Bab 103 : Kesan Pertama

7.1K 971 32
                                    

"Donghyuck..." Suara Minhyung kian melirih, berharap bocah dihadapannya itu kembali menoleh padanya.

"Pfftt.. Hahahaha..." Tawa mengejek terdengar dari Donghyuck. Dia membalikkan tubuh, kembali menatap Minhyung yang termangu saat menatapnya.

"Ah, Hyung. Tidak perlu meminta maaf seperti itu." Katanya, "Aku kesal padamu, tapi bukan berarti aku akan membiarkanmu seperti ini saja disini. Aku hanya ingin membawa Hyung ketempat keduaku."

Minhyung merasa lega. Dia kembali mengikuti langkah kaki Donghyuck yang berjalan menuntun didepannya.

"Hyung, kau tahu? Aku membawamu berlari bukan tanpa sebab. Tapi karena kakimu semakin mengeluarkan darah jika kita berlama-lama." Terang Donghyuck, membuat hati Minhyung tersentak kecil.

"Kenapa kau tidak jijik padaku?"

"Aduh, Hyung. Bukannya tadi Hyung sudah menanyakan hal itu." Donghyuck menghentikan langkahnya, menatap Minhyung penuh keseriusan.

Mereka bersitatap. Minhyung mengerjap, menatap manik mata teduh nan polos dihadapannya itu.

Hatinya merasa...

Hangat!

"Kenapa Hyung bertanya tentang itu terus? Tidak ada yang jijik padamu." Ucap Donghyuck menghibur. Menganggukkan kepala untuk menyakinkan Minhyung.

Minhyung kembali berkata, "Orang-orang tidak ada yang ingin mendekat denganku. Mereka takut ketularan penyakit kulit ini juga. Begitupun denganmu, seharusnya kau menjaga jarak dariku agar tidak ketularan juga."

Donghyuck menatap rumit Minhyung. Dia menjawab, "Sama seperti Hyung, tidak ada orang yang ingin mendekat denganku. Padahal aku baik-baik saja, tidak memiliki penyakit kulit seperti yang Hyung katakan itu. Lalu kenapa orang tidak ingin mendekatiku?"

Minhyung terdiam.

Tidak ada yang berani mendekat dengan Donghyuck adalah karena ayahnya. Anak-anak seusianya selalu menghindari dirinya yang merupakan anak dari seorang jenderal. Dia tidak memiliki satupun teman hingga saat ini.

Nada bicara dewasanya dia dapatkan dari orang-orang dewasa yang berbicara didekatnya. Dia tumbuh dengan orang yang jauh lebih tua dari usianya sendiri.

Untung saja Kakak dan Ibunya memiliki suara rendah dan lembut, hal itu membuat nada suara Donghyuck terdengar dewasa namun memiliki kesan yang lembut.

"Oh, lagipula Hyung. Ibu bilang jika penularan hanya terjadi pada orang-orang yang memiliki luka luar. Dan lihat? Aku tidak memiliki luka sedikitpun ditubuhku." Lanjut Donghyuck menunjukkan kulitnya yang mulus, bebas dari kerusakan fisik sekecil apapun.

Tidak ada luka bahkan bekas luka dikulitnya.

"Jadi, tidak perlu dikhawatirkan. Kalaupun aku tertular, itu bukan karena Hyung tapi karena aku sendiri yang tidak bisa menjaga diri." Ucapnya tersenyum.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini langkah mereka lebih santai dan berdiri berdampingan.

Donghyuck yang hanya mengenakan pakaian dalam berwarna putih bersih dan Minhyung yang mengenakan pakaian sederhana berwarna biru tua dengan kepala yang tertutupi oleh pakaian luar Donghyuck berwarna hijau tua.

"Hyung, kakimu masih sakit?" Tanya Donghyuck prihatin, melirik kearah kaki Minhyung yang perbannya sudah tertutupi oleh kotoran tanah dan darah.

"Sedikit. Tapi tidak masalah." Jawab Minhyung yang sebenarnya telah menahan rasa yang teramat perih ditelapak kakinya.

Dia meringis dalam diam, mencoba untuk bersikap kuat. Minhyung menggigit bibir bawahnya, menekan rasa sakit tersebut.

"Kalau sakit, teriak saja." Ujar Donghyuck, lagi-lagi membuat Minhyung bingung akan maksudnya.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang