Bab 11 : Pertemuan Kedua

18.2K 2.3K 97
                                    

Para penghibur yang dipanggil, mulai menunjukkan bakat mereka satu persatu. Ada yang menari, bermain sulap, menyanyi dan hiburan-hiburan yang lain. Alunan musik dan riuh suara tak henti-hentinya berhenti.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Haechan yang daritadi merasa jengkel oleh tatapan yang Jeno tujukan padanya.

"Pangeran... Maafkan saya." Lirih Jeno.

"Untuk?"

Jeno menjawab ragu, "Lonceng Giok Mawar yang anda berikan kepada saya... Sudah hilang, Pangeran. Saya sudah menjaganya selama tujuh tahun seperti yang anda perintahkan, tapi... Saya tak sengaja malah menghilangkannya. Saya benar-benar minta maaf. Harap Pangeran menghukum saya."

Sebenarnya bukan dia yang secara langsung menghilangkannya. Tapi tidak mungkin dia berani mengatakan atau berpikir sesuatu yang buruk, tentang orang yang menghilangkan lonceng itu.

Itu adalah kecerobohannya sendiri!

Haechan ter'hah-hah' mendengar penuturan itu. Dia tidak tahu harus berkata apa. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan pria yang dibicarakan oleh Paman Lee, Lee Jeno.

Haechan berpikir sejenak, "Tidak masalah. Lagipula itu bukan masalah besar. Lupakan saja tentang itu, oke?"

'Lagipula, bukan aku yang memberikan lonceng itu padamu. Untuk apa aku peduli.' Batin Haechan. Ia kembali menyesap secangkir Anggur Angin Malam.

Jeno menggeleng keras kepala. "Tidak bisa. Anda pasti sangat kecewa dengan saya seperti waktu itu."

"Saat itu?"

"Ya." Jeno mengangguk, "Saat itu saya tak sengaja menjatuhkan pedang anda didalam Danau Air Beku, anda merasa kecewa dan mengabaikan saya selama satu minggu penuh. Hari inipun saya kembali menghilangkan lonceng anda, saya..." Ucapannya terjeda. Raut wajah tegasnya hampir berkaca-kaca.

Haechan menghela napas. Dia tidak tahu, haruskah menangis atau tertawa melihat seorang Jenderal bertingkah aneh didepannya. Daripada terus berurusan dengannya, dia memiliki sebuah ide bodoh.

Sreett...

Haechan menyobek bagian kelepak lengan pakaiannya. Dia berkata, "Kemarikan tangan kirimu!"

Jeno terbelalak. Walaupun begitu, dia tetap mengulurkan tangan kirinya.

Tangan Jeno penuh bekas luka dengan telapak tangan yang kasar. Haechan mengikat potongan kain itu dipergelangan tangan Jeno, membentuk sebuah gelang kain. Setelah mengikatnya, dia berkata sambil menikmati kembali anggurnya. "Jaga itu baik-baik. Jangan sampai lepas!"

Jeno terperangah, lalu mengangguk, "Baik."

Haechan membatin, 'Benar-benar pria naif. Dia bahkan mudah ditipu dengan kain jelek seperti itu! Apa Jeno ini benar-benar seorang Jenderal? Dia lebih mirip seperti anak anjing.'

Dibalik tingkah laku dan perbincangan tidak bermutu mereka berdua, seseorang dengan wajah terpilin tengah menatap kearah mereka. Ekspresinya kian rumit dan sulit untuk dibaca.

Setengah jam berlalu. Yang Mulia Ratu meminta Yang Mulia Raja untuk segera menghentikan acara perjamuan dan menggantinya dengan sebuah pengumuman penting.

"Berhenti semua, berhenti!!" Yang Mulia Raja meninggikan suaranya. Ekspresinya serius dan tegas.

Aula yang sebelumnya riuh kini menjadi senyap. Alunan musik dan bisik-bisik suara, sudah tak terdengar lagi didalam Aula Perjamuan ini. Seluruh tamu terdiam dan menoleh kearah Yang Mulia Raja.

"Baiklah. Alasan mengapa aku mengundang kalian ke Perjamuan ini adalah untuk membagi cerita menggembirakan untukku dan Yang Mulia Ratu." Ujar Yang Mulia Raja.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang