Bab 03 : Sekilas Kisah

20.7K 2.5K 70
                                    

Paman Lee berpikir sejenak.

Dia menghela napas dan berkata, "Anda lupa Tuan Pangeran. Sebelumnya saya memanggil anda sebagai Tuan muda, tapi karena anda menikah dengan Pangeran Putra Mahkota, saya juga harus memanggil anda dengan sebutan Pangeran."

Haechan mengangguk pelan dan, "Apa kata Paman?!" Dia terkejut tiba-tiba. Bibirnya bergerak-gerak tidak percaya, "Aku... Aku menikah dengan seorang Pangeran? Paman pasti bercanda!"

"Tidak. Tuan Pangeran benar-benar telah menikah dengan Yang Mulia Putra Mahkota. Apa Tuan Pangeran lupa?"

Haechan tidak percaya. Dia berusaha menyangkal, "Mungkin maksud Paman, aku menikah dengan seorang Putri Mahkota."

Paman Lee menggeleng, "Tidak, Tuan Pangeran. Anda benar-benar telah menikah dengan Pangeran. Dan dia juga adalah Putra Mahkota kerajaan ini."

"Paman pasti bercanda! Bagaimana bisa, aku menikah dengan laki-laki. Cepat panggil Bos Paman, aku tidak bisa melanjutkan syuting ini lagi."

"Syuting? Apa itu syuting, Tuan Pangeran?" Tanya Paman Lee.

Haechan semakin shock. Dia berjalan mondar-mandir dengan tangan dibelakang punggung.

"Tuan Pangeran, apa anda benar-benar baik-baik saja?"

Haechan mengabaikan Paman Lee. Dia membatin, 'Tidak mungkin. Tidak mungkin aku bertransmigrasi. Ini... Ini pasti kebetulan. Paman itu pasti diperintahkan untuk berpura-pura. Jika aku membuat keributan dan tak sengaja memukul Paman ini, para kameramen pasti keluar untuk melerai kami.'

Belum sempat dia mengangkat tangan, dua wajah tampak masuk kedalam rumah bobrok tersebut. Mereka terlihat mirip dengan pakaian yang sama. Terlihat seperti seorang pelayan wanita dari masa kerajaan di film-film yang pernah ditonton Haechan.

Salah satu pelayan itu berkata tidak ramah, "Anda sudah sadar Pangeran? Paman tua Lee meminta makanan ini untuk anda. Silakan dimakan Pangeran."

"Terima kasih, terima kasih." Ucap Paman Lee.

Haechan melihat isi nampan yang dibawa kedua pelayan wanita itu. Yang satu berisi makanan yang terlihat sisa dan tidak sedap dipandang, sedangkan nampan lain berisi lipatan kain yang terlihat seperti kain lap.

"Apa itu?" Tanya Haechan menunjuk nampan berisi lipatan kain.

"Pakaian untuk anda Pangeran. Tuan Marquis memberikan ini kepada anda sebagai bentuk kehormatan dan hadiah karena anda sudah kembali sadar. Beliau ingin Pangeran mengenakan ini pada perjamuan penyambutan kembalinya Putra Mahkota."

Haechan masih tidak mengerti. Dia hanya mengangguk dan ber'oh' saja.

Setelah menempatkan dua nampan itu keatas tempat tidur karena meja dalam ruangan itu terlalu kecil, kedua pelayan itu pergi keluar dengan senyum yang tertahankan.

"Lagi-lagi mereka tersenyum seperti itu kepada anda Tuan Pangeran."

"Aku tahu. Mereka tidak tulus dan aku tidak menyukai karakter wanita seperti itu." Jawab spontan Haechan. Dia sudah lupa pada niat awalnya.

Atensi Haechan teralih kembali pada nampan berisi makanan. Alisnya bertaut, "Ini makanan? Kenapa terlihat seperti sampah?"

Paman Lee menghela napas berat. "Ini masih lumayan, Tuan Pangeran. Sayur dan bumbunya terpisah. Biasanya anda diberi makanan yang telah tercampur."

"Hah!" Haechan terkejut, "Ini seperti makanan untuk hewan. Kenapa mereka memberikan aku makanan seperti ini? Bukannya Paman bilang aku seorang Tuan Muda dan Pangeran?"

Lagi-lagi Paman Lee menghela napas. Dia mendesah, "Benar jika Tuan Pangeran adalah Tuan Muda. Tapi... Itu saat ayah anda masih hidup. Semasa ayah anda masih hidup, Tuan Pangeran adalah sosok yang disanjung dan terkenal. Tapi sayangnya beliau sudah meninggal dan Tuan pangeran kehilangan anggota keluarga terakhir."

Haechan kembali duduk dipinggir ranjang. Dia kembali bertanya, "Paman Lee, apa Paman bisa menceritakan bagian penting dalam hidupku? Sepertinya aku kehilangan sedikit ingatan dalam otakku. Aku takut mengingat-ingatnya dan itu membuatku lupa sekarang."

Haechan berbohong namun Paman Lee ternyata lebih mudah dibohongi. Dia mengangguk dan menjawab penuh ekspresi. "Baiklah. Mungkin ini hal berat untuk Tuan Pangeran ingat setelah pingsan selama tiga hari ini. Saya akan menceritakan sedikit tentang Tuan Pangeran.

"Pertama, ayah anda merupakan Jenderal dan telah mengabdi selama 20 tahun lebih di Kerajaan Lee ini. Ayah anda sangat cakap dan jauh lebih baik dari Yang Mulia Raja Lee sekarang. Akan tetapi, karena ayah anda berhubungan baik dengan Yang Mulia Raja, ayah anda tidak ingin mengkhianati sahabatnya itu dan lebih memilih menjabat sebagai Jenderal Kerajaan Lee ini saja.

"Karena hubungan yang baik itu, Yang Mulia Raja Lee menjodohkan Pangeran Putra Mahkota Lee dengan kakak perempuan Tuan Pangeran, dan untuk memperkuat hubungan Kerajaan dengan ayah anda, Jenderal Lee. Tapi sayangnya, belum genap berusia 15 tahun, Nona Muda Lee, kakak perempuan anda meninggal tanpa alasan yang jelas.

"Melihat putrinya meninggal, ibu Tuan Pangeran dirundung kesedihan dan jatuh sakit. Tepat pada satu bulan meninggalnya kakak Tuan Pangeran, ibu anda juga meninggal.

"Saat itu Tuan Pangeran masih berusia 12 tahun. Ayah anda menitipkan Tuan Pangeran pada saya saat ia sedang berperang untuk memperebutkan wilayah dengan Kerajaan-kerajaan negeri seberang."

Haechan memotong, "Lalu, kenapa aku berakhir seperti ini Paman?"

Paman Lee menatapnya lekat-lekat seolah-olah Haechan baru saja merusak alur cerita yang hendak ia katakan.

Haechan yang mengerti jika dirinya telah merusak suasana haru biru Paman Lee, diapun terdiam dan berkata, "Paman bisa lanjut, aku akan diam."

Paman Lee menegur, "Tuan Pangeran, tolong jangan ganggu saya saat saya sedang berbicara. Ini sudah masuk kedalam puncak cerita hidup anda."

Haechan mengangguk sembari menutup mulut rapat-rapat.

Paman Lee melanjutkan cerita, "Tiga tahun lalu, ayah anda berhasil merebut wilayah barat Kerajaan timur. Wilayah itu merupakan wilayah yang sangat diinginkan Yang Mulia Raja, sebab itu ayah anda berjuang habis-habisan untuk mendapatkan wilayah tersebut. Tetapi sayangnya, beliau mengalami keguguran dimedan perang. Ia dibawa kembali ke Kerajaan Lee dalam keadaan yang sangat buruk. Mendengar jika jenderal terbaiknya terluka parah, Yang Mulia Raja melakukan pertemuan pribadi dengan ayah anda.

"Saya juga ada disana dan mendengar percakapan mereka. Ayah Tuan Pangeran mengatakan pada Yang Mulia Raja, bahwa perjodohan Pangeran Putra Mahkota harus tetap berlangsung. Itu antara Pangeran Putra Mahkota dan Tuan Pangeran. Itu juga permintaan terakhir ayah anda pada Yang Mulia Raja sebagai Jenderal dan Sahabatnya.

"Awalnya Yang Mulia Raja ingin menolak, tapi ayah Tuan Pangeran tetap bersikukuh. Beliau ingin kehidupan Tuan Pangeran menjadi lebih baik dan terjamin setelah dirinya tiada. Beliau juga ingin agar Tuan Pangeran tetap berhubungan baik dengan Kerajaan dan memiliki status yang tinggi setelah beliau meninggal.

"Karena hubungan Yang Mulia Raja dengan ayah anda sangat kuat, beliau akhirnya menyetujui permintaan itu. Sayangnya, Pangeran Putra Mahkota menolak mentah-mentah keputusan Yang Mulia Raja. Ayah dan Putra itu bersitegang. Hingga...

"Yang Mulia Raja mengatakan pada Pangeran Putra Mahkota, jika dirinya menolak menikahi Tuan Pangeran, maka gelar Putra Mahkotanya akan dicabut.

"Karena gelar Putra Mahkota sangat penting untuknya, mau tidak mau beliau harus tetap setuju dan menikah dengan anda."

Paman Lee kemudian terdiam sejenak. Dia menghela napas panjang dan mengelus dada, membuat Haechan frustrasi tak sabar untuk mendengar akhir ceritanya.

_o0o_
—25122021—

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang