Bab 78 : Kecemburuannya

12.5K 1.6K 40
                                    

Haechan menyipitkan mata, menatap Minhyung dan berbatin, 'Apa Minhyung memutuskan untuk menaiki kudanya?'

"Naik." Ujar Minhyung menatapnya.

"Apa? Aku?"

"Mn. Naiklah." Katanya sembari mengangkat tubuh Haechan keatas kuda miliknya, sedangkan dirinya kembali meraih tali kekang kudanya dan mempererat tali itu untuk melanjutkan perjalanan mereka.

"Apa tidak masalah?" Tanya Haechan sedikit merasa tidak nyaman karena diatas kuda seorang diri.

Raut wajah Minhyung tenang. Dia menjawab, "Tidak ada masalah."

Haechan melirik sekitarnya, mengumpat, "Sialan! Bukan itu maksudku!"

"Aku... tidak pernah naik kuda sendirian. Aku butuh seseorang untuk menanganinya! Aku mungkin saja bisa jatuh dari kuda ini." Lanjutnya panik.

Sebenarnya, dia memang sudah panik sejak Minhyung menaikannya sendirian keatas kuda. Dia takut jatuh dan terbentur keras dibebatuan jalanan.

Walaupun dia tidak akan mati. Dia tetap akan merasakan sakit! Apa bedanya dengan menyiksa.

Dia baru saja sembuh. Tidak mungkin harus sakit lagi!

Haechan merasa was-was diatas kuda milik Minhyung tersebut. Dia menoleh kanan-kiri, mendapati banyak kerusakan dijalan yang dilalui kuda itu.

Melihat kegusaran Haechan, Minhyung memegang pinggangnya agar tidak jatuh. Dia menahan tubuh Haechan diatas kuda dan kembali melanjutkan perjalanan.

Haechan mencoba menenangkan diri. Tubuhnya terayun-ayun kedepan kebelakang dan kesamping karena tidak seimbang. Dia perlu seseorang untuk menumpu tubuhnya diatas kuda tersebut. Tapi dua orang diatas kuda hanya akan melambatkan langkah kuda.

Naik kuda, takut jatuh. Jalan kaki, malas. Tidak ada pilihan untuknya. Keduanya sama-sama menyiksa. Haechan sedikit frustrasi.

Mau tidak mau, dia menghela napas kasar. Haechan ikut memegang tali kekang kuda dan satu tangannya yang lain menggenggam tangan Minhyung yang berada dipinggangnya, berujar, "Minhyung, kalau aku jatuh, kau harus menangkapku."

"Mn."

"Kau harus menangkapku." Ulang Haechan perlahan mulai tenang.

"Baiklah." Jawab Minhyung lembut, menatap dirinya.

---

Satu jam lewat, mereka akhirnya bisa kembali melanjutkan perjalanan dengan menaiki kuda masing-masing. Hyunjin yang paling merasa lelah dan memilih duduk dibelakang Jeno.

Sedangkan Jaemin bersama salah seorang pengawal kerajaan. Dia sama saja seperti Haechan. Tidak tahu cara menunggangi kuda.

Diseparuh perjalanan, Haechan mulai mengantuk. Dia terlalu lelah dan itu membuatnya menguap berkali-kali.

Dia menyandarkan kepalanya kepundak Minhyung, tanpa sadar memeluk pinggangnya dan tertidur.

Melihat itu, bulu mata Minhyung merunduk lembut. Dia tersenyum tipis sembari meraih tangan Haechan untuk semakin memeluknya.

Dia memegangi tangan tersebut, dan kembali menarik tali kekang kudanya untuk bergerak santai.

Tiga jam berlalu. Mereka akhirnya tiba didepan sebuah gerbang bertuliskan 'Desa Wewangian', karena memang aroma wangi telah menyebar kemana-mana sejak rombongan Minhyung bahkan belum tiba.

Ada banyak pohon bunga berwarna-warni setiap kali mereka melangkah. Aroma yang harum itu menusuk hidung Haechan. Perlahan dia bangun. Menguap seraya bertanya, "Sudah sampai?"

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang