Chapter 73

113 18 19
                                    

Sudah 30 menit Loona hanya memperhatikan Yoongi. Sesampainya di kamar, Yoongi tak banyak bicara, ia memberikan Loona obat penurun panas lalu meminta Loona kembali istirahat. Setelahnya ia hanya berdiri di balkon kamar, memilih membuka baju bertelanjang dada ditengah udara dingin malam dan hanya menggunakan celana panjang hitamnya.

Yoongi mengisap rokok, menghembuskan asap putih dengan pandang kosong kearah lautan yang menjadi view kamar mereka. Sejak bertemu dengan Yoongi Loona tak berani bertanya bahkan mengajaknya berbicara. Ia tahu suaminya cukup kalut mengetahui fakta bahwa pria yang selama ini ia sumpah serapahi adalah sahabat yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Lima batang rokok yang Yoongi hisap akhirnya menyadarkannya bahwa tidak hanya ia yang sedang mengalami kekalutan. Ada gadisnya didalam sana yang menunggu. Kepala Yoongi tertoleh kedalam menembus jendela kamar demi melihat apa yang sedang sang istri lakukan. Kedua pasang netra mereka bersibobrok. Istrinya sedang memandangnya dengan tatapan syarat akan berbagai makna membuat Yoongi menyudahi acara merokoknya. Membuang puntung rokok lalu meraih kemeja yang tergeletak diatas kursi. Ia kemudian masuk.

"Demammu sudah turun?" Tanya Yoongi seraya mendekat mendudukan dirinya berhadapan dengan Loona lalu meletakkan tangannya di kening sang istri.

Loona hanya diam membiarkan Yoongi mengeluarkan termometer lalu mengecek suhu tubuhnya "38,9. Jika besok masih demam kita tak akan mengundurnya sampai demammu benar-benar turun" ucap Yoongi memberi tahu.

Yoongi kembali memasukkan termometer kedalam laci nakas. Tersenyum manis menatapi sang istri, biasanya Loona akan mendemonya jika perkataannya tak sesuai dengan kesepakatan mereka namun kali ini Loona hanya diam "Kau lapar? Ingin aku pesankan makanan?" Tanya Yoongi seraya menyelipkan rambut ke belakang telinga Loona.

Alih-alih menjawab Loona malah menggenggam tangan Yoongi, menghentikan aktivitas Yoongi yang sibuk menata rambutnya "Aku benci melihatmu tersenyum seperti itu" ucap Loona membuat senyum Yoongi surut.

Yoongi menunduk. Perasaan marah masih membeludak dalam dada dan Yoongi tak ingin Loona mengetahuinya. Ia memutar posisinya hingga menyamping, membiarkan kedua kakinya kembali mendarat dilantai dengan alas karpet berbulu lalu diam. Mengabaikan Loona namun sayang gadis itu kembali menyentuh lengan polos Yoongi, ia menggeser duduknya agar lebih dekat.

"Kau marah?" Tanya Loona lembut. Yoongi menggeleng, ia masih tidak stabil dan khawatir menjawab pertanyaan Loona tentang bagaimana perasaannya saat ini membuat sisi buruk Yoongi kembali "Yoon, aku ingin dengar apa yang kau pikirkan?" Tanya Loona memohon. Sorot matanya terlihat khawatir.

Yoongi menghela napas panjang enggan bercerita apapun pada Loona.

"Jika kau tidak mau berbicara padaku, aku akan kembali ke kamar Sora Eonnie" ancam Loona seraya bangkit namun belum sempat melangkah Yoongi menarik tangan Loona kembali mendudukan sang istri disisinya.

"Ini hotel Taehyung. Ia pasti bisa mengetahui keberadaanmu dengan mudah Loona" cegah Yoongi

"Aku ingin tetap berada dekatmu tapi melihatmu seperti ini aku merasa tidak berguna" omel Loona pada dirinya sendiri. Tangannya kesal meremat baju Yoongi.

"Hei, jangan berfikir macam-macam Loona!"

"Aku, aku. . . tahu akulah penyebab semua kekacauan ini" Loona menunduk. Meremas kembali baju Yoongi terlihat sedih dan terpukul "Maafkan aku!"

Yoongi diam membiarkan perasaan bersalah itu menguap. Bagi Yoongi itu adalah hal yang wajar lalu berapa lama kemudian jemari Yoongi mengelus lembut wajah Loona. Alih-alih tenang Loona jadi makin menangis. Mendapati bagaimana Yoongi begitu waras menghadapi semua situasi.

"Kau berjanji tidak menangis untuknya" peringat Yoongi mulai sibuk menghapus air mata Loona dan sayangnya tangis Loona makin menjadi-jadi "Apa perlu aku menyeret Taehyung untuk bersujud meminta maaf padamu sekarang?" Tanya Yoongi dengan senyum kecil diujung bibirnya.

Love MazeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang