Bab 89 : Setetes Anggur

10K 1.3K 63
                                    

Yohan melepaskan genggaman tangannya dan kembali berkata aneh, "Donghyuck, ikutlah denganku. Dan aku akan menyelamatkanmu."

Kening Haechan kian berkerut saat mendengarnya. Dia tidak mengerti pada apa yang sedang dikatakan Yohan padanya.

Yohan terlihat seperti orang yang berbeda!

"Donghyuck! Kenapa kau lama sekali jalannya!" Kesal Hyunjin berteriak memanggilnya.

Haechan buru-buru pergi menyusul Hyunjin. Saat menoleh kebelakang, dia mendapati Yohan yang masih berdiri ditempat yang sama tapi dengan raut wajah yang berbeda.

Jelas jika Yohan sedang memperhatikan dirinya.

Apalagi bibir pria itu yang tertarik tinggi, membentuk sebuah senyum miring dengan kesan sedikit ngeri dimata Haechan saat ini.

Pada malam harinya, Haechan bersandar pada kepala tempat tidur sembari memikirkan sesuatu yang berat.

Dia tampak sedang berpikir keras dengan kaki yang berselonjor dan tangan yang bersedekap.

Pintu kamar terbuka, memperlihatkan sosok pria rupawan yang memasuki kamarnya. "Kau memikirkan sesuatu?" Tanya pria itu berjalan mendekat kearah Haechan.

Mendengar nada suara yang ia kenal, Haechan mengalihkan atensinya dengan cepat pada pria itu.

Dia segera bangkit, menghampiri pria itu dengan suka cita.

Jantungnya berdebar-debar saat dia bertanya senang, "Minhyung, kau sudah kembali?"

"Hm." Seperti biasanya, mata Minhyung meneduh saat menatap tepat kearahnya. "Untukmu." Ucapnya menyerahkan dua kendi anggur yang ia bawa, entah darimana.

Haechan yang saat ini berdiri dihadapannya langsung sumringah. Dia mengambil anggur itu dengan perasaan senang seolah-olah pikiran yang sebelumnya tengah mengganggu dirinya, langsung hilang begitu saja.

"Darimana kau mendapatkan anggur ini?" Haechan membuka salah satu tutup kendi dan langsung meminumnya.

Aahhh!!!!

Dia mendesah nikmat, menyeka bibirnya yang basah oleh air anggur.

"Anggur Angin Malam. Darimana kau mendapatkan anggur ini, Minhyung?" Tanyanya heran.

Setibanya mereka didesa ini, Haechan belum menjumpai seseorang yang menjual anggur. Tidak ada yang menjual apalagi memiliki anggur untuk ia minum.

Saat pikirannya sedang kacau, Minhyung justru membawakannya barang yang memang ia inginkan selama ini.

Benar-benar pria yang pengertian!

Atensinya jatuh pada lengan kanan Minhyung. Meraihnya lalu menyingkap kain lengannya keatas, memperlihatkan lengan kanan Minhyung yang sudah diperban.

"Masih sakit?" Haechan mendongak, menatap wajah Minhyung yang sedang menatapnya lembut-lembut.

Tatapan penuh cinta dan takut kehilangan.

Haechan tersenyum. Memajukan bibirnya pada Minhyung seraya berkata nakal, "Cium, jangan?"

Segera Minhyung menarik pinggangnya dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanannya yang diperban, mengambil alih kendi anggur pada tangan Haechan untuk diletakkan sembarangan diatas meja disampingnya.

Dia mencium bibir basah karena anggur didepannya. Menekan tubuhnya dengan tubuh pria didepannya sembari mengusap lembut punggung Haechan.

Haechan terkekeh kecil, melingkarkan lengannya pada leher Minhyung untuk memperdalam ciuman mereka.

"Nghh..." Haechan melenguh, saat Minhyung menghisap dalam-dalam ceruk lehernya. Menjilatnya secara panas dan menggigitnya keras-keras.

"Minhyung..." Dia berbisik saat mendengar ringisan kecil yang keluar dari bibir Minhyung. Merasa sedikit tak tega karena lengan Minhyung yang ia gunakan sebagai tumpuan berat badannya.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang