Bab 116 : Jang Shim Dan Sang Ayah

5.2K 713 23
                                    

Diaula utama istana, para tamu masih menikmati jamuan yang disajikan keluarga kerajaan pada mereka. Kebahagiaan menyertai mereka. Merasa terhormat saat dimana anggota kerajaan ikut menikmati jamuan yang sama dengan mereka.

Melihat ketiadaan sang adik, Soohyuck melangkah pergi untuk mencarinya.

"Soohyuck, kamu mau kemana?" Tanya Yang Mulia Ratu saat remaja itu ingin meninggalkan panggung aula.

Dengan penuh kesopanan, Soohyuck menjawab, "Saya ingin mencari Adik saya Donghyuck, Yang Mulia."

Yang Mulia Ratu hanya ber'oh'ria saja dan mengangguk. Memberi izin pada Soohyuck untuk mencari adiknya.

Soohyuck tersenyum dan benar-benar melangkah pergi, meninggalkan panggung acara dan semuanya.

Melihat sosok Soohyuck mengenakan mahkota dan pakaian mewah berjalan menghampirinya, Jeno langsung merasa kagum dan menyapa dengan raut wajah yang tersenyum lebar, "Salam, Nona. Nona membutuhkan bantuan?"

"Benar." Jawab Soohyuck sembari melirik sekitar. "Jeno tahu dimana Donghyuck berada saat ini?" Tanyanya.

Selama acara kedewasaannya, Donghyuck tak menampilkan diri didepannya. Soohyuck khawatir jika sang adik sedang mengalami masalah batin lagi. Karena terakhir kali, Donghyuck pernah mengatakan jika dirinya iri terhadap sang kakak karena memiliki banyak teman.

Soohyuck tak bisa berkata-kata saat itu. Tak bisa dia pikirkan, ternyata sang adik memiliki masalah batin terhadap sekitarnya. Saat inipun, Soohyuck juga kembali khawatir, apakah adiknya itu baik-baik saja sekarang?

Jeno mengernyit, mencoba untuk mengingat-ingat. "Ah, Tuan Donghyuck pergi bersama Pangeran Minhyung, Nona." Katanya.

Soohyuck kembali bertanya, "Pergi kemana?"

"Saya tidak tahu, Nona. Sepertinya tadi kearah danau."

Soohyuck menghela napas, kemudian tersenyum manis. "Terima kasih, Jeno."

Jeno mengangguk penuh semangat.

"Kalau Donghyuck bertanya, bilang jika aku sudah berada dirumah, ya. Mungkin dia akan mencari ku nanti." Ujar Soohyuck lagi-lagi tersenyum hangat.

"Baik, Nona."

Soohyuck kembali melangkah pergi, meninggalkan Jeno untuk pulang kerumahnya.

Setibanya didepan gerbang, Soohyuck dikejutkan oleh pintu gerbang yang terbuka. Dia berjalan masuk kehalaman rumah dan mendapati jika pintu rumahnya tak terkunci.

Melangkah masuk kedalam rumah, lagi-lagi Soohyuck dikejutkan oleh sesuatu. Adiknya sedang bersama dengan Minhyung saat ini. Mereka berdua duduk dikursi kayu dengan Donghyuck yang berusaha memoleskan cairan pembersih luka pada tangan Minhyung.

Dan sebelah tangan Minhyung yang juga ikut membantunya.

Soohyuck terdiam sesaat. Menatap kearah Minhyung yang sesekali mencuri pandang pada sang adik. Pikiran Soohyuck semakin kalut. Apalagi saat sang adik berulangkali menampilkan wajah kesal pada Minhyung yang selalu menggerakkan tangannya untuk menghindari polesan cairan pembersih luka yang ditorehkan Donghyuck padanya.

Jika dilihat dari pikiran Minhyung, dia sengaja menghindari polesan cairan pembersih luka dari Donghyuck itu agar waktu mereka berdua semakin panjang.

Soohyuck memperhatikan keduanya. Lalu menghela napas panjang dan pergi meninggalkan mereka.

Dia memilih untuk kembali keaula istana, acara kedewasaannya untuk menggantikan Donghyuck sebagai salah seorang anggota keluarga Jenderal Besar Lee.

Waktu berlalu. 20 hari lagi, Kerajaan Lee akan mengadakan pesta besar-besaran atas penobatan Minhyung sebagai Pangeran Putra Mahkota Lee.

Seluruh anggota kerajaan kembali disibukkan lagi. Acara kali ini jauh lebih berbeda dari acara kedewasaan Soohyuck, karena acara ini adalah acara paling sakral di Kerajaan Lee.

Para tamu bukan hanya dari pejabat dan para bangsawan Lee saja, melainkan para bangsawan yang berasal dari kerajaan lain juga yang bersekutu dengan Kerajaan Lee ini.

Seluruh rakyat Lee bersemangat, untuk menyambut Pangeran Putra Mahkota kerajaan mereka. Dan para bangsawan negeri yang memiliki seorang putri, ikut bersemangat dalam acara yang berlangsung tiga hari tiga malam ini.

Mereka ingin memperkenalkan putri mereka pada Minhyung. Berharap jika Minhyung menaruh hati pada putri-putri mereka.

Bukannya hanya putri-putri dari kalangan atas saja, bahkan seluruh remaja putri dikerajaan ini juga menaruh harapan yang sama dengan mereka.

Para wanita mulai bersolek, semakin merawatkan diri untuk bisa menjadi pilihan Minhyung.

Lain halnya dengan mereka, Jang Shim justru tak tertarik pada berita-berita itu. Yang selalu dia pikirkan adalah cepat pulang agar bisa bertemu dengan ayahnya lagi.

Malam ini dirinya memilih untuk kembali pulang kerumah. Karena hari sudah gelap, Soohyuck meminta seorang pengawal untuk mengantar Jang Shim pulang.

"Terima kasih, Paman." Ucap Jang Shim membungkuk hormat pada pengawal Soohyuck itu.

Pengawal yang kelihatan berumur 30 tahunan itu mengangguk dan memutuskan untuk langsung pergi setelah mengantar Jang Shim.

Melangkah masuk kedalam rumahnya, dengan penuh semangat Jang Shim membawa makan malam untuk sang ayah.

"Ayah, aku pulang. Aku bawa makan malam juga."

Degh!

Sang ayah kaget melihat putrinya datang secara tiba-tiba. Tapi lebih daripada itu, Jang Shimlah yang paling dikagetkan oleh sang ayah.

Bagaimana tidak!

Wajah ayahnya saat ini terlihat babak belur. Penuh biru dan bengkak.

Jang Shim tersentak dan langsung menghampiri sang ayah. "Apa yang terjadi padamu, Yah?" Tanyanya khawatir. Ikut merasakan perih pada luka lebam diwajah ayahnya.

Sang ayah hanya tersenyum lembut. "Ayah tadi terjatuh dari tangga. Barang-barang atraksi jatuh menimpa Ayah."

Jang Shim berkaca-kaca. Dia ingin menangis sekarang karena ayahnya yang terluka. "Lain kali Ayah harus hati-hati. Jang Shim sedih kalau Ayah terluka seperti ini."

Sang ayah tersenyum. "Baiklah, baiklah." Mengalihkan pembicaraan, dia melanjutkan, "Apa yang putri Ayah bawa saat ini? Kamu belum makan malam, nak?"

Hidung Jang Shim tersumbat karena Isak tangis kecilnya. "Jang Shim membawa ayam goreng dan penekuk daging kesukaan Ayah."

"Wah. Pasti ini enak, ya... Kalau gitu, kita makan dulu." Ajak sang ayah bangkit dari posisinya.

Jang Shim mengangguk seperti anak kecil dan langsung mengikuti sang ayah pergi menuju dapur rumah mereka.

"Bagaimana disana? Apa menyenangkan?" Sang ayah bertanya sembari menyiapkan makan malam mereka.

Jang Shim mengangguk cepat. "Menyenangkan. Tapi lebih menyenangkan lagi jika Jang Shim bisa bersama dengan Ayah seperti ini lagi."

Sang ayah menggeleng. Melihat raut wajah manis putri disampingnya itu, dia mencoba mengabaikan nyeri pada tubuhnya.

Apalagi saat lebam diwajahnya berkedut. Ayah Jang Shim tak ingin mengkhawatirkan putrinya itu.

Sedangkan Jang Shim, putrinya itu justru sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi pada sang ayah saat ini.

Ayahnya yang mengajarkan dirinya untuk jangan berbohong. Dan saat ini, sang ayah justru berbohong padanya.

Jang Shim membiarkan keadaan ini sesaat, sebelum melihat apa yang sebenarnya telah terjadi pada sang ayah.

Ayah dan anak itu saling melempar senyum. Menikmati makan malam mereka bersama.

_o0o_
ℌ𝔦𝔯𝔞𝔢𝔱𝔥
—25122022—

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang