"Itu normal. Itu normal, Jeno, Lee Jeno!" Donghyuck merasa tak sabar. Dalam hati dirinya sedang menahan rasa kesal untuk anak laki-laki yang berbeda satu tahun dengannya itu.
Dia memberi Jeno sepotong kain, berujar, "Buka pakaianmu dan gosoklah dengan kain ini."
Jeno membuka pakaian atasnya, dan perlahan menggosok tubuhnya yang berlumpur dengan kain pemberian Donghyuck tersebut.
Donghyuck menampung air dengan kedua tangan kecilnya dan menyiramkannya langsung keatas rambut Jeno. Dia menggosok wajah Jeno dengan tangannya sendiri, dan terkejut saat mendapati tangannya yang kotor oleh lumpur tanah.
"Wah, Jeno. Apa kau menggunakan lumpur sebagai bedak wajah? Ini sangat tebal."
Dia kembali membasahi wajah Jeno, mengusapnya perlahan-lahan hingga kesela-sela hidung dan bawah mata.
Didalam bak itu, Jeno hanya terdiam, memperhatikan Donghyuck yang sibuk membersihkan dirinya.
Donghyuck menyipitkan mata, merasa sedikit kesal. "Apa yang kau lihat? Perhatikan ini baik-baik dan lakukan sendiri mulai besok."
Jeno mengangguk. "Baik, Tuan."
Beberapa saat kemudian, Donghyuck mengerjap berkali-kali saat melihat seluruh lumpur pada tubuh Jeno yang telah hilang dan bersih berkat dirinya.
Dia terkesiap, mendapati kulit Jeno yang ternyata sangat putih dan lebih mengarah pada putih pucat sangking putihnya.
Jeno rupanya cukup rupawan. Dia memiliki garis mata yang jika tersenyum, matanya juga ikut tertarik membentuk sebuah senyuman lain.
Donghyuck kaget. "Kau... tampak beda."
Jeno tampak gugup, saat mengenakan pakaian milik Donghyuck. Dia mengulum bibir berkali-kali, merasa tidak pantas terhadap kebaikan berlebih yang diberikan Donghyuck padanya.
"Pakaian ini..."
"Untukmu saja." Sela Donghyuck. Dia segera menambahkan, "Jangan merasa gugup lagi. Pakaian hitam itu tidak cocok untuk kulitku yang gelap. Ayah salah beli karena berpikir jika warna hitam sesuai denganku."
Dia tersenyum, mencoba agar Jeno bisa bersikap santai padanya. Apalagi mulai hari ini mereka akan tinggal ditempat yang sama untuk beberapa hari kedepan.
"... Donghyuck, kamu dirumah?" Teriak seorang wanita paruhbaya dari luar rumah jenderal.
Donghyuck menghampiri sumber suara dan tersenyum lebar, menyambut kepulangan ibu dan kakak perempuannya.
"Ibu, Kakak, kalian sudah pulang."
"Tentu saja. Meninggalkanmu sendirian dirumah pasti membuatmu kesepian." Ucap sang ibu tersenyum lembut.
"Sendirian? Aku berdua." Balas Donghyuck sedikit angkuh.
Mendengarnya, sang kakak bertanya, "Adik, berdua apa yang kamu maksud? Apa Pangeran Minhyung diizinkan datang menemuimu?"
Jeno keluar, menampilkan dirinya dengan perasaan gugup dan berdiri dibelakang Donghyuck. Dia menunduk, mencuri-curi pandang kearah ibu dan kakak Donghyuck dengan perasaan yang kembali gugup.
"Adik, siapa dia?" Tanya Soohyuck memandang kearah Jeno yang mengenakan pakaian serba hitam. Berdiri didekat adik tercintanya.
Donghyuck memperkenalkan, "Dia Lee Jeno. Ayah membawanya beberapa jam yang lalu saat dia kembali dari perbatasan."
"Ayahmu tadi pulang?" Kini si ibu yang bertanya.
"Hanya sebentar."
"Kenapa tidak memberitahu Ibu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]
FanfictionTINGGALKAN JEJAK WALAUPUN KAMU PEMBACA BARU ‼️ [ End ] || Historical Fiction •Hiraeth - Memiliki arti dari Kerinduan, Keinginan yang Tulus dan Rasa Penyesalan. Summary : 1521; HIRAETH merupakan kisah cinta antara dua sejoli yang sebenarnya berakhir...