Bab 86 : Pentas Drama

11K 1.5K 64
                                    

Haechan berbisik, "Mau pergi kemana mereka?" Tanyanya saat melihat sekumpulan warga desa sedang berjalan menuju kesebuah tempat.

Tiap warga membawa satu keranjang yang terbuat dari rotan. Raut wajah mereka bahkan 180 derajat beda jauh dari saat mereka pertama kali bertemu.

Mereka saat ini terlihat suram dan sedikit bahagia.

Melihat ada seorang warga yang memperhatikan sekitar, buru-buru Minhyung semakin merendahkan tubuh keduanya.

Dia menyangga belakang kepala Haechan, dimana wajah Haechan tepat berada didadanya. "Jangan lihat." Katanya sembari mengarahkan kepala Haechan untuk bersembunyi pada dadanya yang bidang.

Haechan bergeming.

Minhyung memperhatikan secara baik-baik kemana para warga itu pergi. Setelah dipikirkan, hanya ada gudang terbengkalai dibagian selatan desa ini yang sebelumnya telah dikatakan oleh pengawalnya.

Aneh?

Mereka menyembunyikan sesuatu!

Setelah keheningan yang cukup lama, para warga tidak terlihat lagi. Mereka sudah pergi ketempat yang menjadi tujuan mereka.

Minhyung menghela napas. Menarik diri bersamaan dengan Haechan yang berada dibawahnya. "Kita pulang." Ajaknya.

Haechan mengangguk, menyetujuinya langsung.

Disela-sela perjalanan pulang, Haechan bertanya, "Kemana mereka pergi tadi?"

"Aku tidak tahu." Jelas Minhyung berbohong. Ada hal yang tadi dia lihat, tapi tak ingin mengatakannya.

"Minhyung, apa tadi kau melihatnya. Mereka tidak terlihat seperti saat kita pertama kali bertemu." Jeda Haechan, "Tadi wajah mereka tampak seram. Kosong dan suram, tidak seperti biasanya yang tersenyum ramah."

Minhyung menggendikkan bahu. Dia mencoba seolah-olah sedang berpikir keras.

---

Hari perayaan dimana pentas drama desa akhirnya tiba.

Jam menunjukkan pukul delapan malam. Dengan berpakaian rapi, Haechan dan Minhyung kembali berjalan menuju pusat desa yang telah ramai oleh pengunjung.

Haechan hanya mengenakan pakaian biasa berwarna merah muda, sedangkan Minhyung mengenakan pakaian cerah dengan jubah bulu rubah berwarna abu-abu yang tersampirkan dipundaknya.

Haechan yang paling berantusias. Lengkungan bibirnya terus saja terukir lebar karena tidak sabar melihat drama apa yang akan ditampilkan.

Beruntung sekali, mereka datang ke desa ini saat dimana desa ini sedang melakukan pertunjukan pentas setiap tahunnya.

"Ngomong-ngomong Minhyung, dimana Jeno dan kedua adikmu itu? Mereka tidak pergi?" Tanyanya menoleh pada Minhyung yang berjalan disampingnya.

Minhyung mengalihkan atensinya dari depan, menoleh kembali pada Haechan. Bulu matanya merunduk, saat dia menjawab, "Mereka sudah pergi."

Haechan terkejut, "Benarkah? Kukira mereka masih didalam rumah terus."

Minhyung mengangguk lembut. Membenarkan perkataannya.

Sepanjang jalan yang mereka lewati, penuh dengan cahaya-cahaya lampu yang tersebar dimana-mana. Apalagi aroma bunga yang semakin menyengat setiap harinya. Sangat harum dan terkesan samar.

Setibanya ditempat, sembari menunggu Minhyung yang pergi entah kemana, Haechan berdiri seorang diri ditengah keramaian pengunjung yang mulai berkumpul.

Tatapannya fokus kearah panggung dimana seorang MC sedang membacakan sesuatu terlebih dahulu diatas pentas sebelum drama yang sebenarnya dimulai.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang