54.

517 45 6
                                    

Tak terasa 2 bulan sudah sejak kejadian malam itu, dan sejak malam itu hubungan Kavian dan Rayanka semakin membaik, bahkan mereka sudah kembali tidur sekamar.

Pagi ini tak seperti biasanya, tubuhnya begitu lemas tak bertenaga, bahkan untuk membuka matanya saja ia tak sanggup, Kavian terus memejamkan matanya untuk meredam rasa sakit di kepalanya.

Rayanka yang terbangun dari tidurnya merasa heran tak biasanya Kavian masih tertidur di jam segini.

"Kavian hey, ini sudah siang apa kamu tidak berniat untuk bangun?" Tanya nya lembut

"Aku pusing mas, tubuh ku juga lemas" Tayanka meletakkan tangannya di dahi Kavian.

"Apa kamu sakit tapi kamu tidak demam, mau saya antar ke dokter?" Kavian menggeleng

"Tidak usah mas, nanti juga baikan"

"Ya sudah saya siapkan teh hangat untuk kamu ya" Kavian mengangguk dengan tetap memejam kan matanya.

Rayan sudah kembali ke kamarnya dia membawakan teh hangat untuk Kavian, Rayan membantu Kavian untuk duduk bersandar, Rayan meletakkan bantal untuk menjadi sandaran Kavian.

"Ini di minum, habiskan" Kavian pun meminum teh yang Rayan buatkan hingga tandas

"Apa lebih baik?" Kavian hanya mengangguk

"Saya ada miting penting hari ini, saya bingung harus bagaimana?"

"Kamu berangkat aja mas, aku ga papa"

"Kamu yakin?"

"Iya mas"

"Yasudah saya siap siap dulu setelah itu saya berangkat ke kantor, saya janji akan pulang cepat"


Rayan sudah rapi dengan stelan kantornya, ia juga sudah membuatkan bubur untuk Kavian.

"Kavian, ayo bangun makan buburnya dulu, habis itu kamu boleh beristirahat lagi"

"Nanti aja mas. aku belum lapar"

"Nanti kalau sudah dingin tidak akan enak lagi"

"Nanti bisa aku panasin kok, udah ksmu barangkat aja"

"Janji ya, kalau kamu sudah tidak kuat dengan  rasa sakitnya hubungi saya"

"Iya mas" Cup Rayanka mengecup pipi Kavian

"Hati hati di apart, saya berangkat ya" Kavian hanya mengangguk, ia kembali tertidur setelah kepergian Rayanka.










@VeroShaka

Apakah senyumku terlalu lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apakah senyumku terlalu lebar

@irenemiguel : pasti karena foto di samping ku

@VeroShaka : bisa jadi

@CutieAta : om siapa tuu

@VeroShaka : @CutieAta my princess

@Adyava : cantik om

@VeroShaka : jangan di puji nanti dia menjadi lebih percaya diri @Adyava

@Irenemiguel : semua tahu bahwa aku cantik kamu saja yang terus menyangkal

@VeroShaka : iya kamu paling cantik, apa kamu senang

@Irenemiguel : sangat senang walaupun kamu sangat terpaksa memujinya.


Kavian terbangun dari tidurnya, ia pikir dengan ia tertidur sebentar lagi rasa sakit di kepalanya akan hilang, ternyata ia salah justru rasa sakit nya semakin menjadi sekarang, belum lagi rasa mual yang tiba tiba saja muncul, ia berlari ke kamar mandi dan berusaha memuntahkan isi perutnya

Hooeekk...hhoooeekk..hhhooeekkk

Sudah beberapa kali ia mencoba memuntahkan isi perutnya, tapi tak ada sesikitpun yang keluar kecuali cairan bening yang sangat pahit.

Kavian menyandarkan dirinya di ranjang setelah ia selesai dengan rasa mualnya, wajahnya dipenuhi oleh keringat rasanya tubuhnya begitu lemas, lagi rasa mual di dalam perutnya muncul lagi.

Dengan tertatih tatih Kavian berusaha berjalan ke arah kamar mandi, karena ia tak ingin mengotori seprainya akibat terkena muntahannya nanti.

Hhooeekkk...hhooeekkk..hhhooeekk

Lagi dan lagi tak ada yang ia keluarkan dari dalam perutnya, keringat semakin membanjiri dahinya, ia kembali ke ranjang dan meminum air putih yang di siapkan Rayan tadi.

"Aku kenapa? Kenapa rasanya perutku mual sekali, tapi tak ada yabg bisa aku keluarkan"

"Apa aku harus beritahu mas, atau aku periksa ke dokter sendiri, sepertinya mas sibuk"

"Ahh rasanya kepalaku mau pecah, kenapa rasanya sakit sekali" Kavian kembali merebahkan dirinya di ranjang, ia kembali memejamkan matanya, rasanya tenaga nya habis tak tersisa. Belum lagi rasa mual yang terus mengaduk aduk perutnya.

"Semoga aku baik baik saja"


Partner (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang