Bab 21 : Mengunjungi Pasar

19.6K 2.3K 67
                                    

"Pangeran?"

'Aku semakin penasaran dengan selir-selir Minhyung yang lain. Yang ini saja sudah mengagetkanku apalagi selirnya yang lain. Arghh... Kenapa aku tidak masuk ketubuh Minhyung dan Nona Jang Shim akan menjadi selirku."

"Pangeran?"

'Nona Jang Shim yang malang. Seharusnya kau bertemu denganku lebih dulu daripada si dingin Minhyung itu. Kalau kau bertemu denganku dari awal, kau...'

"Pangeran!" Panggil Jang Shim meninggikan suaranya.

Haechan yang terkejut segera tersadar. Dia terkekeh sembari meminta maaf, "Maaf, maaf Nona. Aku terlalu banyak berpikir." Senyum dibibirnya tulus.

Jang Shim menghela napas lega. "Syukurlah. Saya pikir Pangeran kenapa-kenapa karena daritadi melamun terus."

Haechan menoleh kearah keranjang yang dibawa oleh Jang Shim. Dia bertanya, "Apa Nona Jang Shim baru saja kembali dari pasar?"

Jang Shim mengangguk, lalu membalas, "Iya, Pangeran. Saya perlu membeli beberapa bahan dapur untuk memasak makanan."

"Kenapa tidak meminta pelayan saja?"

"Sepertinya, itu sedikit canggung untuk saya." Jawab Jang Shim mengatupkan mulutnya. "Saya tidak berasal dari orang tua yang terhormat. Saya sudah bersyukur diberi kehidupan seperti ini pasca ayah saya meninggal. Karena itu, tidak seharusnya saya meminta banyak pada Pangeran Minhyung."

"Ayah Nona meninggal juga?" Tanya Haechan saat mendengar nasib mereka yang sama. Dia bersimpati pada Jang Shim.

"Iya. Sudah hampir setahun ayah saya meninggal, Pangeran. Beberapa bulan lalu Pangeran Minhyung menawarkan saya menjadi salah satu selirnya. Karena saya tidak tahu harus hidup bagaimana, jadi saya terima saja tawaran Pangeran Minhyung untuk menjadi selir kedua belasnya."

Haechan mendesah pelan mendengarnya.

Minhyung menawarkan gelar selir pada Jang Shim, dan Jang Shim langsung menerimanya. Benar-benar seorang Pangeran Putra Mahkota!

Sedangkan dia?

Haechan harus berpura-pura tersenyum, ramah dan tulus untuk bisa memikat seorang wanita. Dia tidak memiliki uang dan status yang tinggi, itu membuatnya kadang iri pada orang yang memiliki segalanya termasuk si Minhyung ini!

Jang Shim berkata lembut, "Walaupun begitu, Pangeran Putra Mahkota masih menyukai anda, Pangeran."

Haechan terbelalak. Raut wajahnya berubah menahan tawa, "Haha... Tidak mungkin. Nona, darimana kamu mendengar hal itu?"

Jang Shim berpikir sejenak, "Terakhir saya lihat, Pangeran Minhyung masih memakai cincin pernikahan kalian."

Haechan mengulangi. Dia merasa tidak yakin, "Cincin?"

"Ya, Pangeran." Jang Shim mengangguk. "Cincin tipis berwarna perak, cincin pernikahan kalian berdua masih tersemat dijari manis Pangeran Minhyung. Saat ini juga, anda masih memakai cincin itu."

"Aku?" Haechan kaget. Dia langsung menatap lima jari kirinya dan benar, ada cincin tipis berwarna perak yang bersinar cemerlang dijari manisnya. Dia membatin, 'Kenapa selama ini, aku tidak sadar ada cincin dijariku?' Haechan memutar cincin perak itu dijarinya. Dia membatin lagi, 'Benar-benar tipis sampai aku bahkan tidak sadar. Mungkin juga, aku tidak menyadari cincin Minhyung karena cincin ini menyatu dengan kulit putihnya.'

Jang Shim tertawa renyah. Matanya terpejam dengan senyum lebar yang manis.

Haechan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Hei hei... Nona, tolong jangan tertawakan aku." Haechan cemberut saat Jang Shim masih menertawakan dirinya. Dia malu jika dihadapkan pada wanita yang menarik hatinya. Semakin membuatnya teringat pada mantan kekasih terbaiknya.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang