22.

567 47 0
                                    

Sudah beberapa kali Rayan mengecek ponselnya, tak ada satupun pesannya yang di balas oleh Kavian. Dengan perasaan cemas dan gelisah Rayan menunggu kedatangan Kavian di ruang tamu apartnya.

Vero sudah sampai mengantar Kavian, ia menahan tangan Kavian saat Kavian ingin turun dari mobilnya.
"Boleh saya meminta nomor ponsel kamu yang baru?"
"Maaf om-"
"Ya sudah tidak apa apa, kapan acara pernikahannya, saya di undangkan?"
"Tentu, aku akan senang kalo om bisa datang"
"Berarti sudah tidak ada kesempatan buat saya ya?"
"Om~~~ udah ah jangan bikin aku nangis lagi" rengek Kavian dan itu membuat Vero semakin  merasa gemas dibuatnya.

"Iya, saya minta maaf, jangan menangis ya, saya tidak mau kamu menangis, kamu hanya boleh tersenyum karena itu membuat kamu terlihat indah"
"Gombal mulu ni om om"
"Hahaha, mmh ngomong ngomong bisakah kita melakukannya untuk yang terakhir kalinya?" Kavian membulatkan matanya mendengar perkataan Vero.
"Om~~~ demen banget ngerjain aku ihh"
"Abis kamu lucu Sweatheart, sini saya mau peluk kamu" Kavian mendekatkan tubuhnya untuk memberikan pelukan terakhirnya untuk Vero, erat sangat erat Vero memeluk Kavian. Vero melepaskan pelukannya dan beralih mengecup bibir pluem Kavian,tak ada lumatan hanya saling menempel untuk menyalurkan perasaan masing masing.

Vero mengusak kepala Kavian setelah ia melepaskan ciumannya.
"Sana masuk, saya juga mau langsung istirahat"
"Hati hati ya om, aku pasti bakal rindu sama om"
"Saya juga pasti akan merindukan bayi rewel saya ini"
"Bye om"
"Bye Sweatheart" setelah berpamitan Kavian bergegas untuk menuju apart Rayan, ia yakin kalau Rayan sudah pulang dari kantornya.

CEKLEK
Kavian melangkahkan kaki nya masuk kedalam apartemen Rayan, setelah ia selesai menutup pintunya ia di kejutkan oleh sosok Rayan yang sudah menantinya di ruang tamu dengan tatapan datar.

"Dari mana kamu?""Kan aku sudah izin tadi sama mas""Supermarket mana yang kamu datangi, sampai kamu pulang jam segini?""Emh itu mas-""Apa? Trus mana belanjaan kamu? Bukannya tadi kamu bilang ada yang mau kamu beli?""I-itu eh belanjaannya" BRAKK Ka...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dari mana kamu?"
"Kan aku sudah izin tadi sama mas"
"Supermarket mana yang kamu datangi, sampai kamu pulang jam segini?"
"Emh itu mas-"
"Apa? Trus mana belanjaan kamu? Bukannya tadi kamu bilang ada yang mau kamu beli?"
"I-itu eh belanjaannya" BRAKK Kavian berjengkit kaget saat tiba tiba saja Rayan menggebrak meja yang ada di hadapannya.

"Kamu berbohong Kavian, jujur sama saya kemana kamu hmm?"
"Ke pantai" lirih Kavian ia juga menundukkan kepalanya karena ia takut untuk menatap Rayan.
"Kenapa tidak izin saya, kenapa juga ponsel kamu ga bisa di hubungin?"
"Ponselnya mati mas, bukan aku ga mau bilang, tapi aku juga ga tau kalau mau kesana"
"Kamu pergi dengan siapa?"
"Om Vero"
"Dengan lelaki yang memberi kamu bunga?"
Kavian mengangguk.

"Belum menikah saja kamu sudah berani berbohong sama saya, gimana nanti kalau kamu sudah menjadi suami saya, mungkin kamu bakal seenaknya sama saya"
"Mas pernikahan yang akan kita lakukan itu hanya pura pura, kenapa mas posesifnya tuh beneran sih" Rayan melangkah dan menghampiri Kavian, tatapan Rayan begitu mengintimidasi Kavian.
"Apa kamu bilang, saya posesif? Jangan percaya diri memangnya kamu siapa, yang harus saya posesif kan?"

"Kamu bukan siapa siapa, jadi jangan karena saya meminta kamu untuk menjadi suami pura pura saya, kamu bisa seenaknya sama saya" Kavian hanya tertawa kecut.
"Aku memang bukan siapa siapa, terus kenapa mas malah meminta aku untuk jadi suami pura puranya mas, kenapa mas ga cari yang lain aja?" Rayan terdiam tak menjawab pertanyaan Kavian.
"Mumpung kita belum menikah mas, kita masih bisa membatalkan rencana ini, masalah ganti rugi, saya akan membayarnya nanti"

"Dengan cara apa? Mau berapa orang yang akan kamu layani? Mau berapa kali kamu melebarkan kaki kamu, itu semua ga akan bisa membayar semua hutang kamu dengan cepat" Deg perkataan Rayan begitu menyakiti hati Kavian, tanpa sadar Kavian menitikkan air matanya.
"Berapa tarif kamu? Saya membayar semua hutang kamu sebanyak 2milyar Kavian, butuh puluhan Pria yang harus kamu layani baru kamu bisa membayar semuanya"
"Mas benar seberapa banyak aku menjajakkan diriku, itu semua tidak akan bisa  membayar hutangku dengan cepat"
"Jadi kamu sadar posisimu disini?" Kavian mengangguk.
"Jangan pernah berlaku seenakmu disini, dan ingat patuhi semua yang tertulis di dalam kontrak yang sudah kita sepakati" setelah mengucapkan itu Rayan pergi meninggalkan Kavian seorang diri di ruang tamu.

"Kenapa rasanya sesakit ini, padahal apa yang mas Dikta bicarakan memang benar hiks hiks, aku memang seorang pelacur,tapi tak bisakah ia sedikit menghargai perasaanku, padahal aku sudah mencoba menuruti semua perkataannya" Kavian menangis dalam duduknya.
"kenapa rasanya sesakit ini hiks hiks" Kavian menangis tersedu dan meremat dadanya, rasanya sungguh sakit mendengar perkataan Rayan, jika ia bisa memilih ia tidak ingin menjadi seorang pelacur, lagipula bukankah waktu itu Rayan sendiri yang tidak mempermasalahkan tentang pekerjaan Kavian, kenapa sekarang ia malah menyakiti Kavian dengan perkataannya.

Partner (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang