Jang Shim tersenyum tipis. "Ini kesekian kalinya kau menolak Pangeran Minhyung."
"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"
"Pangeran Minhyung sangat menyukaimu. Apa kau tidak menyadari perasaan tulusnya itu, Lee Donghyuck?" Kata Jang Shim berjalan mendekat kearahnya.
Donghyuck terdiam sesaat. "Bagaimana dengan selir pertama?" Tanyanya menatap serius Jang Shim.
Jang Shim mencibir, "Kang Mina? Dia hanya wanita gila yang terobsesi pada Pangeran Putra Mahkota saja. Mina hanya seorang wanita gila. Kau bahkan tidak tahu tentang itu?"
Donghyuck tersentak. Omongan Jang Shim saat ini tak seperti dirinya yang biasa. Dia bahkan belum pernah mendengar Jang Shim menghina seseorang seperti itu.
Justru, Jang Shim yang selalu dihina karena berasal dari kelas bawah dan anak dari seorang pesulap.
"Lalu... Apa yang sebenarnya ingin kau katakan padaku?" Tanya Donghyuck lagi.
Mereka berhadapan, ditengah-tengah jembatan penyeberangan Danau Air Beku. Tempat yang masih sama seperti berhadapan dengan Minhyung tadi.
Salju kian berjatuhan dengan cantik. Udara semakin sejuk, bulan semakin bersinar, hari semakin gelap, tampak bayangan mereka terpantul dibirunya air danau.
Tapi keduanya terlihat tidak tertarik dengan keindahan yang Dewa ciptakan itu.
Jang Shim menghela napas. Dia menatap serius wajah Donghyuck, bertanya, "Bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang terdekatmu?"
Donghyuck perlahan mundur. Dia berpikir, kenapa Jang Shim jadi seperti ini? Sedikit... mengintimidasi dirinya. "Aku tidak tahu!" Jawabnya cepat.
"Tidak tahu?" Jang Shim mengulangi. Raut wajahnya kian serius. "Donghyuck, tidakkah kau merasa sedih? Orang tuamu meninggal, Kakakmu juga meninggal. Teman terbaikmu, Jenderal kecil Lee Jeno juga telah meninggal. Dan sekarang, Pangeran Minhyung bahkan juga meninggalkanMu."
"Kenapa kau harus peduli?" Ketus Donghyuck. Pernyataan Jang Shim tentangnya benar-benar tak masuk diakal. Bagaimana bisa Jang Shim mempertanyakan kesedihannya!
"Aku tidak peduli! Kau seharusnya bernasib sama denganku! Bahkan seharusnya lebih parah lagi. Kau merebut cinta pertamaku! Kau duluan yang mengambil cintaku, dan sekarang... Aku mengambil cintamu, keluargamu. Tidakkah seharusnya kau merasa sedih, sama sepertiku, Lee Donghyuck?" Ucapan Jang Shim terdengar menuntut.
Mata Donghyuck membulat tak percaya. Dia tergagap, "A-Apa.. apa maksudmu? Apa yang kau katakan tadi?"
Jang Shim menatapnya datar. "Kau tidak tuli. Kau mendengarnya dengan jelas."
Donghyuck menuntut, "Apa kau... yang membunuh Kakakku?"
Jang Shim terdiam. "Ya, aku melakukannya." Jawabnya kemudian.
"Jadi kau pelakunya!" Nyalak Donghyuck menunjuk tajam wajah Jang Shim. Alisnya bertaut, dia berteriak, "Kenapa kau lakukan itu?!! Apa aku ada salah padamu?!"
"Itu semua salahmu! Semuanya salahmu, Donghyuck!!" Pekik Jang Shim dihadapannya.
"Aku?" Mata Donghyuck basah. Dia berkaca-kaca, menatap Jang Shim untuk menjelaskan segalanya padanya.
Jang Shim mencengkeram kasar kerah pakaiannya. Mengguncang tubuhnya dan berteriak, "KAU DAN KAKAKMU ITU YANG BERSALAH! KALIAN MEREBUT CINTA PERTAMAKU, MASA LALUKU, MASA DEPANKU DAN KEHIDUPAN TERAKHIRKU! HANYA KARENA KALIAN ANAK DARI SEORANG JENDERAL, BUKAN BERARTI KALIAN BISA BERSIKAP SEENAKNYA!!"
Dia menepis kasar kerah Donghyuck. Suaranya bergetar, "Kau merebutnya... Kalian merebutnya dariku. Aku hanya punya dia, tapi kalian bahkan ingin mengambilnya dariku... Ayahku orang yang baik. Dia hanya seorang pesulap biasa. Tapi kalian bahkan masih ingin mengambilnya."
Jang Shim terisak. "Dalam hidup, aku tidak pernah mengharapkan apapun, selama Ayahku masih berada disampingku. Tapi kalian justru mengambilnya. Gara-gara kalian dia takkan pernah kembali lagi padaku. Kalian berdua merebut Ayahku dari duniaku.
"Aku masih 13 tahun saat itu. Tapi dirinya sudah pergi, meninggalkanku sendiri karena perkataan kalian. Dia pergi dengan ketidakadilan karena kalian." Air matanya lolos, mengalir deras dipipinya.
Donghyuck berdiri kaku ditempatnya. Matanya basah, melihat wanita dihadapannya kini tengah terisak keras.
Jang Shim berjongkok, memeluk lututnya. Menahan isakan tangis yang tak tertahankan. Suaranya terus bergetar saat mengatakan satu persatu kalimat pada Donghyuck.
Mengusap kasar air matanya, Jang Shim kembali membuka suara, "Kau, Kakakmu dan kalian semua telah merebut cinta pertamaku. Siapa yang jahat disini?! Sampai akhirpun Ayahku memintaku untuk berbuat baik pada kalian, orang yang telah membunuhnya."
Dia melanjutkan dengan isakan kecil, "Kalian anak dari seorang Jenderal Besar, tapi kalian bahkan belum puas dengan itu hingga ingin mengambil Ayahku. Donghyuck, aku bertanya padamu, bagaimana rasanya ditinggalkan? Tidakkah itu membuatmu sedih, sama sepertiku? Sampai saat ini, aku tidak pernah menyesal pada apa yang telah kulakukan padamu."
"Jang Shim." Seru rendah Donghyuck. "Bisa kau katakan segalanya?"
Jang Shim tertawa hambar. "Kau bahkan tidak merasa bersalah sampai saat ini." Dia kembali terisak keras. Bulir-bulir air mata mengalir deras diwajah cantiknya. Dengan sesenggukan, dia berkata lirih, "Donghyuck, bagaimana bisa saat itu kau memberiku setangkai bunga dengan raut wajah bahagia sedangkan aku menangis darah karena kematian Ayahku.
"Rumah kami dibakar, dan dia dibakar hidup-hidup karena ucapan Kakakmu yang mengatakan pada orang-orang. Semua orang menuduh kami. 'Ayahnya pesulap, anaknya pasti penipu'. Kakakmu mengatakan itu pada dunia! Apa dia tidak berpikir jika kata-katanya itu bisa mengubah segalanya.
"Aku bahkan tidak pernah berbohong pada siapapun. Bagaimana bisa Kakakmu mengatakan jika diriku seorang penipu hanya karena Ayahku seorang pesulap?! Kalian anak dari seorang Jenderal Kerajaan, kata-kata kalian itu adalah rahmat bagi orang banyak. Tapi kenapa kalian mengatakan kata-kata kejam seperti itu padaku? Karena kata-kata kalian itu aku kehilangan cinta pertamaku. Tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk membunuh kalian. Aku hanya memberi Kakakmu jarum kesadaran. Siapa sangka, kalian justru memakamkannya."
"Jarum kesadaran?" Donghyuck yang daritadi mendengarkan penjelasan Jang Shim, tiba-tiba saja tersadar akan perkataan Jang Shim mengenai benda itu.
"Ya, aku juga pernah menunjukkannya padamu. Aku menanamkan jarum itu pada Kakakmu tepat dikepalanya sebelum aku pergi memutuskan untuk menjauh dari kerajaan ini. Satu tahun lalu, aku kembali dan Kakakmu ternyata telah dimakamkan sejak hari itu."
Jang Shim berseru, "Donghyuck, apa kau pikir aku salah? Aku tidak pernah sekalipun berpikir buruk tentang kalian. Selalu memuji kau dan Kakakmu. Tapi dirinya justru mengatakan bahwa aku seorang penipu."
Ah, jadi seperti itu.
Air mata Donghyuck mengalir tiba-tiba. Dia menatap penuh Jang Shim, berkata dengan suara serak, "Jang Shim... Maaf, maafkan aku."
Jang Shim menatapnya bingung.
Donghyuck tersenyum manis dengan pipinya yang telah basah. Dia berucap tulus, "Dimasa depan, tolong sakiti aku."
BYUR!
Dengan mata yang terpejam damai, tubuh Donghyuck terjatuh kedalam danau yang dingin. Semuanya tampak gelap, hanya ada kekosongan saat tubuhnya tenggelam semakin dalam diair danau yang membeku seperti es.
Donghyuck terpejam lelah, membiarkan tubuhnya semakin tenggelam kedasar danau. Air matanya kembali lolos, dirinya tampak tenang dan damai.
Dapat dirasakan, semuanya berputar-putar dikepalanya. Ada banyak wajah yang tiba-tiba saja muncul dipikirannya yang saat ini sedang kacau. Suara-suara asing memenuhi indera pendengarannya.
Dia semakin tenggelam, merasakan tubuhnya seperti akan membeku. Donghyuck membiarkan dirinya hanyut kedalam ingatan yang perlahan muncul dengan jelas tepat dihadapannya.
Penuh dengan cinta dan berakhir dengan kemalangan.
TAMAT.
Note:
Sampai jumpa dibabak selanjutnya~
Jangan ditunggu. Tidur yang nyenyak saja._o0o_
ℌ𝔦𝔯𝔞𝔢𝔱𝔥
—04102022—
KAMU SEDANG MEMBACA
1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]
FanficTINGGALKAN JEJAK WALAUPUN KAMU PEMBACA BARU ‼️ [ End ] || Historical Fiction •Hiraeth - Memiliki arti dari Kerinduan, Keinginan yang Tulus dan Rasa Penyesalan. Summary : 1521; HIRAETH merupakan kisah cinta antara dua sejoli yang sebenarnya berakhir...