Gelap. . .
Loona berjalan di bebatuan tanpa alas kaki. Tubuhnya nampak kurus dibalut gaun putih yang nampak kotor. Rambutnya terurai tak beraturan, kepalanya menunduk dengan tetes air mata yang jatuh mengiringi langkah pesakitannya. Loona memeluk tubuhnya saat udara dingin menusuk tiap pori-pori kulitnya bak jarum. Ia ingin pergi, walaupun ia harus terus berjalan atau merangkak seumur hidup. Asalkan ia bisa meninggalkan semua suara-suara yang mengisi gendang telinganya. . .
'Ia membunuh sahabatnya'
'Kau tak pantas hidup?'
'Jika aku jadi dia, aku tak akan sanggup melihat dunia'
'Gadis jahat!'
'Kau membunuh anakku dan bayinya. Dasar pembunuh!'
'Kau harus mati'
'Kau harus mati, Loona'
'Mati'
Loona kian memeluk tubuhnya. Kakinya terasa begitu berat dan sekujur tubuhnya terasa sakit luar biasa. Hinaan, cacian bahkan semua kekerasan yang ia alami rasanya kembali terulang. Loona terisak, berteriak hingga rasanya pita suaranya akan putus.
"Selamatkan aku"
"Selamatkan aku"
"Tolong bawa aku pergi"
Dan langit gelap pun mendadak lenyap. Sebuah tangan seputih marmer nan hangat menggenggam tangan Loona. Menyambutnya setelah beberapa hari tersesat dialam bahwa sadar. Loona mengerjapkan mata, berusaha menerima sinar cahaya yang masuk kedalam kedua retinanya.
"Yoongi" ucapnya serak kala mengenali wajah sang suami yang jauh dari kata ceria. Wajah pria itu terlihat sendu nan kuyu namun ia berusaha tersenyum menyambut alam sadar sang istri.
Jemarinya mengaitkan tangan Loona. Memberi respons hangat disertai kata-kata menenangkan "Aku disini. Jangan takut, ada aku. Kau aman bersamaku, Loona" suara deep itu masuk dengan halus mengisi indera pendengaran Loona.
Loona menghela napas lega. Ia mengenali suara itu, suara yang tidak asing. Suara yang entah kenapa bisa memberikan rasa aman dan nyaman namun sayangnya tubuh Loona seakan memberi respons yang berbeda. Ia kembali menutup mata. Tubuhnya terasa begitu lelah dan matanya sekaan tak ingin terbuka. Seperti berada dipersimpangan jalan, Loona takut dengan alam bawah sadarnya namun ia terlalu letih dengan alam sadarnya. Walaupun tidak membuka matanya Loona bisa mendengar suara samar sang suami yang memanggil seorang dokter, derap langkah yang mendekat dengan cepat dan terakhir ia mendengar Yoongi mengucapkan terima kasih.
Loona pikir mati itu akan mudah tapi nyatanya ia masih selamat dan hanya rasa sakit yang ia dapatkan ketika mendengar orang-orang disekitarnya berharap ia hidup. Tapi jika ia hidup dan bertahan menjadi istri Min Yoongi ia pasti akan membuat pria itu menderita. Bahkan bukan hanya pria itu tapi orang-orang disekelilingnya pun akan berdampak hal yang sama.
Bisakah Loona hidup sendirian saja? Ia menganggap semua yang terjadi dalam hidupnya adalah kesalahannya. Andaikan dulu, ia menemani pacarnya sampai ke altar untuk mengucap janji dengan sahabatnya mungkin semua tak akan seperti sekarang. Mungkin sahabat dan bayinya masih hidup, mungkin sahabat dan pacarnya sudah memiliki keluarga kecil yang bahagia. Namun sayangnya Loona saat itu terlalu egois. Hatinya terlalu sakit saat tahu bahwa pacarnya menghamili pacarnya dan mereka akan melangsungkan pernikahan.
Loona menangis, meraung, meratapi kesedihan dan kekecewaannya dengan dunia. Namun dunia seakan tak memberikan ia ketenangan setelah melepaskan kekasih dan sahabatnya. Beberapa jam sebelum pemberkatan Loona masih sempat bertemu dengan sang kekasih, memaksanya memakai taxudo berwarna putih, menata rambut bahkan memberikan semua motivasi sambil berderai air mata sebelum akhirnya ia memilih untuk pulang kerumah tak menghadiri pernikahan Taehyung dan Seulgi.
![](https://img.wattpad.com/cover/242082378-288-k408095.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maze
FanfictionPark Loona. Gadis yang hanya memiliki seorang sahabat bernama Jeon Jungkook dihadapkan sebuah pilihan sulit. Bisakah ia memilih antara menjalani kehidupan baru bersama Min Yoongi atau kembali bersama Kim Taehyung Start 11 Oktober 2020 End 11 Juni 20...