Bab 118 : Penghinaan Tak Berdasar

4.5K 657 27
                                    

"Nona Lee!" Dengan napas yang tersengal-sengal, Jang Shim berlari kencang menghampiri Soohyuck yang sedang berdiri bersama pelayannya, didepan istana untuk menunggu sang keluar.

Soohyuck yang melihat Jang Shim berdiri didepannya dengan wajah yang dipenuhi oleh keringat dan napas yang terengah-engah itu, segera memanggil pelayannya. "Tolong ambilkan air minum."

Pelayan itu mengangguk dan pergi.

"Ada apa Jang Shim? Kenapa lari-lari seperti itu." Tanyanya khawatir.

"Saya... Hah.. hah.." Jang Shim tak bisa melanjutkan perkataannya lagi. Diulurkannya tangan kanannya, menunjukkan sepasang anting merah berbentuk bulat mutiara dihadapan Soohyuck.

Soohyuck tersentak kaget, melihat bergantian anting miliknya dan gadis yang hampir kehilangan napas didepannya itu.

"Kamu menemukan pasangan lain antingnya."

"Ya... Ya, Nona." Jawab Jang Shim sembari mengatur napas.

Soohyuck menggeleng. Pelayan yang mengambilnya air tadi, datang menghampirinya lagi. "Ini airnya, Nona."

"Terima kasih." Jawab Soohyuck tersenyum dan mengambil air minum dalam cangkir itu.

Diserahkannya air itu pada Jang Shim seraya berkata, "Minum air ini dulu. Pelan-pelan."

Jang Shim menerimanya. Meneguk air dalam cangkir itu hingga tak tersisa.

"Terima kasih, Nona." Ucapnya menggenggam cangkir yang telah kosong itu. "Ini anting anda." Lanjutnya kembali mengulurkan telapak tangannya yang terdapat anting merah millik Soohyuck itu.

Lagi-lagi Soohyuck menggeleng. Dikepalnya tangan Jang Shim yang memegang antingnya itu kemudian didorong kembali kearah gadis dihadapannya itu lagi. "Untukmu saja."

"E-Eh." Jang Shim terkejut. Dia kelabakan untuk menanggapi situasi yang sedang terjadi saat ini. "Ta-Tapi anting ini milik Nona Lee." Tolak Jang Shim kembali mengulurkan anting itu lagi.

"Tidak apa-apa. Aku memberikannya padamu."

"Tapi Nona, anting ini sangat mahal. Saya tak pantas menerimanya." Jang Shim menggeleng, kembali menolak pemberian Soohyuck itu.

Soohyuck menghela napas panjang. Dia memberikan anting ini pada Jang Shim karena dirinya menghargai Jang Shim yang selalu jujur padanya.

"Bukankah Jang Shim suka anting ini. Kamu selalu memuji anting merah ini saat aku mengenakannya. Dan sekarang, aku memberinya padamu Jang Shim. Anggap saja sebagai hadiah. Kau pantas menerimanya." Ucap Soohyuck kembali mengepalkan tangan Jang Shim. Menepuk kepalan tangan yang berisi antingnya itu dan berkata lagi, "Simpan ini baik-baik, ya. Sekarang anting ini adalah milikmu."

Jang Shim terharu. Digenggamnya kuat-kuat anting cantik ditangannya itu dan mencicit, "Terima kasih, Nona. Anda sangat baik pada saya..."

Suara Jang Shim semakin mengecil. Hidungnya seperti tumpat oleh sesuatu.

Ah, Jang Shim menangis ternyata.

"Jangan menangis, Jang Shim." Soohyuck menepuk lembut bahu Jang Shim yang bergetar itu.

Malu saat ketahuan menangis didepan majikannya, Jang Shim mengusap cepat air matanya. Suaranya terputus oleh isak tangis. "Ti-Tidak. Saya tidak menangis huhuhu..."

Tangisannya langsung pecah.

Lagi-lagi Soohyuck menghela napas. Mengeluarkan sapu tangannya untuk ia berikan pada Jang Shim. "Berhenti menangis, Jang Shim. Orang-orang berpikir aku sedang menganggumu." Canda Soohyuck tersenyum lebar. Apalagi saat dia melihat Jang Shim yang benar-benar langsung mencoba untuk berhenti menangis.

"Ma-Maaf, Nona Lee." Jang Shim mengusap air matanya. Tapi sepertinya sulit sekali untuk dirinya menghentikan isak tangisnya itu.

Soohyuck tersenyum lembut. Mengambil alih sapu tangan yang telah basah itu untuk membantu mengusap air mata Jang Shim yang terus saja mengalir tiba-tiba.

"Sepertinya kantung air mata Jang Shim, sudah kepenuhan. Tidak bisa berhenti mengeluarkan air." Ucap Soohyuck bercanda.

Lalu dia tertawa kecil, saat Jang Shim tiba-tiba saja terkekeh mendengar perkataannya.

"Bagus. Ini lebih baik, jangan menangis lagi." Sambung Soohyuck lagi. Sebenarnya dia ingin mengatakan 'Ini hanya anting, tidak perlu terharu seperti itu', namun diurungkannya karena kata-katanya terdengar sedikit sombong.

Jang Shim mengangguk. "Terima kasih, Nona." Ucapnya tulus.

"Soohyuck, ayo kita pergi!" Terdengar panggilan tegas yang baru saja keluar dari istana.

Soohyuck menoleh kebelakang, mendapati sang ayah yang sedang memanggil dirinya untuk masuk kedalam kereta kuda.

"Aku pergi dulu, ya."

Mengangkat kecil pakaian kembangnya, dia berjalan pergi meninggalkan Jang Shim.

Jang Shim mengangguk. Melambaikan tangan kearahnya.

Berjalan menunduk dengan Isak tangis. Jang Shim melewati sekumpulan para gadis lain. Mereka mengenakan pakaian bercorak dan terlihat sangat cantik. Berbeda dengan dirinya yang corak pakaiannya saja hanya dua warna warna, putih merah muda.

"Itu gadis yang selalu bersama dengan Nona Lee kita." Ucap salah seorang gadis. Kim Yuna bersama temannya yang lain.

"Oh, jadi dia yang bernama Jang Shim itu." Sahut teman Yuna yang rambutnya dikepang dua.

Yang lain menambahkan, "Apa tatanan rambut buatan dia memang bagus atau karena Nona Lee Soohyuck kasihan padanya?"

Yuna menjawab enteng, "Tentu saja karena Nona Lee merasa kasihan. Riasannya tak sebagus yang dibicarakan. Orang-orang terlalu berlebihan karena dia dekat dengan Nona Lee."

Jang Shim tidak tuli. Dia mendengar semua perkataan gadis-gadis itu.

Tapi apa yang bisa dia lakukan?

Dia tak bisa berbuat apa-apa selain hanya mendengar hinaan mereka saja.

"Keterampilannya sangat bagus. Kim Yuna saja yang iri padanya karena tak bisa dekat dengan Nona Lee kita." Sahut salah seorang teman Yuna.

Mendengar perkataan temannya, Yuna mendecih tak terima. Dari kejadian hari itu, entah kenapa dirinya merasa kesal dengan gadis yang berjalan melewati mereka itu.

Bagaimana bisa dia yang seorang anak pejabat. Pengurus kerajaan terkemuka, justru meminta maaf pada seorang pelayan.

Itu sebuah penghinaan besar menurutnya. Saat Soohyuck lebih memilih untuk membela Jang Shim daripada dirinya yang seorang bangsawan juga.

Berkali-kali Yuna mendecih kesal saat melihat wajah Jang Shim. Hingga atensinya teralih pada benda mengkilat yang menggantung ditelinga Jang Shim itu.

"Tunggu sebentar!" Katanya mencegat pergelangan tangan Jang Shim yang ingin berlalu dari hadapan mereka.

"Anting ini milik Nona Lee." Lanjutnya menunjukkan anting merah yang dikenakan Jang Shim dihadapan teman-temannya.

Jang Shim yang tangannya dicengkeram tiba-tiba, hanya diam dengan seraut wajah bingung. Tatapan penasaran teman-teman Yuna menatap kearah dirinya.

"Anting milik Nona Lee? Kenapa ada dengannya." Tanya teman Yuna.

Yuna menjawab ketus, "Pasti dia yang mencurinya."

"Tidak. Saya tidak mencuri!" Geleng Jang Shim.

Yuna tak ingin mendengar jawabannya. Jika menurutnya Jang Shim salah, berarti gadis itu bersalah. Dirinya justru berkata kasar pada Jang Shim. "Jangan berbohong. Anting ini anting kesayangan Nona Lee. Kau pasti mencurinya karena tahu Nona Lee akan pergi ke negeri seberang hari ini."

"Tapi saya tidak mencuri, Nona. Nona Lee sendiri yang memberikannya pada saya." Jang Shim masih mencoba membela dirinya sendiri.

Dia tak bersalah.

Dia juga tidak berbohong!

Tapi kenapa orang-orang tak percaya padanya?

Apa latar belakangnya memang serendah itu hingga membuat orang-orang pantas menuduhnya sembarangan?

_o0o_
ℌ𝔦𝔯𝔞𝔢𝔱𝔥
—27122022—

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang