Bab 99 : Aku Menyukaimu, Donghyuck

10.2K 1.2K 112
                                    

Haechan mengangkat pandangannya yang sayu pada Minhyung. Hanya terlihat kesedihan yang teramat dalam dimanik matanya.

Minhyung memeluknya tiba-tiba. Kenapa Donghyuck-Nya selalu dihadapkan pada situasi yang sulit terus? Kenapa harus Donghyuck-Nya yang menderita? Kenapa tidak dirinya saja!

"Tenanglah." Bisiknya lembut, mengusap rambut Haechan.

Bulir air mata kembali mengalir dipipi Haechan. Dia semakin kurus, pipinya yang bulat mulai menirus.

Sudah seminggu berlalu sejak kematian Jeno. Haechan belum bisa menenangkan dirinya dan justru rasa sedih itu terasa berkali-kali lipat lebih menyedihkan.

Minhyung menatapnya. Mengusap air matanya, berucap rendah, "Kau ingin sesuatu, Donghyuck? Aku akan memberikannya."

Bibir Haechan mulai bergerak. "Je-no." Balasnya pelan.

"Baiklah." Minhyung kembali mengusap pipinya. Dia mencoba tersenyum manis, menghibur, "Besok kita pergi ke gua pemakaman."

Haechan mengangguk kecil.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Haechan berjalan sendirian keluar istana. Melewati salju yang menumpuk, udara dingin dan berjalan di tepian danau.

Dia berdiri seorang diri di jembatan penyeberangan. Melihat pantulan cahaya rembulan dan wajahnya yang muram dipermukaan air danau yang jernih.

"Donghyuck." Minhyung berseru, berjalan menghampirinya. Dia menghela napas lega.

Sebelumnya dirinya memutuskan untuk membawakan makan malam untuk Haechan. Saat memasuki kamar, dia justru tak melihat keberadaan Haechan. Hanya ada jubah yang terjatuh dilantai dekat jendela Haechan berdiri sebelumnya.

Haechan berbalik, menatapnya kosong.

"Cuaca sangat dingin, tetaplah hangat." Ucap Minhyung kembali memasangkan jubah bulu rubah padanya.

"Minhyung..." Lirih Haechan.

Minhyung menatapnya dalam-dalam.

Haechan membuka mulut, namun kembali mengatupkannya.

Hening. Tidak ada yang membuka suara.

Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih yang berdiri ditengah-tengah jembatan penyeberangan dibawah salju yang turun dan cahaya rembulan.

Sangat indah.

Keheningan yang lama, tiba-tiba saja Minhyung membuka suara, "Aku ingin mengatakan sesuatu."

Haechan mengerjap. Jantungnya berdebar-debar.

"Aku menyukaimu." Ucap Minhyung kemudian.

Minhyung menatapnya yakin, mengulangi, "Aku menyukaimu. Aku menyukaimu, Lee Donghyuck."

Haechan terdiam untuk sesaat. Bukankah ini yang ingin dia dengar dari mulut Minhyung. Tapi entah kenapa, bibirnya bergerak tak sesuai dengan yang diinginkannya.

"Aku ini laki-laki."

"Aku ini laki-laki."

Minhyung bergeming. Sedangkan raut wajah Haechan tampak syok dengan apa yang diucapkannya barusan.

"Aku tetap menyukaimu." Minhyung bersikeras. Ini sebenarnya alasan kenapa dia tak pernah mengatakan suka pada Donghyuck-Nya.

"Aku ini laki-laki, Pangeran."

"Aku ini seorang laki-laki, Pangeran."

'Tidak! Tidak! Apa yang kukatakan.' Mata Haechan basah, tapi mulutnya tak bisa ia gerakkan. Sesuatu mengambil alih tubuhnya saat ini.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang