58.

529 44 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang perjalanan Kavian hanya melamun, semua rasa bercampur dalam hatinya, rasa bahagia rasa haru dan juga rasa takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepanjang perjalanan Kavian hanya melamun, semua rasa bercampur dalam hatinya, rasa bahagia rasa haru dan juga rasa takut. Sepertinya ia harus menyembunyikan ini dulu dari suaminya sampai ia bisa memberikan pengertian agar suaminya bisa menerima kehadiran buah hati mereka.

Setibanya di apartemen Kavian segera menuju kamarnya, ia duduk bersandar pada ranjangnya, lalu ia mengeluarkan gambar USG yang di berikan oleh dokter padanya. Ia mengusap gambarnya dan juga mengelus perut ratanya.

"Kita berjuang bareng bareng ya, untuk meyakinkan Daddy kalau kamu bukan hal yang harus di benci, justru kamu nanti akan memberikan kebahagian untuk Papi dan Daddy, sehat sehat ya di dalam" ucap Kavian sambil terus mengusap perutnya dan akhirnya Kavian pun menyembunyikan gambar USG dan juga testpack nya di dalam lemari bajunya, Rayanka pasti tidak akan menemukannya, karena dia tak pernah membuka lemari pakaian Kavian.








@VeroShaka

Bisakah anda berhenti mengajakku berfoto

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bisakah anda berhenti mengajakku berfoto

@Irenemiguel : tidak karena aku menyukainya

@Lalisa : terlalu menempel

@Jenjenni : bisakah sedikit berjarak

@Irenemiguel : tidak @Jenjenni

@b4yipitik : aku yang jomblo hanya bisa mengiri

@Adyava : bukan sembarangan om om ini mah

@CutieAta : kapan nikah om, jangan lupa undang aku ya

@VeroShaka : pasti akan saya undang nanti

@Arsen : @ImKavian di undang juga ga om

@VeroShaka : 😁😁😁

Rayanka sudah berada di apart ia sudah membersihkan tubuhnya dan memakai pakainnya.

Kavian memakan makanan yang di bawa Rayanka dengan lahap, tetapi ada yang beda hari ini, Rayan merasa bahwa suaminya selalu melamun, entah apa yang sedang di pikirkan Kavian.

"Kamu baik baik saja?" Kavian pun mengangguk

"Ada yang sedang kamu pikirkan?"

"Ga ada mas" Rayan memgangguk dan kembali melanjutkan makannya.




Rayanka sudah merebahkan tubuhnya lebih dulu, sementara Kavian dirinya sedang brada di kamar mandi.  Kavian sedang berfikir bagaimana caranya memberikan pengertian kepada suaminya agar ia mau menerima kehadiran buah hati mereka. Kavian mengusap lembut perutnya yang masih rata itu,

"Baby, semoga Daddy mau nerima kamu ya, tapi kalau daddy ga bisa nerima kamu, kamu jangan sedih karena Papi ga akan biarin Daddy buat sakitin kamu, huff ayo kita bicara dengan Daddy" ucap Kavian pada calon buah hatinya.

Rayanka menatap Kavian yang baru saja keluar dari kamar mandinya.

"Apa yang kamu lakuin di kamar mandi, kenapa lama sekali?"

"Aku ga ngelakuin apa apa, mas aku mau ngomong boleh?"

"Mau ngomongin apa?" Kavian pun mendudukkan dirinya di sebelah suaminya. Kavian menarik nafasnya perlahan sebelum ia mengutarakan pertanyaannya.

"Mas, emm bagaimana kalau besok kita ke panti yang biasa Mami datangi?"

"Untuk apa?"

"Emm kita bermain dengan anak panti yang disana, mas mau kan?" Rayanka meneggakkna tubuhnya dan menghadap ke arah suaminya.

"Menurutmu?"

"Emm mas, anak anak itu ga seburuk apa yang mas pikirkan, mereka itu lucu dan menggemaskan mas" Rayanka menatap datar pada suaminya, Kavian yang awalnya yakin dengan usahanya menjadi sedikit takut karena tatapan tajam dari sang suami.

"Itu menurutmu tapi kalau menurut ku itu menyebalkan"

"Mas sampai kapan kamu mau seperti ini, kamu harus bisa lawan ketakutan kamu mas, punya anak ga seburuk yang kamu pikirkan"

"Kamu bisa bicara seperti ini, karena kamu tidak mengalaminya sendiri"

"Mas itu cuma ketakutan kamu aja, ga semua orang akan mengalami hal itu"

"Kamu bisa bicara kaya gitu karena kamu ga ngalamin semuanya, saya yang mengalaminya saya yang menyaksikan bagaimana Mami hampir kehilangan nyawanya karena bayi yang dia kandung, bagaimana mami nyalahin saya ketika adik saya tidak bisa di selamatkan, bagaimana mami lebih memilih menyusul adik saya yang sudah mati, daripada tinggal bersama saya"

"Mas tapi kan mami sekarang masih bersama kita, mami juga udah minta maaf ke kamu"

"Saya tetap pada keputusan saya, saya tidak ingin memiliki anak"

"Lalu bagaimana kalau tiba tiba aku hamil?"

"Bukankah waktu itu saya sudah bilang, klau itu terjadi pilihan kamu hanya dua, gugurkan atau berpisah"

"Mas tapi-"

"Cukup, kita akhiri pembicaraan ini"

"Mas, kalau aku di beri kesempatan untuk mengandung, aku janji mas akan menjaga diri aku juga baby dengan baik"

"Cukup Kavian, saya tidak mau membahasnya lagi, jangan bikin saya marah, kamu tau kan bagaimana saya kalau sudah marah" Kavian pun mengangguk

"Sekarang tidur, dan ingat tidak ada lagi pembahasan masalah anak" Rayanka merebahkan tubuhnya dan memakai selimutnya.

Kavian pun ikut merebahkan tubuhnya di samping Rayan,ia menatap langit langit kamarnya, kenapa susah sekali bicara dengan Rayan.

'Baby, maafkan Daddy naa, Daddy bukan menolak kehadiran kamu, Daddy hanya belum bisa berdamai dengan rasa takutnya, jangan sedih naa' ucap Kavian dalam hati sambil terus mengusap perut nya.

"Apa perut kamu sakit lagi?" Tanya Rayanka

"Ngga mas"

"Trus kenapa di usap usap gitu?"

"Lagi pengen aja mas"

"Sini biar saya saja, yang usap"

"Mas yakin?"

"Iya, miringkan tubuh kamu, biar saya bisa usap kamu dari belakang" Kavian pun membelakangi tubuh suaminya.

"Tidur ini sudah malam" ucap Rayan seraya memberikan usapan lembut di perut rata suaminya.

"Iya mas" CUP Rayanka mengecup bahu sang suami, lalu ia memeluk dan mengusap perut Kavian dari belakang.

'Baby semoga kamu senang naa, karena mendapat usapan dari Daddy' 



🤗🤗🤗

Partner (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang