87.

391 41 3
                                    

Mereka semua masih berada di Rumah Sakit kecuali Rayanka yang sudah pulang terlebih dahulu, bukan tanpa alasan kenapa mereka semua belum kembali, karena mereka masih harus menunggu obat dan vitamin untuk Vero.
.

.

.

.
Kafka yang tidak terlalu sibuk pun di minta Irene untuk mengantri dan mengambil obat Vero, soalnya tidak mungkin Kavian yang mengantri yang ada Vero akan mengamuk pada dirinya, jadi ia lebih meminta tolong pada suaminya.

Disaat menunggu Kafka mengantri obat Vero, mereka pun kembali berbincang, tentang bagaimana peristiwa kecelakaan Vero bisa terjadi.

"Prince bagaimana ceritanya kau bisa mengalami semua ini?"

"Kejadiannya sangat cepat princess, aku juga terkejut waktu itu"

"Tapi biasanya kamu selalu hati hati bii, kenapa kamu bisa ceroboh seperti itu?"

"Waktu itu hati dan pikiran ku sedang kacau, apalagi setelah kejadian itu, jadi tanpa sadar aku memejamkan mata, pas aku tersadar tiba tiba saja ada mobil Truk besar yang mengarah ke mobil, dengan cepat aku membanting kemudi ke arah kiri, mungkin karena terlalu kencang aku jadi menabrak sisi jalan"

Kavian meringis mendengar cerita Vero, tak bisa ia bayangkan kalau ia juga berada di mobil yang sama dengan Vero.

Vero menceritakan semuanya pada Kavian dan Irene bagaimana hingga akhirnya ia bisa di bawa ke rumah sakit oleh pengendara yang kebetulan melintas dan melihat kejadiannya.

.

.

.

.

.
Kini Irene menghadap ke arah Kavian, ia menatap ke arah Kavian hingga membuat Vero dan Kavian kebingungan kenapa Irene menatap Kavian seperti itu.

"Kavian kalau Vero ada di sini, terus tubuh siapa yang kau peluk tadi?" Sontak pertanyaan Irene membuat Kavian membolakan matanya.

"Princess apa maksud mu?"

"Tadi ketika aku sampai aku melihat Kavian sedang menangis dan memeluk tubuh jenazah  yang sudah di tutupi kain, karena aku pikir itu dirimu, jadi aku pun ikut menangisi jenazah itu" kini Vero menatap ke arah Kavian

"Bii, aku pikir itu dirimu soalnya suster yang mengantar ku kesana, iya benar mana suster itu, aku harus buat perhitungan dengannya"

"Huaa bii ayo kita pulang, aku ingin segera membersihkan tubuh ku, ayo cepat bii"

"Nanti sayang, Kafka belum selesai mengambil obat buat ku"

"Biarkan Kafka menyusul bii, aku takut bii"

"Memang apa yang kau lakukan sayang?" Kavian menatap Vero dan mencebikkan bibir nya.

"Ketika suster mengantar ku ke ruangan itu, aku begitu panik bii, jadi aku tak sempat memastikan tubuh siapa itu dan aku langsung memeluk tubuh itu, huaaa aku ingin segera membersihkan tubuhku bii?"

"Seharusnya kau buka dulu penutup kainnya, lalu pastikan itu aku atau bukan"

"Aku benar benar panik bii, lagipula salah susternya kenapa dia malah mengantarku ke tempat yang salah"

"Bagaimana kau bisa menyalahkan susternya, jelas jelas kau yang tidak teliti" sambung Irene, Kavian  menatap sendu ke arah Vero

"Bii jadi ini salahku?" Vero sangat gemas melihat tingkah polos Kavian, jelas jelas ini salahnya karena ia tak teliti kenapa ia harus bertanya lagi.

"Bukan sayang ini bukan salahmu, tapi salah jenazah itu kenapa ia diam saja dan tak menolak saat kamu memeluknya" Irene menggelengkan kepalanya.

"Ternyata cinta bisa membuat otakmu bodoh prince, mana mungkin jenazah itu bisa menolak saat ada seseorang yang memeluknya"

Partner (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang