Lidah Minhyung yang tebal dan panas dengan serakah memilin lidah Haechan yang basah.
Pikirannya kosong dan hanya mengikuti hatinya yang membara setiap melihat miliknya berdiri tepat dihadapannya.
Haechan menggigil karena sebuah rangsangan dari ketidakberdayaan dirinya yang telah panas dan membara. Tidak tahu, apa yang selanjutnya akan terjadi setelah ciuman panas ini.
"Minhyung..." Lirihnya berkedip pelan saat Minhyung mencium daun telinganya.
Minhyung berhenti.
Haechan melanjutkan, "Minhyung, kau sadar apa yang kau lakukan?" Tanyanya hanya untuk memastikan sesuatu yang mengganjal pikirannya.
Minhyung yang mendengarnya segera menarik diri. Dia duduk ditepi tempat tidur dengan membelakangi Haechan yang juga tampak bingung.
"Maaf." Ucap Minhyung canggung. Seharusnya dia memikirkan seribu kali sebelum melakukan ciuman dalam seperti itu.
Haechan bangkit dari posisinya. Raut wajahnya tampak kecewa saat berhadapan dengan punggung Minhyung yang membelakanginya.
"Minhyung." Panggil Haechan duduk bersila dibelakangnya.
Yang dipanggil menyahut, "Ya."
"Tidak ada hal yang ingin kau katakan?" Tanya Haechan mengamati perubahan raut wajah Minhyung. Entah kenapa dia ingin menanyakan hal itu.
Minhyung terdiam. Setelah cukup lama, dia menoleh kearah Haechan dan tersenyum tipis.
Haechan mengernyit bingung.
Segera Minhyung mengetuk dahi Haechan dengan ujung jari telunjuknya. "Bodoh." Katanya
Haechan kian bingung. Tapi Minhyung terus-terusan mengetuk dahinya lembut seperti kupu-kupu yang menghinggap disebuah bunga. Sangat halus dan tak terasa.
Beberapa saat kemudian, Haechan kembali terbaring diatas bantal sembari menatap langit-langit kamar Minhyung yang pondasinya bahkan sangat cantik.
Dia tidur menyamping, membelakangi Minhyung yang sedang membaca seperti saat pertama kali dirinya tiba dikamar ini.
Jari Haechan sibuk memainkan kancing pakaian atas Minhyung yang tak sengaja tertarik olehnya dan terlepas.
Minhyung meliriknya yang tampak sedang bosan. Dia mengambil sesuatu didalam laci meja, kemudian menyerahkan benda tersebut kepada Haechan.
"Lampu mawar?" Haechan mengambil benda yang diberikan Minhyung tiba-tiba padanya.
Benda tersebut sangat cantik dan berbentuk bunga mawar dengan kelopak bunga yang bercahaya seperti lampu. Saat menguncup, cahaya pada kelopak bunga tersebut menjadi redup dan gelap.
Biasanya lampu mawar bercahaya itu dihanyutkan kesungai untuk membuat sebuah permohonan.
Minhyung sudah lama ingin memberikan benda itu kepada Donghyuck, namun tidak jadi-jadi karena situasi yang terus merumit.
Setelah bertahun-tahun, kini benda itu sudah sampai ke Tuannya yang sebenarnya.
Haechan tampak tertarik melihat lampu mawar itu. Cahayanya sangat cantik dan indah. Lampu berukuran dua telapak tangannya itu benar-benar memukau.
Puluhan kelopaknya yang tersusun rapi itu, dapat memutar dengan sangat indah dan menawan.
Minhyung tersenyum tipis melihat Haechan yang sedang bermain-main dengan lampu mawar pemberiannya. Haechan memutar kelopak, kadang menguncup dan memekarkan lampu bunga mawar tersebut dengan raut wajah bahagia seperti anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]
FanfictionTINGGALKAN JEJAK WALAUPUN KAMU PEMBACA BARU ‼️ [ End ] || Historical Fiction •Hiraeth - Memiliki arti dari Kerinduan, Keinginan yang Tulus dan Rasa Penyesalan. Summary : 1521; HIRAETH merupakan kisah cinta antara dua sejoli yang sebenarnya berakhir...