WARNING!!! TYPO BERTEBARAN
Happy Reading 🦔
Sebenarnya mengenai ungkapan Hendery waktu itu membuat Nana berpikir keras, meskipun Hendery tidak pernah mengungkit perkara lamarannya tetapi tetap saja Nana selalu merasa terpikirkan oleh lamaran tersebut.
Seperti saat ini, gadis itu kini tengah duduk termenung di teras rumahnya dengan pikirannya yang pergi entah kemana. Mengabaikan sang adik yang duduk disampingnya dengan tatapan yang mengarah kearahnya dengan sorot mata yang kebingungan.
Naren hendak mengungkapkan kebingungannya kepada sang kakak namun urung saat Nana kini menatapnya dengan tatapan yang menyiratkan kefrustasian.
"Ren gw harus gimana?"
"Yo ndak tau kok tanya saya?"
Nana menghela nafasnya pelan bertanya kepada adiknya juga tidak ada gunanya, matanya menatap kearah gerbang rumahnya yang sedikit terbuka. Gadis itu membelalakkan matanya ketika melihat mobil Hendery yang hendak memasuki halaman rumahnya.
Naren mengernyitkan dahinya melihat Nana yang buru buru masuk kedalam, baru saja ia akan bertanya kepada sang kakak namun kakaknya itu langsung membekap mulutnya.
"Kalo Hendery nanyain gw, lo bilang aja kalo gw lagi keluar. Pokoknya sepinter pinternya lu aja deh, yang penting jangan bilang kalo gw ada dirumah"
Naren hendak protes tetapi saat Nana membawa kata seblak membuat Naren menganggukan kepalanya patuh.
Bertepatan dengan Nana yang memasuki rumahnya, mobil Hendery terparkir rapi di halaman rumah gadis itu. Hendery mengernyitkan dahinya melihat Naren yang duduk santai diteras rumah.
"Tumben lo nangkring di depan rumah?" Hendery mendudukkan tubuhnya disamping Naren
"Ya terus gw harus nangkring diatas genteng gitu?"
Hendery mengangkat kedua bahunya, lelaki itu melirik kearah pintu rumah yang terbuka lebar. Naren yang menyadari arti lirikan Hendery langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Kakak gw ga ada dirumah"
Hendery menatap Naren dengan tatapan bingungnya, lelaki itu menunjuk motor milik sang kekasih yang ada di garasi.
"Motor kakak lu ada tuh"
Naren mencoba untuk terlihat santai agar Hendery tidak curiga akan kebohongannya "Yaiyalah motornya ada, orang kakak gw naik ojol. Bensin mahal bro makanya kakak gw ga mau pake motor"
Hendery menganggukan kepalanya "Tapi sendal kakak lu ada"
Naren menghela nafasnya, jujur Naren malas meladenin Hendery yang kali ini banyak tanya. "Sendal kakak gw ga cuma satu kalo lu tau"
"Lah iya juga ya" Hendery menggaruk kepalanya bingung
"Hadeh punya nasib apaan gw sampe punya kakak ipar bego kek dia" batin Naren
"Jadi lu kesini mau ngapain bang?"
Hendery memberikan tiket nonton kepada Naren, "Buat kakak gw?"
Hendery mengernyitkan dahinya bingung, lelaki itu menggelengkan kepalanya "Kan lu nitip ini ke gw minggu kemaren, gw baru sempet beliin itu kemaren makanya gw ngasihnya sekarang"
"Lah gw kira lu nyariin kakak gw?"
Dengan wajah julidnya Hendery menoyor pelan kepala calon adik iparnya "Dikira gw kesini cuma buat kakak lu aja"
Berbeda dengan Naren yang dilanda kefrustasian dalam menghadapi Hendery, Nana yang saat ini kembali duduk termenung di depan pintu balkon kamarnya.
Nana bisa mendengar berbagai alasan yang diberikan oleh Naren kepada Hendery, ternyata adiknya bisa diandalkan meskipun sang adik akan menguras dompetnya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband In The Future •• Choi Hyunsuk
FanfictionHyunsuk husband series Gimana jadinya kalo lo bangun tidur di saat situasi yang berbeda, situasi yang dimana lo bangun ditempat yang menurut lo cukup asing dan bahkan yang lebih parahnya lagi ada seseorang yang ngaku ngaku suami lo, itu yang dirasai...