48.

508 33 2
                                    

Pagi ini berbeda dengan pagi biasanya, Kavian tidak melakukan kegiatan paginya yaitu membuat sarapan, rasanya ia sudah lelah terus mengalah pada suami egoisnya itu, biarlah kali ini saja ia bersikap cuek pada Rayan.

Kavian sudah siap untuk berangkat ke kampusnya, saat ia rasa penampilannya sudah pas ia pun keluar dari kamarnya, dapat ia lihat Rayan yang sedang menikmati secangkir kopinya dan juga potongan sandwich di depannya. Kavian berlalu begitu saja seoalah ia tak melihat keberadaan suaminya.

"Apa kamu tidak mempunyai sopan santun?"

Kavian menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Rayan.
"Apa maksud mas?"

"Kamu melewati saya begitu saja, dimana rasa hormatmu pada suamimu Kavian"

"Mas, kalau kamu mau ngajak debat, nanti setelah aku pulang kuliah, aku ada kelas pagi ini"

"Apa kelas pagimu jauh lebih penting dari suamimu?" Kavian memijat keningnya.

"Mas katakan apa mau kamu?"

"Tidak ada" Kavian benar benar di buat kesal oleh sikap Rayanka yang sangat membingungkan.

"Yasudah kalau begitu, aku pamit mas" lagi lagi langkah Kavian terhenti karena perkataan Rayanka.

"Apa begitu caramu berpamitan?" Kavian benar benar sudah mencoba menahan rasa kesalnya.

"Mas aku bisa telat, katakan dengan jelas apa yang mas mau, aku bukan cenayang mas"

"Seharusnya kamu paham apa yang harus di lakukan, tanpa bertanya" sepertinya Kavian paham apa yang di inginkan Rayan, dengan cepat Kavian menghampiri Rayan yang sedang duduk di sofa, setelah Kavian sudah berada di hadapan Rayan, ia segera membungkukkan tubuhnya untuk memberikan kecupan pada bibir Rayan.

Cup Kavian menempelkan ranumnya dengan bibir Rayan, saat Kavian ingin melepaskan kecupannya, tanpa di duga Rayan menarik tengkuknya dan memperdalam ciuman mereka. Kavian berusaha keras untuk melepaskan tautan mereka, tetapi Rayan malah semakin memperdalam ciumannya.

"Mmh...mmh..." Plop akhirnya Rayan melepaskan tautan bibir mereka.

"Kamu boleh pergi" ucap Rayan setelah apa yang ia perbuat, Kavian benar benar di buat kesal oleh tingkah Rayanka sang selalu saja seenaknya.

Kampus

Kavian mendudukkan dirinya di kursinya, beruntung kelas belum di mulai, jadi ia tidak terlambat karena ulah suaminya. Sepanjang jam pelajaran Kavian tak bersuara sedikitpun ia hanya fokus dengan materi yang dosen berikan. Bahkan saat mereka sedang berada di kantin pun Kavian hanya fokus pada makanannya, tanpa menghiraukan pembicaraan teman temannya.

"Lo kenapa sih daritadi gue liatin muka lo di tekuk mulu, cerita dong"

"Gue ga apa apa"

"Bohong banget, lo tu orangnya paling rame diantara kita bertiga, trus tiba tiba lo kaya gini, trus lo bilang lo ga apa apa, gue mana percaya" ucap Ananta

"Kayanya nih ya semenjak lo nikah sama tu om om, hidup lo tu kayanya lebih rumit daripada urusan nyokp sama kaka tiri lo" sambung Arsen

"Lo ga bahagia ya bebs, sama tu om om" tanya Adyava

"Keliatannya gimana?" Jawab Kavian

"Trus rencananya lo mau gimana?" Tanya Ananta sambil mengunyah makanannya.

"Gue juga bingung ta, sebentar dia baik, clingy  eh ga lama dia ngamuk ngamuk ke gue" ucap Kavian

"Ada gila gila nya kali ya tu om om" plak Arsen pun menepuk pelan pundak Adyava

"Asal banget tu mulut"

"Lah emang iya, ga ada sebab ko ngamok" bela Adyava.

"Kalo emang lo ga bahagia, lo pisah aja sama dia, trus nikah deh sama om Vero" jawab Arsen yang juga di setujui oleh yang lainnya.

Partner (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang