Bab 65 : Jangan Katakan Itu!

14.9K 1.8K 167
                                    

"Jangan melihatku seperti itu!" Kesal Haechan mulai menatap Minhyung.

"Jadi bagaimana?" Tanya Minhyung lembut.

Haechan semakin kesal. Kenapa Minhyung memiliki wajah yang ingin diperkosa? Kenapa wajahnya sangat imut? Kenapa dirinya sesuai dengan tipe kesukaannya?!

Kenapa?

Kenapa?!

Haechan menghela napas panjang. Dia menggeleng-gelengkan kepala, mencoba sekali lagi untuk menghilangkan pikiran buruk dikepalanya.

Sejenak, seorang pengawal Minhyung mendatanginya. Dia menunduk hormat lalu berkata, "Pangeran Putra Mahkota, persiapannya telah siap."

"Kau boleh pergi." Balas Minhyung dingin.

Haechan menoleh padanya. Minhyung menatapnya, berkata rendah, "Aku harus pergi sekarang."

"Berapa lama?" Tanya Haechan entah kenapa menjadi penasaran.

"Sepuluh hari."

Haechan membelalakkan matanya. Bagaimana dirinya bisa tidur beberapa hari ini jika Minhyung pergi meninggalkannya?

"Aku ikut." Ucap Haechan menatap yakin Minhyung.

"Jauh."

"Aku ikut."

"Jalannya rusak."

"Pokoknya aku ikut."

"Banyak lumpur."

"Kubilang aku ikut!" Tekan Haechan. Dia memberanikan diri menatap intens mata Minhyung agar pria itu membiarkannya ikut serta.

Minhyung menghela napas pelan. Dia tersenyum lembut, mengetuk dahi Haechan dengan ujung jari telunjuknya, menjawab sebatas, "Hm."

Pada siang harinya, semua yang diperintahkan Minhyung telah berkumpul menunggunya. Tampak beberapa kuda, pengawal dan Jeno yang sedang memberi intruksi kepada mereka.

"Kita berangkat sekarang." Perintah Minhyung kepada para bawahannya.

Jeno melirik Haechan yang berdiri disamping Minhyung dengan lengannya tergantung sekeranjang buah stroberi.

"Pangeran... Donghyuck, ikut?" Tanyanya terkejut.

Haechan memasukkan sepotong stroberi kedalam mulut, mengunyah, kemudian menjawab, "Kenapa? Tidak boleh?"

Jeno menggeleng cepat. "Tidak, tidak. Bukan seperti itu maksud saya."

"Aku mengerti." Ucap Haechan. "Tidak perlu menjadi serius seperti itu. Aku hanya bercanda."

Dia menambahkan, "Lagipula, aku merasa bosan dan mungkin akan mati jika berkurung dirumah terus."

"Jangan katakan itu!" Tegur Minhyung menatap Haechan yang berdiri tepat disampingnya.

Haechan bingung, "Apa? Mati?"

Minhyung menatapnya dingin seraya kembali berkata, "Jangan katakan itu."

"Kenapa, sih?" Heran Haechan melihat raut wajah rumit Minhyung. "Lagipula setiap orang akan mati. Bukan aku saja."

"Kau tidak diizinkan!" Minhyung menjawab serius. Membuat Haechan merasa ter'hah-hah' mendengarnya.

'Apa sih nih orang!' Batin Haechan kembali memakan sepotong buah stroberinya.

Setiap orang menaiki kudanya masing-masing, tak terkecuali Jeno dan Minhyung yang menaiki kuda kesayangan mereka.

Kuda Minhyung berwarna putih bersih dengan bulu ekornya yang panjang dan tubuhnya yang sempurna. Sedangkan kuda milik Jeno berwarna hitam pekat dan terlihat sangat gagah.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang