Aku, seorang anak dari Dewa Kehidupan, harus menjalani reinkarnasi ke Alam Peri dan hidup sebagai seorang putri di sana. "Hah... pasti merepotkan," ujarku dengan nada malas.
Bagaimana kelanjutan hidup anak Dewa Kehidupan ini? Apa yang membuatnya sel...
Waktu berlalu, dan sejak kejadian tersebut, Banny selalu bersama Aldrick. Seperti hal nya pagi ini, mereka sedang mengikuti pelajaran perubahan wujud yang diajarkan oleh Aorora.
"Nah, anak-anak, kali ini aku akan mengajarkan trik baru. Perhatikan baik-baik bunga ini. Ibu akan mengubahnya menjadi binatang kecil yang imut," ujar Aorora dengan semangat.
Aorora memusatkan cahaya di tangannya, membentuk lingkaran magis di sekitar bunga. Seketika, bunga tersebut berubah menjadi seekor kelinci mungil.
"Wahh, luar biasa! Aku juga ingin mencobanya!" seru Aldrick antusias.
Aldrick mengikuti instruksi Aorora dengan penuh semangat. Cahaya di tangannya berkumpul, dan bunga yang ia pegang berubah menjadi seekor kucing kecil.
"Bagus sekali, Aldrick! Kau sudah melakukannya dengan sangat baik. Kau benar-benar berkembang pesat," puji Aorora dengan bangga.
Kemudian, pandangannya beralih ke Banny, yang tertidur di atas meja dengan kepala bertumpu pada kedua lengannya.
"Banny... Banny..." panggil Aorora.
Aldrick yang melihat itu langsung mencubit pipi Banny untuk membangunkannya.
"Awww, Kakak! Apa-apaan ini?" gerutu Banny sambil menepis tangan Aldrick.
"Banny, Ibu menyuruhmu memberikan contoh perubahan wujud. Bangunlah," bisik Aldrick.
"Banny, apa kau memperhatikan penjelasanku tadi?" tanya Aorora dengan nada sedikit tegas.
"Ah, maafkan aku, aku tidak memperhatikannya," jawab Banny dengan mata masih setengah tertutup. "Tapi aku akan memberikan contoh perubahan itu sekarang."
🌻❄️
Banny memusatkan cahaya di tangannya. Namun, alih-alih mengubah bunga seperti yang diminta, ia malah memusatkan perubahan itu pada Aldrick. Seketika, tubuh Aldrick berubah menjadi versi anak kecil berumur lima tahun dengan rambut putih seperti Banny.
Aorora yang melihat perubahan tersebut langsung memeluk Aldrick erat.
"Kau terlihat sangat menggemaskan, Al! Sangat imut!" ucap Aorora sambil mencubit pipinya dengan gemas.
"Ibu, ini sakit! Lepaskan!" protes Aldrick sambil mencoba melepaskan tangan Aorora karena malu
Banny yang masih berdiri di tempatnya hanya memandang mereka dengan ekspresi datar. Setelah beberapa saat, ia merasa bosan melihat tingkah Aorora.
"Apa begini sudah cukup? Kalau sudah, aku mau pergi," ucap Banny, menghentikan aksi Aorora.
Aorora tersadar, lalu berdeham. "Oh, ya. Khem... meskipun ini tidak sesuai dengan yang diajarkan, kau tetap berhasil melakukannya. Tapi aku peringatkan, jangan pernah tidur di kelas lagi. Mengerti?" tegas Aorora.
"Huft... baiklah, baiklah. Sekarang sudah selesai, kan? Aku pergi—" ucapan Banny terpotong oleh Aorora.
"Tunggu dulu! Kalian terlihat seperti kembar sekarang. Jadi, bolehkah aku mengambil foto kalian sebelum kau pergi, Banny?" potong Aorora cepat.
Aldrick yang masih duduk di bangkunya hanya terdiam, bingung dengan situasi yang terjadi. Sementara itu, Banny kembali duduk di kursinya dengan ekspresi enggan.
Aorora menjentikkan jarinya, dan cahaya magis muncul, menangkap potret mereka.
"Apa yang terjadi? Ibu, biarkan aku melihat fotonya!" pinta Aldrick penasaran.
"Iya, iya, ini dia," jawab Aorora sambil menunjukkan foto tersebut dengan senyum lebar di wajahnya.
"Apa?! Banny, kau... kau mengubahku?!" seru Aldrick kaget, wajahnya memerah saat ia mencari Banny.
Namun, Banny yang sudah berada di depan pintu keluar tidak mempedulikan Aldrick dan langsung pergi.
"Banny Peri selalu saja seperti itu," gumam Aldrick sambil memandang pintu yang tertutup rapat.
"Aldrick, sekarang waktunya makan siang. Ayo pergi," ajak Aorora dengan lembut.
Aldrick hanya mengangguk, lalu mengikuti ibunya keluar ruangan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.