan buru-buru keluar dari ruang kamar Minhyung.

Setelah kepergian Haechan, Mina menatap aneh punggung Haechan yang telah berlalu pergi itu.

---

Haechan berjalan menjauh. Dia berjalan tanpa arah dengan seekor kucing putih ditangannya.

Haechan menghela napas lega. Tidak jauh dari posisinya berdiri, ada sebuah tandu cantik yang diletakkan secara sembarangan dijalanan yang ia lalui itu. "Tandu siapa ini?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Haechan melangkah mendekati tandu untuk melihat apakah ada orang didalam tandu, dan ternyata tandu tersebut kosong. Raut wajah Haechan berubah bingung dengan tangan yang masih mengelus bulu kucing yang lembut.

"Pangeran." Panggil lembut seseorang dibelakang Haechan. Haechan berbalik dan mendapati bahwa Jang Shim yang telah memanggil namanya.

Dia menjawab dengan wajah cerah, "Nona Jang Shim."

Jang Shim tersenyum manis. Dia melirik kearah kucing yang dipegang Haechan dan bertanya, "Kucing itu?"

Haechan buru-buru membalas, "Oh, ini..."

"Ah, Lusi-Ku." Potong seorang gadis muda yang langsung merampas kucing putih Haechan. Gadis itu melirik-lirik seluruh bagian tubuh kucing, berharap tidak ada luka ditubuh kucingnya.

Haechan menatap penuh tanya pada gadis muda yang berumur sekitar 16-17 tahun tersebut. Gadis itu bertubuh mungil. Kulitnya putih dengan bola mata besar dan berwajah imut.

Melihat arah pandang Haechan, Jang Shim berkata lembut, "Pangeran, ini Putri Arin. Putri bungsu Yang Mulia Raja Barat dan juga selir termuda Pangeran Minhyung." Jang Shim memperkenalkan Arin kepada Haechan. Dia menatap Arin, "Putri Arin, ini Pangeran Donghyuck, pasangan sah Pangeran Putra Mahkota, Pangeran Minhyung."

Haechan tersentak kecil mendengarnya. Dia tersenyum, sangat manis dengan kesan sedikit menggoda.

"Orabeoni!" Seru Arin bersemangat. Dia melepaskan kucingnya dan langsung memeluk Haechan.

Arin terisak manja, "Aku selalu ingin bertemu dengan Orabeoni. Akhirnya hari ini aku bisa melihatmu langsung. Ah, senangnya..."

Haechan meletakkan kepalan tangannya dimulut. Dia berdehem singkat dengan kepala miring tanpa arah pandang yang jelas. Arin memeluknya sangat erat, wajahnya bahkan terbenam didada Haechan.

Jakun Haechan turun naik. Sensasi lamanya, kini telah kembali. Setelah berhari-hari, akhirnya dia mendapatkan sentuhan dari seorang gadis cantik, ditambah lagi gadis yang memeluknya ini memiliki wajah yang imut. Benar-benar tipe kesukaan Haechan.

Walaupun kebanyakan kekasih lama Haechan adalah wanita dewasa yang seksi dan hangat, tipe kesukaan Haechan tetaplah seseorang yang memiliki sifat polos dan berwajah imut.

Kebetulan sekali, Arin adalah tipe kesukaannya.

Haechan menggigit bibir frustrasi. Disampingnya ada Jang Shim, wanita yang mirip dengan cinta pertamanya di SMA sedangkan dihadapannya ada Arin, gadis muda berwajah imut yang merupakan tipenya.

"Mm, Pu... Putri. Bisakah kamu melepaskanku dulu?" Haechan berkata rendah. Dia sedikit mendorong tubuh Arin untuk menjauh darinya.

Arin mendongak dengan pelukan yang tak ingin ia lepas. Tatapannya cerah, "Tidak mau." Katanya dengan kepala yang digeleng-gelengkan.

Haechan menghela napas sesak. Dia membatin, 'Aku sudah lama tidak menyentuh wanita. Nona, tolong pikirkan dirimu sendiri. Aku bisa saja menggeretmu masuk kedalam rumah, membantingmu ketempat tidur dan melakukan hal dewasa. Mohon mengertilah!'

Napas Haechan tercekat saat rambut lembut milik Arin mengusak kulit lehernya. Dia mati-matian menahan hasrat, mencoba mendorong Arin namun berakhir nihil karena Arin malah kian memeluk dan kini beralih memeluk lehernya.

Note:
Nah loh?

_o0o_
-27022022-

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang